Ads
Al Maturidi Bintang Zaman

Al Maturidi : Teolog Warga NU

Dalam AD/ART. Dalam perkembangan selanjutnya, secara formal Maturidiyah diklaim sebagai aliran teologi Sunni di samping Asy’ariyah. Bahkan di Indonesia Nahdhatul Ulama mencantumkan Maturidiyah di samping Asy’ariyah dalam AD/ART-nya sebagai aliran teologi yang mereka anut. Sedangkan Muhammadiyah, menurut kajian Dr. Nurcholish Madjid, menganut aliran tradisional tanpa banyak memberikan kritik ataupun rekonstruksi terhaadap aliran ortodoks tersebut. Inilah penyebab munculnya berbagai dugaan bahwa pemikiran Maturidi serumpun malah merupakan bagian dari konsepsi Al-Asy’ari, sebenarnya tidaklah demikian. Dan penilaian ini cenderung menimbulkan absurditas konsepsional mengenai prinsip-prinsip pemikiran kedua tokoh besar kalam tersebut.

Makam Al Maturidi di Samarkand

Ketekunan Maturidi dalam perenungan dan penga-jaran ilmu kalam tidak hanya mewariskan buku-buku yang sangat bernilai, tetapi memunculkan pula empat muridnya yang sangat berpengaruh dan menjadi penye-bar pemikiran kalamnya. Mereka adalah Abui Qasim Ishaq ibn Muhammad ibn Ismail yang kemudian terkenal dengan predikat Hakim Samarkand, lalu Al-Imam Abui Hasan Ali ibn Sa’ad Al-Ristaghfini yang terus berkonsentrasi dalam perenungan ilmu kalam. Sayangnya, tidak ditemukan peninggalan karyanya yang berarti. Murid yang lain adalah Imam Abui Laits Al-Bukhara dan Imam Abu Muhammad Abdul Karim ibn Musa Al-Bazdawi. Yang disebut terakhir ini adalah kakek Abui Yusr Muhammad ibn Muhammad Abdul Karim Bazdawi, pengikut setia Maturidi yang kemudian menjadi pendiri aliran Maturidi Bukhara—sebuah aliran Maturidiyah yang menggunakan metodologi Al-Maturidi dan dalam beberapa bagian berbeda dengan Maturidi Samarkand (yang pertama), secara umum tetap berada dalam mainstream pemikiran Al-Maturidi.

Ada tiga karya besar Maturidi yang berpengaruh dan sangat menonjol. Pertama, Ta’wilaatul Qur’an,komentar tentang ayat-ayat Quran melalui metode skolastik yang memposisikan ortodoksi teologi liberal secara rasional namun berpijak pada landasan tradisional. Menurut Syekh Abdul Qadir Al-Qarasyi, karya ini sungguh unik dan sulit dicari padanannya pada pemikir-pemikir beri-kutnya. Sedangkan yang kedua dan ketiga adalah Kitabul Maqalaatdan Kitabut Tauhid. Di dalamnya secara utuh Maturidi memaparkan metodologi teologi dialektisnya dan mengembangkan deskripsi elaboratif untuk mempertemukan perbedaan pemikiran antara tradisionalis dengan rasionalis. Melalui Tauhid kita mengetahui bahwa Maturidi adalah tokoh ilmu kalam pertama yang berlandaskan pada dasar-dasar pemikiran filosofis dan memperkenalkan teori sumber pengetahuan manusia (the source of human knowledge)sebagai metode berpikir dialektis.

Metodologi Maturidi mempunyai pengaruh pada generasi sesudahnya. Beberapa nama yang mengadopsi metodologinya antara lain Al-Baqillani (w. 403 H/1013 M), Al-Baghdadi (w. 429 H/1037 M), dan Nasafi (w. 537 H/1142 M). Sebagai perbandingan, dapat diperhatikan dalam argumentasi yang dikemukakan Abdul Qahir Al- Baghdadi dan Imam Haramain Al-Juwaini (w. 478 H/ 1085 M) mengenai perbuatan manusia dan keadilan Tu-han yang jelas lebih terbuka dan secara metodologis sa-ngat dipengaruhi Al-Maturidi, demikian pula dengan Syekh Abu Ishak Al-Isfarayini mengenai perbuatan ma-nusia dan keadilan Tuhan. Bahkan rekonstruksi teologi Syekh Muhammad Abduh (w. 1323 H/1905 M), salah seorang tokoh gerakan pembaru Islam di Mesir, menurut Imam Muhammad Abu Zahrah, secara terbuka mengikuti sistem Maturidi, yang dapat dibaca dalam buku Risalatut Tauhid-nya dan penelitian mengenai kontroversi atas berbagai pertanyaan dalam catatannya mengenai Syarh ‘Aya’idil ‘Adudiyyah.

Di samping meninggalkan karya tulis dalam bidang ilmu kalam, Maturidi juga mengarang Kitab Ma’khadh Asy-Syari’ah,buku fikih yang bernuansa Hanafiyah. Dia merupakan ulama Hanafiyah pertama yang menyusun pemikiran teologia-dialektis dengan mengadopsi be-berapa pemikiran Abu Hanifah sekaligus sebagai pioner ulama Hanafiyah dalam bidang fikih.
Informasi Profetik. Boleh dikata, Maturidi adalah ulama kalam pertama yang memperkenalkan doktrin sumber pengetahuan manusia sebagai solusi dalam membangun sistematisasi pemikiran dengan berbasis argumentasi filosofis. Menurutnya, ada tiga instrumen yang dapat menjadi sumber pengetahuan manusia: indra (al-a’yan), informasi (akhbar), dan penalaran (an-nazhar).

Indra merupakan instrumen paling mendasar bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan, demikian pula dengan binatang walaupun dengan intensitas yang berbeda. Indra memberikan berbagai pengetahuan semisal manfaat dan bahaya setelah melalui proses pengalaman.

Al-Maturidi kemudian membagi informasi sebagai1 sumber pengetahuan menjadi dua: informasi historis (,khabar al-mutawatir) dan informasi profetik (khabar Ar- Rasul). Bila yang pertama mencakup berbagai informasi tanpa kecuali namun dengan tingkat kebenaran yang harus dikritisi, maka yang kedua memiliki otoritas kebenaran yang mutlak. Namun, Maturidi mengingatkan agar selektif dan kritis menerima kedua informasi tersebut terutama pada rangkaian informannya, bukan pada teksnya. Mereka yang menolak metode kedua ini, menurut Al-Maturidi, sama saja dengan tidak mempercayai rasa (hiss) sebagai sumber informasi, dan itu tidak benar.

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading