Ads
Hamka

Melalui Pers Islam Hamka Perjuangkan Pembaruan (2)

Ditulis oleh Panji Masyarakat

Dalam buku Kenang-kenangan Hidup-nya, Hamka menceritakan saat dia memulai kariernya sebagai pemimpin redaksi atau hoofd redactuur majalah Pedoman Masyarakat. Gaji permulaan ialah f.17,50. Meskipun jumlah itu tidak mencukupi, dia siap menjalankannya. ’’Selama ini,’’ tulis Hamka lagi, “belum pernah saya menerima gaji dari penerbitan sebuah majalah, yang diala)minya hanyalah merugi belaka. Karangan-karangan yang dimuat di majalah lain tidak diingat orang -hendak membayar honorariumnya. Pendeknya waktu itu pasal honorarium belum menjadi urusan benar tidak cukup gaji yang f. 17,50, tapi yakin apa yang telah lama menjadi idaman saya memimpin sebuah majalah dan beroleh jaminan hidup pula setiap bulan meskipun kecil, benar-benar suatu kesempatan yang tak boleh dilepaskan.


Dengan ‘’Bismillah’’, dimulainya artikel pertama dari Pedoman Masyarakat, seketika telah dipercayakan pimpinannya padanya [Januari 1936]. Oplah Pedoman Masyarakat ketika-mulai dipimpinnya barulah 500 eksemplar. Beberapa bulan setelah itu datang seorang teman lagi yaitu M. Yunan Nasution.


Dalam waktu bebarapa bulan saja, Pedoman Masyarakat meningkat menjadi 1000 eksemplar. Tahun 1937. setelah setahun di bawah pimpinannya berdua dengan M. Yunan Nasution mencapai oplah 2000, tahun berikutnya mencapai 3000 dan puncaknya tahun 1939 mencapai 5000 sampai datangnya ‘ masa pendudukan Jepang tahun 1942. Pedoman Masyarakat merupakan salahsatu majalah yang tersebar luas Indonesia.


Seiring dengan kenaikan oplah, 8a) itupun meningkat pula, sehingga pekerjaannya sebagai pengarang yang mulanya tanpa honorarium sekarang berubah menjadi sumber nafkah untuk menghidupi .keluarga dan rumah tangga dengan prospek yang lebih cerah.


Bagi pengarang muda yang berbakat seperti Hamka, memimpin sebuah majalah, tentu saja merupakan pekerjaan yang menyenangkan, mengarang tidak lagi sekedar arena menyalurkan bakat, tapi merupakan sumber nafkah keluarganya. Seperti dikatakannya, meningkatkan oplah tentu saja berarti kenaikan gaji. Dengan demikian, Pedoman Masyarakat waktu itu telah dikelola dengan managemen yang baik dan menjadikan karyawannya bekerja secara profesional.


Melalui majalah itu pula, lahir karya-karya besar Hamka yang sampai sekarang masih tetap merupakan best seller seperti Tasauf Moderen, Falsafah Hidup, Lembaga Budi, Lembaga Hidup dan sejumlah buku roman; Tenggelamnya Kapal van der Wijck, Merantau Ke Deli, Di Bawah Lindungan Ka’bah, dan Di Dalam Lembah Kehidupan. Semuanya berasal dari karangan bersambung majalah Pedoman Masyarakat. Di samping karangan berbentuk prosa di atas, Hamka dengan nama ’’Abu Zaky’’ mengarang beberapa sajak yang mutunya bisa disamakan dengan sajak jenis Pujangga Baru. Almarhum Z. Abidin Ahmad, pemimpin redaksi majalah Panji Islam dalam sebuah makalahnya berjudul ’’Peranan Mass Media Islam dalam Perjuangan Kemerdekaan’’, yang disiapkan untuk – sebuah seminar di Medan, dan dimuat sebagian dalam buku ’Kenang-Kenangan 70 tahun Hamka, menulis sebagai berikut: “Justru hampir umumnya para pembantu dan penulis dalam majalah- majalah tersebut [maksudnya majalah Panji Islam dan Pedoman Masyarakat, pen.] dalam kedudukan mereka sebagai pemimpin-pemimpin Indonesia mencapai kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Untuk sebagai peringatan, ada baiknya kami sebutkan nama-nama mereka di bawah ini:

  1. Ir. Soekarno pembantu Panji Islam menjadi Presiden RI.
  2. Drs. Mohammad Hatta pembantu Panji Islam, menjadi Wakil Presiden RI.
  3. Mohammad Natsir pembantu Panji Islam menjadi Perdana Menteri RI dan Ketua Partai Masyumi.
  4. Zainal Abidin Ahmad pemimpin majalah tersebut menjadi Wakil Ketua Parlemen RI. :
  5. Hamka, pemimpin Pedoman Masyarakat, menjadi Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia.
  6. M. Yunan Nasution, wakil pemimpin Pedoman Masyarakat, menjadi Sekretaris Umum Partai Masyumi. dan sekarang Ketua Dewan Da’wah Islam Indonesia, Jakarta Raya.
  7. A.R. Hadjat, wakil pemimpin Panji Islam, menjadi gubernur d.p. Departemen Dalam Negeri.
  8. A. Hasjmy penyair dalam majalah tersebut menjadi gubernur Provinsi i Aceh dan Dekan Fakultas Da’wah (IAIN) Banda Aceh.
    Dan jika diteruskan nama-nama itu sampai 18 orang yang masing-masing menduduki tempat yang penting dalam perjuangan dan pembangunan Indonesia.”
    Zainal Abidin Ahmad, dalam Kenang-kenangan 70 tahun Buya Hamka, melihat nama-nama tokoh yang dia sebut itu jelas Panji Islam yang dibantu oleh sejumlah tokoh besar lebih berbobot politik dibanding dengan Pedoman Masyarakat Hamka. Tapi Pedoman Masyarakat dengan penampilannya seperti diuraikan di atas bisa survive dan berkembang, membuktikan peranan pemimpin redaksinya Hamka dan M. Yunan Nasution yang tumbuh dan besar bersama majalahnya.
    Ciri khas Pedoman Masyarakat ialah perhatiannya yang lebih besar kepada artikel-artikel kebudayaan dan banyaknya memuat sajak dibanding karangan yang bersifat politik. Di situ kita temukan nama-nama penyair seperti A. Hasjmy, O.R. Mandank, Samadi, Bandaharo.
    Ghazali Hassan dan Sebagainya

    Demikian juga bagi pembaca, karangan bersambung yang langsung ditulis oleh pemimpin redaksinya terutama Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan lain-lain, merupakan daya tariknya.
    Itulah beberapa gaya redaksional majalah Pedoman Masyarakat. Meskipun diukur dengan penerbitan zaman sekarang oplah 5.000 itu sangat kecil, di zamannya boleh dikatakan memenuhi syarat sebagai pers modern. Karena sebagai suatu majalah, dia selalu terbit tepat pada waktunya, tersebar ke berbagai pelosok nusantara, memuat artikel-artikel beraneka ragam dan memuat soal-soal yang aktual. Tak banyak di antara majalah Islam yang terbit di zaman itu yang dikelola secara profesional seperti Pedoman Masyarakat.

    Perdebatan antara golongan adat dan golongan yang berpaham pembaharuan, terdapat dalam banyak bagian buku Tenggelamnya Kapal v.d. Wijck, dan roman-roman Hamka yang Iain. Misalnya anggapan bahwa; ‘‘Tidak ada yang melebihi Minangkabau, tatkala masa dahulunya, sampai Aceh ketiga segi, sampai Teratak Air Hitam sampai ke Bugis, ke Makassar, di bawah Minangkabau seluruhnya. Membayar hak dacin pengeluaran, ubur-ubur gantung kemudi ke dalam alam Minangkabau.”

    Pada tahun 1972 Hamka menulis dalam majalah Panji Masyarakat yang dipimpinnya sejak tahun 1959 kemudian dilanjutkannya tahun 1966 hingga akhir hayatnya sebagai berikut: “Di atas tadi telah kita uraikan arti tajdid, yaitu pembaruan. Dan boleh juga diistilahkan dengan cara sekarang yaitu modernisasi. Untuk sekedar arti saja, memanglah tajdid itu artinya pembaruan ataupun modernisasi.

    Tapi dari uraian di atas itu, sudahlah dapat dipahamkan bahwa tajdid Islam, ataumujaddid yang memperjuangkan tajdid, itu bukanlah hendak menggerogoti dan memereteli Islam. Bukanlah hendak menghancurkan dan meruntuhkan bangunan yang dipusakakan oleh Nabi Muhammad SAW, lalu menggantinya sama sekali. dengan bangunan yang diangegap baru.
    Hendak menghapuskan Islam atau memoderenkan Islam? Bukan!

    Khalifah yang berempat, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali dalam tulisan Brookelman, orientalis Barat yang terkenal disebut sebagai Khalifah yang ortodoks, atau salaf. Orang boleh mengartikan ortodoks atau kolot, namun kepada semangat dan inti sari yang ortodoks itulah tajdid sekarang ini hendak kembali. Sebab itu pula, maka gerakan tajdid, gerakan pembaruan yang dipelopori Syekh Mohammad Abduh di Mesir, di permulaan abad XX mereka namai ‘‘Gerakan Salaf’’, Gerakan Ortodoks. Dan Muhammadiyah dan segala gerakan tajdid yang lain, baik di Indonesia atau di luarnya, kembali kepada Sunah Rasul, itulah yang jadi tujuan. Bukan menyelewengkan Islam dari pangkalnya, karena sok modernisasi.”

    Demikian penegasan Hamka tentang gerakan dan haluan yang memperjuangkannya dengan berbagai media, tablig atau retorika, seni dan sastra, persuratkabaran dan sebagainya.
    Bintaro 1 Syawal 1403

Penulis: Rusjdi Hamka, wartawan, politisi, pernah menjadi pemimpin umum/pemimpin redaksi majalah Panji Masyarakat, dan anggota DPR-RI.
Sumber: Panji Masyarakat, No. 403, 1 Aguustus 1983

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading