Ads
Muzakarah

Membakar Lembar-lembar Al-Qur’an

Ditulis oleh Panji Masyarakat

Pertanyaan:
Bagaimana hukumnya membakar lembaran-lembaran Al-Qur’an? (Zainuddin, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan)


Jawaban Tum Muzakarah Al-Azhar:
Setelah pengumpulan dan penyusunan ayat-ayat cq. surat-surat Al-Qur’an yang sebelumnya hanya ditulis sebagai catatan-catatan pada kepngan batu, tulang-tulang atau pelepah kurma yang tersimpan pada beberapa orang sahabat, maka Tsabit bin Zaid r.a., atas perintah Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, mengumpulkan kepingan-kepingan itu menjadi satu kumpulan dan menjilidnya.


Kumpulan itu dinamakan mushaf. Yakni kumpulan yang telah dijilid (jilidan) dari kepngan-kepingan. lembaran-lembaran. Mushaf ini disimpan pada Abu Bakar r.a. Sesudah beliau wafat dan kekhalifahamya digantikah oleh Umar ibn Khaththab r.a., mushaf itu disimpan di rumah putrinya, Hafshah r.a., yang juga janda Rasulullah. Kemudian pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan r.a., atas perintah beliau, juga kepada Tsabit bin Zaid cs., disalinlah mushaf yang ada di rumah Hafshah itu, ke dalam beberapa mushaf dan dikirimkan ke beberapa ibu kora wilayah kekhalifahan Islam kala itu. Sedang yang sebuah di antaranya tetap berada di tangan Khalifah Utsman bin Affan r.a.


Mushaf yang ada pada khalifah ketiga itulah yang dinamakan “Mushaf Utsmani”. Dan dari mushaf Utsman inilah kemudian disalin mushaf-mushaf Qur’an lainnya. Atas perintah Khalifah Utsman pula, seluruh naskah yang bertuliskan ayat-ayat Al-Qur’an, selain dari mushaf yang ditulis dan disusun oleh Tsabir dan rekan-rekannya itu, dimusnahkan. Ini dimaksudkan, agar nantinya jangan terjadi kekeliruan dan kerancuan dalam penyalinannya kembali oleh para generasi mendatang. Dengan demikian, maka kemurnian tulisan yang tercantum di dalam mushaf-mushaf yang disalin, ataupun disalin kembali itu, terjamin tidak mengalami kesalahan.


Jadi, pemusnahan lembaran-lembaran yang bertuliskan ayat-ayat Al-Qr’an pernah dilakukan. Maka oleh sebab itu, untuk menjaga agar lembaran-lembaran itu jangan berserakan, sebaiknya memang dimusnahkan saja. Misalnya, dengan cara membakarnya.


Sumber: Panji Masyarakat, 21 Juni 1987

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading