Ads
Aktualita

Catatan dari Sabah: Seragam Putih-Merah di Bumi Kenyalang

Avatar photo
Ditulis oleh Nasrullah Ali Fauzi

Peristiwa bersejarah itu terjadi pada 20 Januari 2016. Saat itu, saya berada di sebuah bangunan kokoh di Ladang Tiga, sekitar 75 kilometer dari Kota Miri, Sarawak, Malaysia Timur. Ladang sawit itu milik Sarawak Plantation Berhad (SPB)/Sarawak Plantation Agriculture Development (SPAD).


Saya tidak sendiri. Masih ada 250-an orang di sana dengan tujuan yang sama: mengikuti sosialisasi Program Pembentukan dan Pendaftaran Pusat Pembelajaran Komuniti (PPK) Wilayah Sarawak –lebih popular disebut Community Learning Centre (CLC). Acara itu langsung dipimpin Dato Sri Fatimah Abdullah, Menteri Kebajikan, Wanita dan Pembangunan Masyarakat Negeri Sarawak.


Dato Sri Fatimah memang menjadi tamu kehormatan saat itu. Beliau terlihat sempat bercanda-ria dengan beberapa anak dari 50-an Pelajar CLC Ladang Tiga, yang pada hari itu berseragam putih-merah. Lagu “Negaraku” (Lagu Kebangsaan Malaysia), “Ibu Pertiwiku” (Lagu Negeri Sarawak) dan “Indonesia Raya” (Lagu Kebangsaan Indonesia) sempat dikumandangkan secara bergantian.

Sosialisasi Pembentukan-Pendaftaran CLC di CLC Ladang Tiga (2016).

Ikut hadir juga Pengurus Besar Syarikat SPB/SPAD, Konsul Jenderal Republik Indonesia (Konjen RI) Kuching saat itu Bapak Jahar Gultom beserta staf, wakil-wakil dari Bahagian Pendidikan Swasta Kementerian Pendidikan Malaysia (BPS-KPM), Jabatan Pendidikan Negeri (JPN) Sarawak, Pegawai Pendidikan Daerah (PPD) Miri, Jabatan Imigrasi Malaysia (JIM) Sarawak, Jabatan Kesihatan Negeri (JKN) Sarawak, Polis Diraja Malaysia (PDRM) Miri dan beberapa manajer perusahaan sawit sekitar Miri-Bintulu.


Pembentukan Awal. Program tersebut menjadi titik awal perjalanan sejarah CLC di Sarawak. CLC merupakan tempat belajar sederhana bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) kelahiran Sarawak untuk jenjang Sekolah Dasar (SD). Ia didirikan untuk membantu pelayanan pendidikan bagi anak-anak PMI yang tinggal bersama orang tua mereka yang bekerja di ladang-ladang sawit.


Ini program lanjutan dari hasil kerjasama dan kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam bidang pendidikan. Di Sabah, sebuah negeri lain di Malaysia Timur, CLC sudah diizinkan beroperasi sejak November 2011 untuk jenjang SD dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada Desember 2008, Pemerintah Malaysia juga sudah mengizinkan pengoperasian Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) untuk tujuan yang sama. Malah SIKK kemudian dipilih menjadi sekolah induk bagi CLC se-Sabah dan Sarawak.


Sebetulnya, sejak 2009, sudah ada “cikal-bakal” CLC di ladang-ladang sawit Sarawak, khususnya di Miri dan Bintulu. Misalnya di Ladang Lambir, Telabit, Pinang, Sungai Trus, Sungai Balim, Galasah, Saremas, Segarmas dan Pekaka. Semua beroperasi secara informal atas inisiatif beberapa PMI yang layak dijuluki “pejuang awal” pelayanan pendidikan anak Indonesia di sana. Dan sejak 2012, puluhan mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam program Volunteerism Teaching Indonesian Chindren (VTIC) juga terjun ke sana secara bertahap setiap tahun selama sebulan untuk membantu pelayanan pendidikan.

Suasana belajar di CLC Ladang Pekaka, Bintulu (2013).

Dalam sambutannya di CLC Ladang Tiga, Dato Sri Fatimah menegaskan soal pentingnya pemberian layanan pendidikan dasar bagi siapa saja, termasuk bagi anak-anak pekerja Indonesia di ladang-ladang sawit di Sarawak. Sebab pendidikan adalah hak dasar mereka. Beliau juga menghimbau kepada semua pengurus ladang lain supaya segera membentuk dan mendaftarkan CLC di ladang masing-masing sesuai panduan yang sudah ditetapkan.


Ucapan terima kasih disampaikan oleh Konjen RI Kuching. Dalam sambutannya, Jahar Gultom mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia berterima kasih kepada Pemerintah Malaysia dan Sarawak atas pemberian izin operasional CLC di Sarawak. Juga kepada perusahaan sawit dan rakyat Sarawak.
“Pelayanan pendidikan untuk anak pekerja Indonesia merupakan tugas dan tanggung-jawab semua pihak. Dengan keberadaan CLC, semua bisa mengambil manfaat. Anak-anak mendapatkan haknya dalam bidang pendidikan. Orang tua mereka bisa bekerja dengan tenang dan tidak berpindah tempat kerja sehingga produktivitas terus meningkat. Dan perusahaan bisa mendapatkan keuntungan lebih,” ujarnya.


Program sosialisasi seterusnya dilakukan lebih massif dan ekspansif: dari Miri, Bintulu, Mukah, Sibu, hingga Simunjan. Sampai Juni 2016, semua dokumen pembentukan dan pendaftaran CLC secara bertahap sudah disampaikan kepada JPN Sarawak dan BPS-KPM. Lalu disusul program presentasi oleh masing-masing pengurus ladang di Miri (Agustus 2016) dan Kuching (Oktober 2016). Kedua program itu diselenggarakan BPS-KPM dan JPN Sarawak, disaksikan Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Kuala Lumpur, Staf KJRI Kuching, PPD setempat, Jabatan Imigresen Malaysia, Jabatan Bomba dan Keselamatan, Jabatan Kesihatan serta Jabatan Ukur.

Setelah didiskusikan, hasil presentasi kemudian disempurnakan dan dipertimbangkan secara seksama oleh Tim BPS-KPM. Sampai akhirnya, setelah dinilai memenuhi syarat, terbitlah Surat Akuan Kelulusan Sementara untuk 16 CLC di Sarawak yang diserahkan di CLC Ladang Tiga (22 Oktober 2016) dan CLC Ladang Wilmar Saremas (20 Desember 2016). CLC-CLC tersebut adalah CLC Ladang Tiga SPAD, CLC Ladang Pekaka, CLC Ladang Lavang Special, CLC Ladang Rajawali, CLC Ladang Galasah, CLC Ladang Telabit, CLC Ladang Pinang, CLC Ladang Sungai Balim, CLC Ladang Sungai Trus, CLC Ladang Lambir, CLC Ladang Sungai Klad, CLC Ladang Mutiara, CLC Ladang Ladong, CLC Ladang Saremas, CLC Ladang Segarmas dan CLC Rinwood (Pelita) Mukah.

Penyerahan Surat Akuan Pendaftaran CLC di Ladang Saremas (2016).

Perbaikan Pengurusan. Setelah 16 CLC di Sarawak berstatus legal, perbaikan pengurusan CLC menjadi prioritas. Langkah pertama adalah pemutakhiran data pelajar dan guru CLC yang ada. Sampai Desember 2016, jumlah pelajar CLC adalah 1020 orang dengan 28 guru.

Guru-guru CLC juga mulai diberikan pelatihan secara rutin untuk peningkatan kemampuan mereka dalam mengajar. Untuk diketahui, para guru tersebut –sering disebut Guru Pamong/Guru Bantu/Guru Sandar– sebetulnya berstatus sebagai pekerja ladang. Sebagian besar tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat; ada juga yang sudah bergelar Sarjana Strata Satu (S1). Mereka memiliki kepedulian tinggi untuk membantu pelayanan pendidikan anak PMI. Apalagi, sejak 2017, banyak dari mereka yang meneruskan kuliah secara online di Universitas Terbuka dan kini sudah bergelar S1 Bidang Pendidikan.

SIKK sebagai sekolah induk juga tak pernah lepas memberikan bimbingan dan bantuan dari Pemerintah Indonesia untuk keberlangsungan operasional semua CLC, baik dalam bentuk peralatan, buku ajar, juga keuangan. Kurikulum, sistem pendidikan dan peraturan pelaksanaan pendidikan di CLC semua mengikuti apa yang diberlakukan di Indonesia.

Kedatangan Guru-guru Bina CLC ke Wilayah Sarawak (2017).

Tak kalah penting adalah pengiriman guru-guru profesional dari Indonesia. Selama periode 2017-2019, Kemendikbud RI sudah mengirim 28 guru –lebih popular disebut Guru Bina– untuk bertugas di semua CLC di Sarawak. Sebagian besar pernah mengabdi di CLC Wilayah Sabah, sehingga mereka tidak kaget lagi dengan suasana CLC di Sarawak.

Kehadiran para guru tersebut membuat perjalanan CLC di Sarawak makin dinamis: sistem kepengurusan, metode pengajaran dan pembelajaran, semangat belajar para murid, juga peningkatan hasil belajar. Karena itu, tak heran jika jumlah pelajar CLC makin meningkat dan makin mendapat sambutan hangat dari pengurus ladang dan PMI di ladang-ladang.

Peningkatan kemampuan pelajar CLC, baik akademik atau non-akademik, bisa dilihat dari prestasi mereka dalam lomba antar-Pelajar CLC se-Sarawak yang rutin diadakan sejak 2016-2018. Juga dalam Kompetisi Sains, Seni dan Olahraga yang digelar di Kuala Lumpur, Johor Bahru dan Kota Kinabalu, yang diikuti pelajar dari CLC Wilayah Sabah, SIKK, Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB), Sekolah Indonesia Singapura (SIS) dan lainnya. Wakil-wakil dari CLC Sarawak berhasil menjadi juara dalam lomba menyanyi, olimpiade matematika dan menggambar.

Guru-guru Indonesia Sarawak (GIS) juga aktif menyelenggarakan kegiatan rutin yang menarik dan edukatif. Misalnya Jambore Anak Indonesia di Malaysia Zona Sarawak (JAIM Zora) pada 2017-2019. JAIM Zora merupakan sebuah program unggulan bagi CLC di Sarawak yang diselenggarakan dalam bentuk perkemahan besar dan rangkaian kegiatan kepramukaan. Di situ para pesertanya — sekitar 200-250-an orang– saling berkenalan, belajar bersama, sambil diberikan pembinaan karakter untuk memupuk semangat bela negara dan rasa cinta tanah air. Ada juga aktivitas kesenian lain yang melibatkan pelajar CLC di beberapa tempat yang diselanggarakan oleh KJRI Kuching atau di ladang masing-masing.

Penambahan CLC. Pada 2017, sejarah CLC di Sarawak memasuki babak baru. Kedatangan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo ke Kuching pada 22-23 November, dan pertemuannya dengan Perdana Menteri Malaysia waktu itu Datuk Seri Najib Tun Razak, berbuah manis: Pemerintah Malaysia dan Sarawak memberi izin penambahan jumlah CLC di Sarawak. Dalam acara “Temu Kangen Presiden RI” waktu itu, sekitar 7000-an Warga Indonesia ikut hadir di Stadium Perpaduan Kuching –500 di antaranya adalah Pelajar CLC.

Maka, sepanjang 2018-2019, kembali diselenggarakan sosialisasi dan pembentukan-pengoperasian CLC-CLC baru di ladang-ladang lain yang letaknya lebih jauh dan menantang. Di tengah proses itu, pihak BPS-KPM, JPN Sarawak atau PPD wilayah juga mengadakan kunjungan verifikasi terhadap calon-calon CLC baru yang dokumen pendafarannya sudah disampaikan ke Putrajaya. Dan akhirnya, sampai September 2019, jumlah CLC di seluruh Sarawak mencapai 63 buah. Letaknya terbentang panjang mulai Simunjan, Serian, Balai Ringin, Samarahan, Sri Aman, Sibu, Mukah, Balingian, Tatau, Sebauh, Bintulu, Murum, Belaga, Urun, Miri, Suai, Bekenu, Sepupok, sampai Trusan dan Merapok yang berbatasan dengan Sabah dan melewati Brunei.

Titik sebaran 63 CLC Wilayah Sarawak dalam peta (2019).

Dari sejumlah itu, belum ada lagi permit CLC yang diterbitkan BPS-KPM, kecuali yang 16 sebelumnya. Pandemi Covid-19 kemudian membuat semua aktivitas terhenti, termasuk di CLC. Syukurlah kini sudah relatif normal dengan aktivitas pengajaran dan pembelajaran seperti biasa. Menurut data, CLC di Sarawak kini berjumlah 70 (yang aktif 64), dengan jumlah pelajar 2284, Guru Pamong 131 dan Guru Bina 20.


Begitulah nota singkat tentang seragam putih-merah di Bumi Kenyalang, yang pada bulan ini berusia delapan tahun. Ia masih kecil, tapi sudah berhasil meluluskan hampir seribuan pelajar jenjang SD. Begitupun, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan semua pihak. Antara lain: melanjutkan proses permohonan penerbitan permit CLC, baik yang sudah diverifikasi BPS-KPM maupun yang baru; mencari tempat untuk kelanjutan pendidikan jenjang SMP bagi alumni SD di CLC; menyelesaikan pengurusan permit kerja (working permit) Guru Bina; juga mencari solusi tentang penerbitan visa para pelajarnya.

Semoga CLC di Sarawak tetap eksis dan makin berkembang baik. Dia tidak boleh berhenti karena sangat penting bagi keberlangsungan dan kelanjutan pendidikan anak-anak PMI di Sarawak. Jika terhenti, apalagi mati, maka lebih dari seribuan pelajarnya yang sudah tamat SD –atau yang masih belajar– bisa jadi akan kembali masuk kebun untuk memungut biji atau menombak sawit akibat proses pendidikan mereka yang gratis itu terhenti. Apalagi, tak dapat dipungkiri, masih banyak anak PMI lain di Sarawak yang juga belum mendapat akses pendidikan.

Jadi, sudah seharusnya semua pihak ikut mendukung dan mempertahankan keberadaan CLC. Dukungan itu juga tak boleh kendur, seperti halnya dukungan Dato Sri Fatimah Abdullah yang ternyata tak pernah luntur. Inilah yang kembali beliau tegaskan dalam sambutannya dalam Malam Resepsi Diplomatik HUT RI ke-78 yang digelar KJRI Kuching di Kuching, 27 September 2023, yang juga dihadiri oleh Konjen RI Kuching Bapak Raden Sigit Witjaksono dan tamu penting lainnya.

“CLC sangat dekat di hati saya sebab saya terlibat langsung dalam proses pendiriannya. Ini dukungan kami untuk melihat bahwa setiap anak, tanpa melihat kewarganegaraan, mempunyai hak mendapat pendidikan. CLC memang menyediakan pendidikan inklusif yang berjalan baik dan terurus. Yang harus dipastikan ialah tempat belajar di CLC diurus dengan baik, mesti didaftar dan selamat. Gurunya harus bertauliah supaya pendidikannya berkualitas. Sementara pendaftaran CLC dalam proses, pastikan syaratnya dipatuhi terutama lingkungan yang kondusif dan selamat,” kata Menteri Kebajikan, Wanita dan Pembangunan Masyarakat Negeri Sarawak itu.

Dato Sri Fatimah dalam Acara HUT RI ke-78 di Kuching (2023).

Jadi, jutaan terima kasih, Dato Sri Fatimah Abdullah, atas dukungan selama ini. Dan selamat ulang tahun ke-8, CLC Sarawak.***

Tentang Penulis

Avatar photo

Nasrullah Ali Fauzi

Penulis lepas, tinggal di Kota Kinabalu, Sabah. Pernah menjadi redaktur Majalah Panji Masyarakat.

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading