Ads
Aktualita

Pecahnya Perang Iran – Israel, Guncang Ekonomi Dunia dan Indonesia

Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Perang antara Iran dengan Israel tampaknya bakal sulit dicegah. Saling balas serangan mulai terjadi. Jum’at, 19 April 2024 sebuah ledakan keras terdengar di Kota Ghahjaworstan, di barat laut kota Isfahan. Kota ini terletak dekat bandara Isfahan dan merupakan pangkalan kedelapan angkatan udara Iran.

Iran Press TV yang melaporkan bahwa ledakan terdengar sampai dekat pusat kota, tapi belum diketahui penyebabnya. Namun, Al Jazeera yang mengutip ABC Newsmenyebut  rudal Israel yang menghantam sebuah lokasi di Iran.

Akibat ledakan tersebut menyebabkan semua penerbangan yang menuju kotaTeheran, Isfahan, Shiraz, bandara di Barat, Barat Laut, dan Barat Daya ditangguhkan untuk sementara.

Spekulasi bahwa itu serangan Israel tampaknya sulit dibantah. Sebab, beberapa waktu lalu Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu bertekad untuk menyerang balik Iran setelah sebelumnya, Sabtu, 13 April 2024, Iran menyerang Israel dengan menghujani lebih 300 rudal dan drone. 

Namun, Iran sendiri menyerang Israel bukan tanpa alasan, karena sebelumnya Israel pada 1 April 2024 telah melakukan pemboman konsulat Iran di Damaskus. Pemboman itu telah menyebabkan 11 orang tewas, termasuk Brigjen Mohammad Reza Zahedi komandan senior Pasukan Al-Quds, unit elit Pengawal Revolusi Iran (IRGC), dan Brigjen Mohammad Hadi Haji Rahimi, wakil Zahedi dan wakil koordinasi Al-Quds.

Kantor berita berita Reuters mengutip keterangan seorang pejabat Iran menyatakan,tiga ledakan yang terdengar di kota Isfahan merupakan akibat sistem pertahanan udara.

“Ledakan yang terdengar di Isfahan akibat aktivasi sistem pertahanan udara Iran,” kata pejabat tersebut.

Pemerintah Iran memastikan tak ada serangan rudal untuk saat ini. “ Beberapa drone telah berhasil ditembak oleh pertahanan udara Iran, tidak ada laporan mengenai rudal untuk saat ini,” kata juru bicara badan antariksa Iran, Hossein Dalirian.

Tetapi, seorang pejabat Amerika Serikat mengkonfirmasi bahwa Israel telah melakukan serangan ke Iran. Namun, pejabat tersebut menyatakan sasaran Israel bukanlah fasilitas nuklir.

Diketahui, Iran memiliki 13 fasilitas pengembangan nuklir di Isfahan. Bahwa, provinsi Isfahan masih aman setelah serangan drone berlangsung. Larangan penerbangan sudah dicabut di semua bandara. Penerbangan sudah berjalan normal. Aktivitas masyarakat sudah berjalan aman seperti biasa.

Disebutkan pula, bahwa Israel telah memberitahu Amerika Serikat pada Kamis (18/4/2024) akan menyerang Iran. Namun, Amerika menyatakan tidak “mendukung” serangan tersebut.

Media Iran memberitakan, serangan drone Israel ke Iran tidak menyebabkan kerusakan. “Laporan menunjukkan tidak ada kerusakan besar atau ledakan besar yang disebabkan oleh dampak ancaman udara apapun,” Kantor Berita IRNA, memberitakan.

Komandan senior militer Brigadir Jenderal Kedua Mihandoust  di provinsi Isfahan juga mengatakan tidak ada kerusakan maupun insiden di wilayah tersebut.

Sementara itu CNN yang mengutip kantor berita Iran IRNA, menyatakan Iran mengaktifkan sistem pertahanan udaranya usai munculnya ledakan. “ Sistem pertahanan udara Iran telah diaktifkan di beberapa provinsi,” kutipnya.

Sementara itu kantor berita IRNA juga melaporkan pada hari yang sama ledakan di Isfahan, pada Jum’at dinihari (19/4/2024) juga terjadi serangkaian ledakan di sejumlah pangkalan militer Suriah.Ledakan terjadi di bandara militer Al-Thala dan Adra, serta batalion radar yang terletak antara kora Adra dan Qarfa, Suriah bagian selatan. Belum diketahui muasal serangan tersebut.     

  

 Jika Israel benar melakukan serangan ke Iran, kuat dugaan Iran akan membalas serangan tersebut. Maka bisa dipastikan peperangan dan ketegangan yang besar akan terjadi.

Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian  sebelumnya sudah memberi peringatan keras, bahwa Iran akan menyerang “segera dan dalam level maksimum” jika negara zionis benar-benar melancarkan serangan balik.

“Jika Israel memulai kembali aksi dan mengambil tindakan yang bertentangan dengan kepentingan Iran, maka respon kami selanjutnya akan segera dan dalam level maksimum,” tegas Abdollahian.

Menlu Iran tersebut melontarkan pernyataan ini beberapa jam sebelum Israel meluncurkan pesawat tanpa awak ke kota dekat fasilitas nuklir Iran pada Jum’at (19/4/2024).

Pemerintah Iran mengungkapkan telah menembak jatuh beberapa drone pasca terdengar tiga kali ledakan dekat kota Isfahan.

Dampak Ekonomi Perang Israel-Iran

Pengamat sosial dan politik Dr. Suchyar Effendi, mengungkapkan dampak ekonomi jika terjadi eskalasi perang Israel dan Iran. Ia mengatakan, Israel sejak lama memang berniat menghancurkan proyek nuklir Iran. “Awalnyailmuan nuklir Iran dibunuh. Israel dan Amerika Serikat tidak menghendaki Iran memiliki senjata nuklir kedua, setelah Israel,” ujar doktor jebolan Jerman ini.

Menurut Suchyar, belum lama ini Amerika Serikat mencairkan dana Iran yang dibekukan AS. Syaratnya, agar Iran tidak melanjutkan pengayaan uranium untuk bahan bakar nuklir. Sementara, Israel tetap pada tujuan semula, yaitu menghancurkan instalasi nuklir Iran.

“Jika terjadi eskalasi perang kedua negara, Iran akan melakukan serangan balik ke Israel dan mengarah penghancuran pusat nuklir Israel di Demona,” jelas Direktur World University Service Indonesia ini.

Ia menambahkan, Iran yang selama ini membantu Rusia dalam perang Ukrania dengan memasok drone Shahed telah menyempurnakan teknologinya berkat bantuan Rusia.

“Israel yang memiliki keunggulan jet tempur dari AS, untuk sementara akan berada di atas angin. Jika Rusia memasok Iran dengan pesawat tempur SU 35, akan terjadi duel udara antara Israel dan Iran,” paparnya.

Menyinggung posisi negara-negara Arab seperti Mesir dan Arab Saudi, Suchyar Effendi menjelaskan, negara –negara Arab seperti Mesir dan Saudi Arabia tidak akan ikut campur perang tersebut. Kedua negara sudah terikat perjanjian damai dengan Israel dan kerja sama di bidang ekonomi dan teknologi. Yordania juga tidak akan melibatkan perang tersebut, bahkan membantu Israel untuk menembak jatuh drone Iran yang melintas di negaranya.

Suchyar menambahkan, perang ini juga akan berpengaruh pada pasokan minyak dari Timur Tengah. “ Jika Iran menutup Selat Hormuz, maka pasokan minyak dari Timur Tengah akan terganggu dan terhenti,” urainya.

Menurut Suchyar, dampaknya harga minyak akan meroket. Bisa mencapai 100 dollar per-barrel dan mendorong tingkat inflasi di seluruh dunia.

“Bank sentral AS, the Fed akan menunda kenaikan suku bunga acuannya untuk menahan tingkat inflasi. Dampak dari kebijakan the Fed sudah dirasakan banyak negara, termasuk Indonesia. Nilai tukar rupiah terhadap dollar tembus di atas Rp 16.000 rupiah per-dollar. Sekarang berada di kisaran Rp16.270, dan bisa mencapai Rp 17.000,- per-dollar,” terangnya.

Menurut Suchyar, Bank Indonesia menghadapi dilema untuk menjaga agar nilai tukar rupiah stabil, melalui dua kebijakan, yaitu menaikan suku bunga acuan agar agar nilai tukar rupiah tetap stabil. Konsekuensinya, suku bunga komersial juga akan naik. Kredit akan lebih mahal.

Peredaran uang akan semakin berkurang, daya beli masyaraakat yang rendah akan semakin melemah. Perusahaan akan sulit menjual produknya, selanjutnya gelombang PHK bertambah, jumlah pengangguran meningkat.

“Alternatif Kebijakan Bank Indonesia adalah melakukan intervensi dengan menjual dollar agar nilai tukar rupiah stabil. Resikonya adalah cadangan devisa akan terkuras. Batas amannya adalah enam bulan import,” tuturnya.

Suchyar menyimpulkan, apa pun pilihan yang diambil Bank Indonesia akan berdampak pada perekonomian nasional, sampai pada tingkat inflasi, daya beli, lapangan kerja dan seterusnya.

“Dunia sedang mengalami turbulensi karena perang Ukrania dan Timur Tengah. Bagai badai besar yang akan menerjang banyak negara, tidak terkecuali Indonesia,” pungkasnya.  

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading