Ads
Cakrawala

Antara Adil Tapi Kafir dan Zalim Meskipun Islam

Avatar photo
Ditulis oleh A.Suryana Sudrajat

Dalam surat Ar-Rahman ayat 7, Allah berfirman: “Allah menciptakan langit itu tinggi dan kemudian ditetapkan hukum keseimbangan.” Dalam penafsiran kita di zaman modern, kata Nurcholish Madjid, kalau bumi tidak menabrak matahari, matahari tidak menabrak bulan dan seterusnya, itu karena grativitasi. Jadi semuanya seimbang sebagaimana disebtkan firman tadi. Setelah berbicara dalam kerangka kosmologi, lalu Allah meneruskan firman-Nya (ayat 8 surat yang sama) dengan pesan-pesan moral: “Oleh karena itu wahai manusia kamu jangan melanggar hukum keseimbangan.”

Dalam penafsiran Nurcholish Madjid (Islam, Doktrin dan Peradaban, 1995) atas ayat tadi, melanggar hukum keseimbangan itu berarti melanggar hukum kosmos. Kemudian pesan moral ini, kata dia, semakin diperjelas lagi dengan ayat selanjutnya: “Dan tegakkanlah timbangan itu dengan jujur dan kamu jangan curang dalam timbangan.”

Ini sangat jelas mengacu kepada timbangan-timbangan komersil di pasar. Alat yang sedehana untuk mengetahui gerak ini bekerja atas hukum gravitasi, dan gravitasi adalah hukum kosmos. Melanggar hukum ini berarti melanggar hukum kosmos. Oleh karena itu risikonya besar sekali. Maka tidak heran jika dalam Al-Qur’an banyak ditegaskan, bahwa kehancuran suatu bangsa disebabkan tidak ditegakkannya keadilan. Jika orang mengatakan bahwa korupsi akan membawa kehancuran kepada bangsa, itu jelas karena praktek-praktek yang tidak terpuji ini melanggar prinsip keadilan.

Dalam konteks ini, Sayidina Ali, r.a. mengatakan, “Allah akan menegakkan negara yang adil meskipun kafir, dan tidak akan menegakkan negara yang lalim meskipun Islam.” Atau “Dunia ini bertahan dengan keadilan meskipun kafir dan tidak akan bertahan dengan kezaliman meskipun Islam.”

Oleh karena itu, kita tidak cukup dengan hanya mengaku Islam, tapi keislaman kita itu harus dibuktikan dengan tindakan. Jika demikian, rasanya kita tidak akan lagi bersikap egoistis dan cenderng menagih janji kepada Tuhan, dengan mengatakan: “Tuhan saya sudah sembahyang, berdoa setiap saat, tapi kok hidup saya masih susah.”

Sumber: Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban (1995)

Tentang Penulis

Avatar photo

A.Suryana Sudrajat

Pemimpin Redaksi Panji Masyarakat, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihsan Anyer, Serang, Banten. Ia juga penulis dan editor buku.

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading