Ads
Aktualita

Kompetisi Gagasan dalam Kampanye Pilpres

Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Pemilihan presiden tersisa kurang dari satu tahun lagi. Selayaknyalah di tenggang waktu yang singkat tersebut suasana kehidupan politik kita diwarnai dan diramaikan oleh munculnya banyak gagasan atau ide yang bisa dicerna masyarakat.

Mereka yang terlibat dengan hajat besar ini, terutama partai politik dan pemerintah harus mampu memberikan pendidikan politik yang mencerdaskan masyarakat. Artinya, masyarakat dikondisikan untuk memilih kandidat yang memiliki program yang bagus, memiliki jejak rekam yang jelas, integritas yang baik serta punya pengalaman kepemimpinan yang teruji.

Cara-cara sekarang ini yang sifatnya pencitraan lebih banyak mengelabuhi masyarakat. Tidak menunjukkan kemampuan dan kelebihan seorang calon presiden dan pemimpin. Rakyat atau pemilih hanya diberikan sugesti dengan tampilan kandidat seperti mengunjungi pasar, mendatangi pesantren, ikut olah raga jalan, senam, pembagian sembako dan semacamnya, seolah-olah pemimpin itu dekat dengan rakyat, peduli dengan rakyat dan mencintai rakyat. Padahal, itu hanya trik untuk mendapatkan suara rakyat.

Keunggulan seorang pemimpin harus ditunjukkan oleh kelebihan ide-idenya, kemampuan dia mencari solusi dalam pemecahan masalah yang dihadapi bangsa. Karena itu partai politik yang punya mandat dari undang-undang memajukan calon presiden dan wakilnya, sudah seharusnya mensponsori diwujudkannya kompetisi gagasan dalam kontestasi pilpres.

Kompetisi gagasan ini bisa dalam bentuk memunculkan ide-ide baru, baik bersifat jangka pendek maupun yang jangka panjang dan visioner. Namun, tidak salah pula kalau calon presiden ini memberikan
penilaian terhadap kerja pemerintah yang sedang berjalan. Bisa memberikan apresiasi terhadap kinerja pemerintah yang positif, namun juga boleh mengkritik kegagalan pemerintah disertai solusi dan upaya pemecahannya.

Seperti kita ketahui masih banyak persoalan yang belum bisa diatasi pemerintah, misalnya, masalah korupsi, masalah pengangguran, ketimpangan pendapatan dan kesenjangan sosial, masalah utang luar negeri dan lainnya

Dengan melakukan kritik terhadap kinerja pemerintah yang sedang berjalan dan menawarkan solusinya, menunjukkan calon presiden tersebut menguasai masalah dan paham apa yang akan dikerjakannya.

Artinya, politik gagasan bisa menjadi indikator keorisinilan potensi seseorang. Bisa dinilai kompetensinya, intelektualitasnya, leadeshipnya sehingga tepat untuk dipilih menjadi pemimpin puncak negara. Ini akan berbeda dengan pemimpin yang melakukan pencitraan, hanya menunjukkan kemalasan berfikir dan bekerja keras. Kita tahu, bahwa memimpin negara dengan penduduk lebih dari 200 juta, dengan masalah yang menumpuk memerlukan seorang pemimpin yang kuat dalam berbagai hal, kalau negara yang dipimpinnya ingin maju dan sejajar dengan negara lain yang sudah sejahtera.

Kita melihat kemalasan berfikir dan ketidakperdulian partai politik dalam mewujudkan kompetisi gagasan. Partai dalam memenangkan pilpres, pilkada dan lainnya, lebih menekankan pengerahan massa melalui mesin partai, membangun koalisi dengan partai lain supaya massa suaranya bergabung dan besar. Tentu, dengan adanya kompensasi jika menang, akan memperoleh jatah jabatan, posisi menteri, misalnya.

Tanpa politik gagasan dan tanpa melihat juga track record atau jejak rekam seseorang calon pemimpin kita cenderung melahirkan pemimpin yang tidak siap membawa kemajuan, kemungkinan ia baru mencari pengalaman. Kematangannya masih diragukan. Dalam kepemimpinannya kemungkinan banyak muncul kritik dan sorotan. Tentu, ini akan membawa suasana kehidupan politik yang tidak stabil. Sebab, dalam sistem politik Indonesia seseorang yang sudah dijagokan dalam partainya untuk menjadi pemimpin, sekalipun ia lemah dan punya kekurangan pasti dibela habis-habisan oleh partainya atau kelompoknya.

Dalam konteks demikian, jika tidak ada upaya untuk memutus situasi seperti di atas, Indonesia kemungkinan akan selalu gagal mewujudkan negara sejahtera dan sukses dalam pembangunan. Sebab, partai politik yang memerintah dan pemimpinnya akan disibukkan berpolemik dan berdebat dengan partai yang di luar pemerintahan atau kelompok oposisi dan kalangan intelektual yang kritis. Ia akan selalu membela kadernya. Ujungnya, pemerintahannya tidak fokus menjalankan pembangunan.

Situasi tidak kondusif di atas salah satunya bisa diatasi dengan meningkatkan kecerdasan rakyat dalam memilih pemimpin, yaitu mendasarkan pemilihan pada figur yang dinilai punya kemampuan, kecerdasan, jejak pengalaman yang bagus, berintegritas dan kompeten.

Tapi, selama partai tidak mau mensupport kampanye kompetisi gagasan ini dalam memilih pemimpin, rasanya kita sulit mendapatkan pemimpin yang mumpuni dan sempurna.

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading