Ads
Ibadah Haji

Selamat Datang Kembali Jamaah Haji Indonesia

Ditulis oleh Agus Sholeh

Jamaah haji asal Indonesia sudah mulai kembali ke tanah air dan ke menyebar kampung halamannya setelah menunaikan haji ke Mekkah al Mukarromah. Kelompok terbang 88 asal Embarkasi Surabaya (SUB 88) menjadi rombongan jemaah terakhir yang tiba di Tanah Air pada Jumat, 4 Agustus 2023. Dan seperti banyak diberitakan, pada tahun ini sebagian besar jamaah haji asal Indonesia adalah para lansia, usia di atas 60 tahun.

Selamat datang haji dan hajjah. Moga-moga ibadah haji mereka menjadi amal ibadah yang terbaik dan menjadi haji mabrur. Sekarang sudah sah menyandang gelar haji dan hajah yang biasa ditabalkan oleh mereka yang menunaikan ibadah haji.

Masih ingat, saat pelepasan calon jamaah haji, berbagai upacara dan perayaan dilakukan dengan meriah. Baik di lingkungan keluarga, masyarakat di tempat kerja. Pengajian walimatus safar diadakan dimana-mana. Bahkan tidak sedikit biaya yang dikeluarkan, apalagi dengan mengundang ustaz atau kiai terkenal dan dibumbui dengan pesta yang meriah.

Begitu pula dengan saat kembali. Berbagai upacara dan penyambutan dilakukan dengan meriah. Anak cucu, sanak keluarga, masyarakat maupun rekan kerja di kantor ikut syukuran. Ada sebuah kebanggaan dan kelegaan bahwa mereka telah selesai menunaikan ibadah haji, ibadah yang ditunggu-tunggu sekian lama oleh setiap umat muslim.

Kuota Haji

Jumlah kuota jamaah haji Indonesia tahun 2023 ini, merujuk KMA Menteri Agama 183 Tahun 2023 adalah 221.000, kembali ke angka normal seperti sebelum Pandemik Covid 19. Namun kemudian mendapat tambahan kuota sebesar 8.000. Jadi total 229.000 jamaah haji asal Indonesia. Kuota itu termasuk terbesar dibanding negara lain. Setelah Indonesia, kemudian Pakistan sebanyak 179.210 jamaah haji dan India dengan 175.025 jamaah haji.

Menurut data resmi pemerintah Kerajaan Arab Saudi, jumlah jamaah haji dari seluruh dunia tahun 2023 ini mencapai 1.8 juta orang. Otoritas Umum Statistik Arab Saudi (GASTAT) melaporkan jumlah jamaah haji 2023 mencapai 1.845.045 orang. Ini menjadi yang terbesar setelah pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, 1.660.915 jamaah berasal dari luar Saudi dan 184.130 lainnya merupakan jamaah dalam negeri. Jumlah calon jamaah haji Indonesia tahun ini sekitar 12 persen.

Dalam laporan statistik haji tahun ini diketahui bahwa mayoritas jamaah adalah laki-laki. Jumlah jamaah haji laki-laki mencapai jamaah 969.694, sedangkan jamaah haji perempuan sebanyak 875.351.

Meski memperoleh kuota terbanyak, namun jumlah antrean calon jamaah haji Indonesia terus meningkat. Kementerian Agama menyebutkan bahwa saat ini daftar tunggu calon jamaah haji di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan mencapai 20–30 tahun. Daerah dengan waktu tunggu paling singkat adalah Kabupaten Maluku Barat Daya dengan lama 11 tahun. Sedangkan waktu tunggu terlama adalah Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan dengan lama 47 tahun.

Antrean calon jamaah haji yang terus memanjang ini merupakan fenomena menarik. Hal ini bisa jadi menunjukkan peningkatan kesadaran beribadah, namun ini juga mengindikasikan bahwa umat Islam Indonesia sudah lebih sejahtera. Ibadah haji tidak hanya mensyaratkan kemampuan materi, namun juga memerlukan kesiapan kesehatan lahir dan batin, spiritual maupun material.

Bila tahun 2023 ini ada 229.000 calon jamaah haji asal Indonesia, berarti saat ini ada 229.000 orang haji dan hajjah baru, baik yang baru pertama baik haji maupun sudah lebih dari satu kali. Ini adalah potensi sumberdaya umat yang luar biasa yang dapat membantu membangun Indonesia menjadi negara yang aman dan sejahtera. Baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur.

Gelar Haji dan Hajah

Di lingkungan kita ada tradisi yang meletakkan gelar “Haji” atau “Hajah” di depan nama orang setelah menunaikan ibadah haji. Tradisi itu tentu sah-sah saja. Karena ini bukan hanya dilakukan oleh orang Indonesia, namun juga dari banyak belahan dunia yang menambahkan gelar haji di depan namanya.

Bila diruntut dari sejarah, pada masa dulu orang Indonesia yang akan melakukan perjalanan ibadah haji menuju Tanah Suci memerlukan perjuangan berat. Mereka harus mengarungi lautan, karena menggunakan perjalanan kapal laut, karena pesawat terbang masih menjadi barang langka. Mereka harus berbulan-bulan di atas kapal, mengarungi ombak besar di Samudra Hindia, menghindari perompak, hingga menjelajah gurun pasir. Tidak sedikit calon jamaah haji yang tidak sampai ke Makkah karena meninggal dunia dalam perjalanan yang panjang, lama dan melelahkan.

Seseorang yang berhasil melalui ujian tersebut, dan berhasil kembali selamat ke Tanah Air, mereka akan dianggap berhasil mendapat anugerah dan kehormatan. Mereka sudah sampai di Makkah dan beribadah di Masjidil Haram, tempat Ka’bah, yang merupakan kiblat suci umat Islam sedunia. Setelah selesai ibadah haji, tidak sedikit yang tinggal atau mukim di Makkah, karena sekalian nyantri ke para Syekh di Makkah, sebelum kembali ke Indonesia.

Masyarakat kemudian menambahkan kata “Haji atau “Hajah”, biasa disingkat “H” dan “Hj”, di depan nama mereka, sebagai sebuah penghormatan dan kesyukuran bagi mereka setelah haji. Banyak juga para haji yang mendapat nama baru dari para Syekh setelah mereka nyantri sambal berhaji. Bahkan kadang ada sertifikat hajinya. Ini hal yang kemudian menjadi lazim di Indonesia ada pemberian gelar bagi jamaah haji usai menunaikan ibadah di Tanah Suci.

Menurut Dadi Darmadi, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bahwa tradisi seperti itu sebetulnya tidak hanya terjadi di Indonesia. Di dunia Islam Melayu bagian lain, baik Malaysia, Singapura, Brunei, dan bahkan Thailand Selatan, juga terdapat tradisi yang sama.

Menurut Dadi, gelar haji bagi sebagian masyarakat Indonesia, dinilai penting dan membanggakan. Ini juga mencerminkan status sosial tertentu. Ia melihat ini dari dua perspektif.

Pertama, secara keagamaan, haji adalah perjalanan untuk menyempurnakan rukun Islam. Perjalanan yang jauh dan panjang, biaya yang mahal, persyaratan yang tidak mudah, membuat haji menjadi sebuah perjalanan ibadah yang penting namun tidak semua orang bisa melakukan.

Kedua, secara kultural, narasi dan cerita-cerita menarik, heroik, dan mengharukan selama berhaji juga terus berkembang menjadi cerita popular, sehingga semakin banyak orang tertarik naik haji. Sebagian besar tokoh-tokoh masyarakat juga bergelar haji. Hal-hal inilah yang membuat ibadah haji semakin penting dan gelar haji di Indonesia punya nilai dan status sosial yang tinggi.

Penebar Perdamaian

Ketika seseorang telah menunaikan ibadah haji, maka dia telah melewati berbagai ujian yang harus dipatuhi, antara lain tidak berbicara kasar atau buruk (rafats), berbuat dosa dan maksiat (fusuq), dan berselisih pendapat atau berdebat yang tidak perlu (jidaal).

Di dalam Al-Qur’an dijelaskan, bahwa larangan-larangan tersebut harus dihindari oleh para haji karena akan berdampak pada kemabruran haji seseorang. Dalam ayat 197 surat Al-Baqarah, Allah berfirman: “Barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji.”

Larangan-larangan ini sesungguhnya memberikan pemahaman, betapa setiap orang harus bisa melepaskan diri dari ketiga ketiga syahwat tersebut (rafats, fusuq, dan jidaal). Karena itu ibadah haji memberikan pelajaran penting agar setiap orang mampu meninggalkan sifat-sifat buruk tadi dan benar-benar dapat berpengaruh baginya setelah selesai menunaikan ibadah haji.

Berhaji tidaklah sekadar menunaikan rukun Islam kelima sesuai dengan syarat dan rukunnya, tetapi juga merupakan proses pendidikan dan pembentukan karakter kepribadian mulia.  Karena itu, ibadah haji itu harus dijalani dengan spirit keikhlasan, ketaatan, kekhusyukan, kedisiplinan, etos perjuangan dan pengorbanan sepenuh hati agar membuahkan kemabruran dan mempengaruhi peningkatan kualitas hidup para hujjaj sepulang dari Tanah Suci.

Maka, dalam konteks keindonesiaan, sangat tepat bila spirit haji itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari pasca ibadah haji sehingga menjadi insan-insan yang dapat menebar pesan perdamaian (salam).

Dengan ibadah haji diharapkan dapat memberikan spirit baru dan karya baru dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.

Selamat datang para tamu Allah, yang telah selesai menunaikan ibadah haji. Semoga meraih haji mabrur. (Legoso, 05 Agustus 2023).

Tentang Penulis

Agus Sholeh

Alumni Pesantren Pabelan, Magelang, Jawa Tengah; pembina Pesantren Al Ihsan Anyer Banten, bekerja di Kementerian Agama. Penulis dapat dihubungi di agussholeh@yahoo.com

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading