Ads
Pengalaman Religius

Inneke Koesherawati (1): Dulu Aku Kurang Ngeh Soal Pornografi

Avatar photo
Ditulis oleh Asih Arimurti

Kehidupan para pesohor, seperti artis, tak ubahnya seperti  kehidupan profesional dalam takaran nilai. Sebab, menurut Inneke Koesherawati,  yang beberapa tahun lalu meninggalkan dunia hiburan dan lebih fokus mengurus keluarga, semua punya risiko tergelincir dalam kubangan dosa. Karena itu, kata dia, kita perlu  agama sebagai pegangan moral, sumber nilai, dan penuntun ke jalan yang lurus.

Aku tidak menyalahkan kalau banyak dari kita, masyarakat umumnya, beranggapan bahwa kehidupan artis itu rawan dosa. Di sana ada pergaulan bebas, pesta pora, foya-foya, narkotika, serta sederet perilaku maksiat lainnya. Kuakui, memang itulah sisi gelap kehidupan selebritis.

Tetapi kalau dipikir-pikir lebih jauh, menurutku, profesi apa sih yang lepas dari godaan dosa? Ulama, pejabat, pengusaha, ilmuwan, misalnya, semuanya bisa jatuh dalam kubangan dosa. Lihat saja para pejabat, petinggi ataupun orang-orang yang duduk dalam pemerintahan, atau para pengusaha serta para bankir, ternyata banyak yang melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme,. Godaan itu sebenarnya ada di mana-mana. Setan penggoda punya beragam keahlian untuk menjerumuskan siapa saja.

Seorang artis, misalnya, menurutku bisa menolak pergaulan bebas tanpa harus kehilangan keartisannya. Juga, para pengusaha bisa berkembang tanpa kolusi, atau para pedagang pun harus mengutamakan kejujuran di samping keuntungan, begitu seterusnya. Karena itu, aku melihat bahwa semua kalangan, tidak hanya terbatas pada profesi artis, membutuhkan agama untuk dijadikan pegangan moral, sumber nilai, dan penuntun ke jalan yang lurus.

Dalam salah postingan di akun instagramnya @inekekoes, 23 Mei 2020, Ineke Koesherawati menulis penggalan ayat 185 surah Al-Baqarah: “… maka sempurnakan puasa di bulan Ramadhan, dan bertakbirlah kepada Allah atas hidayah yang Allah berikan kepada kalian, agar kalian bersyukur kepada Allah.” Kata Inneke, “Allah memerintahkan kita pada saat kita sudah menyempurnakan (puasa) Ramadhan, maka amalah yang hendaknya kita lakukan adalah bertakbir kepada Allah dan berzikir kepada Allah. Tugas kita adalah memperbanyak zikir dan takbir.”

Diawal karier, aku memang tidak seperti sang “Ratu Ngebor” (Inul Daratista, nama artis Hj. Ainur Rokhimah; red) yang langsung meroket berkat goyangannya itu. Namun, tidak dapat dimungkiri kalau namaku melambung lewat hal-hal yang berbau seks. Dalam setiap film yang aku perankan, aku harus berlaku sesuai tuntutan skenario. Begitu juga soal pakaian dalam pengambilan foto majalah atau iklan. Karena aku masih baru, ya, aku ikuti saja. Hingga akhirnya, muncullah foto-foto yang vulgar dan menghebohkan itu. Aku sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Itu benar-benar karena ketidaktahuanku dalam menyikapi kontrak kerja sama. Dulu, aku kurang ngeh soal pornografi. Kini aku sangat setuju dengan niat baik para tokoh masyarakat yang sedang merancang undang-undang pornografi (telah ditetapkan sebagai Undang-Undang Pornografi pada 30 Oktober 2008/UU Nomor 44 Tahun 2008; red). Ini demi kebaikan semua orang.

Jujur saja, aku juga sempat kesal dengan terjadinya kasus Inul. Gara-gara heboh itu, gambar masa laluku muncul lagi di televisi. Hal itu hanya membuatku sekali lagi istigfar. Aku memang telah melakukan kesalahan itu. Tapi itu karena ketidaktahuanku tentang batasan pornografi. Apakah kesalahanku itu tidak bisa habis-habis? Aku kesal, tapi lama-lama aku biarkan saja. Toh, sekarang aku tidak akan mengulanginya. Insya Allah, Allah akan mengampuni dosaku ini.             

Bersambung

Sumber: Majalah Panjimas, Oktober 2003   

Tentang Penulis

Avatar photo

Asih Arimurti

Wartawan Majalah Panji Masyarakat

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading