Ads
Pengalaman Religius

Yessy Gusman (2): Lepas dari Dunia Akting

Avatar photo
Ditulis oleh Asih Arimurti

Saya tidak pernah menyesali apa yang sudah saya lakukan atau menjadi seperti sekarang ini. Saya pikir, semuanya sudah merupakan re: cana dari Allah SWT. Mungki begitulah sudah seharusnya Sekarang saya sudah pensiun di dunia seni peran. Saya ‘ka bermain film sejak umur 1 tahun. Tapi, saya tidak perna bermimpi jadi bintang film. It memang sudah jalan saya kehendak Allah. Jadi, saya  jalankan dengan ikhlas dari senang sampai saya SMA.

Lepas SMA saya putuskan diri dari dunia akting karena prioritas saya adalah sekolah. Saya pergi sekolah ke Amerika. Setelah 5 tahun saya di sana, saya pulang. Sempat sekolah lagi di sini. Lalu saya berkeluarga sampai dikarunia 2 anak.

Waktu tinggal di Amerika, saya kebetulan tidak terkontaminasi dalam banyak hal. Mungkin karena saya tinggal di asrama. Teman sekamar saya berasal dari Filipina dan Vietnam yang nota bene bukan muslim. Tetapi, alhamdulillah, mereka juga berasal dari keluarga yang konservatif. Jadi kita cocok.

Kontaminasi, mungkin hanya dalam hal musik, kemudian saya suka nonton film. Di sana budaya filmnya luar biasa, sampai-sampai, saya bisa nonton tiga kali dalam sehari saat weekend. Kemudian, saya juga  suka piknik, jalan-jalan. Sama  seperti orang sana. Di sana ‘kan  banyak taman. Jadi, ya sebatas  itu saja, ke kafe, ke restoran. Ya, masih dalam batas norma-norma lah.

Saya akui, teman-teman muslim di sana juga tidak begitu banyak. Tapi, saya banyak berteman juga dengan teman-teman dari Malaysia. Jadi, kalau Lebaran, kita adakan perayaan di kedutaan.

Mau terpengaruh atau tidak dengan budaya di sana, menurut saya pada dasarnya tergantung hati kita akhirnya. Kalau saya mau kesunyian, misalnya, saya bisa pergi ke perpustakaan, atau ke suatu taman. Jadi, saya lebih mengonsentrasikan pada diri saya sendiri. Alhamdulillah, lahirnya sikap saya seperti ini, mungkin juga dari orangtua saya. Mereka tidak pernah memaksakan.

Waktu kecil, meski saya dipanggilkan guru ngaji ke rumah, tapi sikap religiusitas saya tidak seperti sekarang ini. Mereka mengajarkan kalau kalian menginginkan sesuatu, lakukanlah dengan cinta. Tanpa paksaan, kita akan semakin bergairah untuk terus dan terus melakukannya.

Sekarang saat anak-anak saya sudah besar, saya ingin terjun dalam dunia pendidikan dan sosial. Saya sama sekali tidak pernah merasa berat meninggalkan dunia artis. Saya malah merasa senang. Saya ikhlas. Memang, banyak orang bertanya-tanya, kenapa di saat saya, katakanlah sedang berada di puncak atau sedang naik daun sebagai bintang baru, kok kesempatan itu malah dilepas. Saya hanya sempat berpikir begini, kalau saya teruskan main di dunia film, kapan saya sekolah. Sekolah saya pasti tidak selesai-selesai. Godaannya teralu berat. Kalau sudah selesai syuting satu film, pasti akan ada syuting film lainnya. Wah, sekolahnya nanti bisa kacau dong.

Tetapi, saya akui, banyak nilai positif yang saya dapat ketika menjadi artis dulu. Misalnya punya banyak teman dan tidak malu-malu lagi dalam bersosial. Dan saat mengelola taman bacaan seperti sekarang, toh saya banyak dibantu teman-teman artis. Kalau saya tidak pemah main film, mungkin tidak akan pernah ada hubungan dengan mereka. Bersambung

*Ditulis bersama Aam Masroni.

Sumber: Majalah Panjimas, 27 November-12 Desember 2002.

Tentang Penulis

Avatar photo

Asih Arimurti

Wartawan Majalah Panji Masyarakat

Tinggalkan Komentar Anda