Ads
Aktualita

Kecemasan Bakal  Hilangnya Politik Hati Nurani

Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Pemilu dan pilpres makin dekat menjelang hari pemberian suara pada 13 Februari 2023. Tapi, suasana menjelang hari yang sangat menentukan tersebut mulai tensinya terasa panas. Soalnya, apalagi kalau bukan menyangkut upaya memenangkan kursi kekuasaan yang diawali dengan memperebutkan suara rakyat pemilih.

Gonjang-ganjing pesta demokrasi 2024 sudah dimulai dari ketegangan memilih capres dan cawapres. Untuk capres umumnya berlangsung mulus, kalaupun  ada riak-riak tidak terlalu mengemuka.  Namun, untuk cawapres memang sedikit tegang, sehingga hampir menjelang unjuri time, baru muncul dua paket pasangan yang menemukan jodohnya. Sedangkan satu paket lainnya sudah terbentuk lebih awal.

Ketiga paket capres-cawapres inipun sudah resmi disahkan KPU dan masing-masing pun sudah dapat nomor urut, yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) Nomor Urut 1, Prabowo Subianto -Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD nomor urut 3.

Terbentuknya pasangan capres-cawapres ini memang sudah diawali oleh konflik, namun jika hal itu terjadi diinternal koalisi adalah lumrah saja. Ia merupakan bagian dari dinamika internal  dan musyawarah partai yang berkoalisi.

Namun, yang paling kontroversial dan menjadi perbincangan luas di publik adalah tampilnya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo di Koalisi Indonesia Maju (KIM). Dua isu menerpa Gibran, yaitu isu politik dinasti Presiden Jokowi dan isu Majelis Konstitusi (MK) yang meloloskannya karena tidak memenuhi syarat umur minimal 40 tahun. 

Melalui permohonan yudicial revieuw ketentuan umur ini dirubah. Seorang bisa jadi capres dan cawapres  meski belum berusia  40 tahun asal pernah terpilih jadi kepala daerah. Melalui perubahan undang-undang ini maka Gibran mulus menjadi cawapres karena pernah menjadi walikota Solo dan sudah 3 tahun menjabat.

Masalah lolosnya Gibran dianggap ada konflik of interes, karena Ketua MK Anwar Usman adalah ipar Presiden Jokowi dan paman dari Gibran. Dan, Anwar Usman ikut sebagai hakim yang memeriksa permohonan  yudicial revieuw yang diajukan pemohon.

Masalahnya kemudian belum selesai, karena muncul adanya dugaan pelanggaran etik yang dilakukan para hakim MK dalam memeriksa gugatan perubahan syarat usia cawapres.   Setelah para hakim diperiksa oleh Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) terbukti ditemukan ada pelanggaran etik. Akhirnya, enam orang  hakim kontitusi  diberikan teguran lisan secara kolektif, sementara Ketua MK Anwar Usman dinilai  melakukan pelanggaran etik berat dan diberhentikan sebagai Ketua MK.

Tetapi, keputusan MKMK tidak bisa menganulir putusan MK yang telah menerima permohonan gugatan usia calon presiden yang membolehkan seorang yang belum berusia 40 tahun maju sebagai cawapres asal pernah terpilh jadi kepala daerah. Karena putusan MK final dan mengikat, maka naiknya Gibran yang masih berusia 36 tahun sebagai cawapres menjadi aman.

Kasus putusan MK baik yang meloloskan Gibran sebagai cawapres maupun hasil putusan MKMK yang memberikan hukuman kepada para hakim konstitusi, menjadi sorotan para tokoh bangsa dan pemuka masyarakat. Mereka merasa prihatin dengan suasana kehidupan berbangsa akhir-akhir ini, dan apalagi menjelang pelaksaan pesta demokrasi yang semakin dekat.

Mereka mencemasan beberapa fenomena dan gejala adanya penyimpangan hukum, munculnya krisis nilai dan etika serta abai pentingnya politik yang didasarkan pada hati nurani.

Para tokoh tersebut di antaranya yang tergabung dalam Majelis Permusyawaratan Rembang, Minggu (12/10/2023 ) berkunjung ke kediaman KH Mustofa Bisri yang akrab disapa Gus Mus, di Pondok Pesantren Roudlotul Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah.

Tokoh nasional dan lintas agama ini yang sowan ke rumah Gus Mus di antaranya isteri mendiang Nurcholish Madjid Omi Komariah Madjid,  mantan Menag Lukman Hakim Saifuddin, pendiri Majalah Tempo yang juga sastrawan Goenawan Muhammad, mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekasa, Prof. Sulistyowati Irianto, Ali Iman Nurlambang, Antonius Benny Susetyo, Amin Abdullah, Frans Magnis Suseno, Henny Supolo, Clara Juwono, Karlina Supelli, Nong Mahmada. Nasaruddin Umar, Mayling-Oey Gardiner, Sinta Nuriah Wahid, Rhenal Khasali dan lainnya.

Dalam pernyataannya, Omi Komariah mengungkapkan, bahwa ia sempat curhat kepada Gus Mus, merasa sedih dan kesal, situasi sekarang ini korupsi makin banyak, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dipertontonkan secara terbuka tanpa rasa malu dan bersalah.

“KKN justeru semakin menggurita dalam penyelenggaraan negara,” ujarnya, pada media di sebuah warung makan di Rembang, usai sowan dari kediaman Gus Mus.

Isteri mendiang Cak Nur ini mengungkapkan,  sempat menitikkan air mata menyampaikan kepada Gus Mus bahwa nepotisme kekuasaan, seperti yang terlihat, dipertontonkan pada kita semua secara terbuka, tanpa rasa malu dan bersalah.

” Saya prihatin dengan kondisi tersebut. Demi keberlangsungan Indonesia, sudah banyak yang mengingatkan kekuasaan pada bahaya KKN,” terangnya.

Menurutnya, kekuasaan itu menjadikan orang tertutup hati nuraninya. Ini yang sangat memprihatinkan. Dan, negara merupakan wadah untuk pengabdian kepada rakyat. Kalau negara jadi ajang  KKN , ini sangat memprihatinkan.

Sementara itu Goenawan Muhammad mengatakan, menjelang pemilihan umum dan pilpres situasi makin mencemaskan.

“Kecemasan diawali dari aturan bersama dibongkar pasang, bahkan dirusak dan terjadinya skandal di Mahkamah Konstitusi (MK) yang sudah nyata menunjukkan hal tersebut,” tegasnya.

Menurut GM, sapaan akrabnya, pilpres yang akan datang bisa tegang. Mestinya ada yang menang, tetapi kemenangan itu kosong, karena kemenangan sebenarnya harus ada legitimasi bukan hanya legalitas.

Menurut Goenawan Muhammad, mereka datang sowan ke Gus Mus untuk menumbuhkan kepercayaan kepada sesama. Namun sekarang, kepercayaan kepada sesama merupakan sesuatu yang sulit, bahkan tipis.

” Sekarang ini semua bisa dibeli. Kesetiaan bisa dibeli. Suara bisa dibeli, kedudukan bisa dibeli. Jadi apa yang ikhlas itu sudah mengalami erosi yang berat,” ucapnya.

Menurut GM, jika sebuah masyarakat kehilangan saling percaya, maka semua sudah selesai. Karena itu kehadirannya bersama tokoh lain ke rumah Gus Mus semata untuk mencegah hal tersebut.

Keprihatinan dan kecemasan para tokoh bangsa ini sudah selayaknya didengar dan diperhatikan. Mereka berbicara karena  tidak ingin negara dan bangsa ini terpuruk dan rakyat menderita.

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda