Ads
Ramadan

Buya Hamka tentang Puasa (8): Cerita Mohamad Roem

Mohamad Roem bercerita, “Beberapa hari lalu saya menerima telepon . Yang berbicara seorang perempuan dalam bahasa Inggris. Dia memperkenalkan dirinya Nyonya Anu dari London, Inggris. Ada oleh-oleh dari menantu saya di London yang hendak dia sampaikan. Dia menelepon saya dari asrama Gerakan Subud yang terletak di Cipete, Jakarta Selatan

Karena ingin segera menerima oleh-oleh itu  — dan ingin pula tahu apakah yang menarik wanita Inggris itu tinggal di asrama Gerakan Subud, gerakan kebatinan yang dipimpin Pak Subuh itu – saya temuilah Nyonya tersebut di asrama sehingga dapatlah kami berkenalan dari dekat.

Orangnya masih muda. Dia menjadi salah seorang anggota Gerakan Subud yang berdiam di London. Sengaja ia datang ke Indonesia karena ia hendak mengerjakan puasa Ramadan sepenuhnya satu bulan. Setelah selesai kelak, barulah dia kembali ke London.”

Seterusnya saudara Mohamad Roem mengatakan, didapatinya tidak kurang 100 laki-laki dan perempuan berkulit putih, yang berasal dari berbagai negara besar di Eropa dan Amerika. Beberapa hari sebelum puasa mereka sudah menunggu di asrama-asrama di kompleks Gerakan Subud tersebut. Kata mereka, Pak Subuh sendirilah yang akan memimpin mereka berpuasa.

Mereka sudah membaca beberapa brosur yang diseberkan gerakan tersebut ke seluruh dunia, dalam berbagai bahasa, yang isinya tentang ajaran ketenteraman batin di saat pergolakan jiwa yang tak menentu, karena hidup serba mewah, serba cukup sekarang ini. Selama ini mereka ingin merasakan nikmat dunia yang mudah itu dengan sepuas-puasnya. Sementara umur masih ada, mengapa kesempatan dibuang-buang? Turutkan kehendak hati, jangan didengarkan kata orang!

Maka berkumpulah berbagai filsafat ajaran para failsuf Barat yang besar-besar jadi satu ke dalam kepala orang-orang Barat modern itu. Sejak ajaran Charles Darwin bahwa asal-usul manusia dari monyet, filsafat “perut” dari Marx, filsafat “kelamin atau libido”dari Freud hingga eksistensialisme Sartre  –  bahwa segala peraturan, undang-undang, terutama sekali agama bertentangan dengan ADA-nya dirimu; apa yang baik kata diri, itulah yang baik. Kian lama kian terpencillah agama, yaitu agama yang mereka warisi sejak sekian abad dari nenek moyang: agama Kristen.

Orang-orang di sana merasakan sendiri bahwa hidup yang disangkakan surga itu, nerakalah adanya. Sebab hidup seperti itu tidak sekali juga membawakan ketenangan dalam jiwa, melainkan kegelisahan dan ketakutan. Orang kaya takut kehabisan uang, orang gagah takut kehabisan tenaga sebagai laki-laki. Apalagi kalau unnah (impotensi) datang, siapa lagi perempuan yang mau.

Mereka ingin ulang ke dalam alam rohaniah. Mereka sudah jemu dengan pengaruh hidup mewah kebendaan ini. Hidup yang di dalamnya tidak tentu lagi batas dan retas antara laki-laki dan perempuan. Tidak tahu lagi batas antara makanan halal dan haram. Hidup tidak mempunyai hari depan.

Sekali-kali tibalah ajaran kebatinan dari Timur, ajaran mistik atau tasawuf. Maka berkerumunlah orang-orang yang tidak puas itu mengelilinginya, mencari kepuasan batin dengannya.

Ajaran Subud bukanlah Islam. Dia adalah suatu latihan olah jiwa. Tetapi anasir-anasir dari Islam pun ada di dalamnya. Sebab itu, maka bagi orang-orang yang merasakan kehampaan jiwa, biarlah mereka datang ke Wisma Subud di Cipete itu. Apa pun yang diperoleh di sana niscaya akan dirasakan dapat memenuhi kehampaan rohani.

Namun, tidak cukup dengan latihan yang diajarkan di sana. Tak sedikit di antara orang-orang kulit putih yang ikut serta salat tarawih di Masjid Agung Al-Azhar – yang letaknya tidak jauh dari Cipete. Sehabis salat, kami (Hamka) bertanya. Mereka menjawab bahwa pada mulanya mereka masuk gerakan Subud . Kemudian mempelajari Islam lalu masuk ke dalam agama ini dengan sepenuh kesadaran batin mereka.***     

Sumber: Majalah Panji Masyarakat, 12 Januari 1998

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading