Ads
Aktualita

Menakar Minat & Bakat : Pelajar Indonesia di Malaysia  

Ditulis oleh Panji Masyarakat

Sebagai negara berjiran, hubungan Indonesia-Malaysia sangatlah kuat. “Bagai air dicincang,” kata pepatah Melayu. Hubungan keduanya hampir mustahil putus karena saling memerlukan. Kerjasama dalam berbagai bidang banyak yang sudah disepakati dan dilaksanakan bahkan hingga kini, termasuk –salah satunya– dalam bidang pendidikan.

Keberadaan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL), Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Community Learning Centre (CLC), Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB), Indonesian Community Centre (ICC) dan Sanggar Belajar (SB) merupakan bukti nyata sudah terlaksananya kesepakatan yang baik dan masih dipertahankan sampai hari ini antar-kedua negara.

SIKL diresmikan di Kuala Lumpur pada 10 Juli 1969, tidak lama setelah hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia resmi terjalin. Awalnya disediakan untuk anak-anak diplomat Indonesia dengan jumlah pelajar terbatas. Tapi kini, dengan makin banyaknya jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) di Kuala Lumpur dan sekitarnya, makin banyak pula jumlah pelajarnya: 546 orang dari jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Status pekerjaan orang tua mereka pun beragam: diplomat, ekspatriat, pengusaha, mahasiswa, pekerja dan sebagainya.

SIKK mulai beroperasi pada 01 Desember 2008 dengan bangunan sewa rumah toko (ruko) sederhana di Alamesra, Kota Kinabalu. Sekolah ini memang dibentuk khusus untuk membantu melayani akses pendidikan anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ada di Kota Kinabalu dan sekitarnya.  Namun karena jumlah pelajarnya kian banyak sementara ruang terbatas, mulai Desember 2013 SIKK berpindah tempat di kawasan Kota Kinabalu Industrial Park (KKIP). Hingga kini, dari tiga belas SILN di luar Indonesia, SIKK memiliki bangunan terbesar di dunia. Jumlah pelajarnya 1269 orang untuk pendidikan formal (SD, SMP, SMA, SMK) dan 1849 orang untuk pendidikan non-formal (PAUD dan PKBM).

Lomba Menari Pelajar CLC Tingkat SD dalam APSI di KRI Tawau (2023).

Keberadaan SIKK ternyata masih belum cukup untuk melayani akses pendidikan anak Indonesia yang tinggal di luar Kota Kinabalu. Dari situlah kemudian disepakati oleh pemerintah kedua negara pada 2011 tentang pembentukan Community Learning Center (CLC) –sebelumnya Learning Centre (LC). CLC merupakan tempat belajar sederhana bagi anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang lahir di Sabah, untuk jenjang SD dan SMP. Di Sarawak, sebuah negeri lain di Malaysia Timur, CLC juga diizinkan beroperasi mulai awal 2016 dengan tujuan yang sama (jenjang SD saja). Sampai kini, menurut data SIKK sebagai sekolah induk, terdapat 238 CLC di Sabah dan 58 CLC di Sarawak, dengan jumlah total muridnya 15.244 pelajar (SD) dan 5118 pelajar (SMP).

Di Wilayah Semenanjung, SIKL juga mengalami hal serupa. Masih banyak anak Indonesia di luar Kuala Lumpur dan Lembah Klang yang ternyata masih belum terlayani akses pendidikannya. Dari situlah kemudian secara bertahap dibentuk Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB) pada 05 Januari 2014, disusul Indonesian Community Centre (ICC) dan Sanggar Belajar (SB) di beberapa tempat. Hingga kini, SIJB memiliki pelajar 310 orang untuk jenjang SD dan SMP, sementara SB berjumlah 48 buah dan ICC 5 buah dengan jumlah total pelajarnya 1822 orang (SD-SMP). Izin operasional ketiga tempat belajar ini masih dalam proses perbincangan dan persetujuan pihak-pihak berwenang di Jakarta dan Putrajaya.

Semua sarana dan prasarana pendidikan itu memang disediakan oleh Pemerintah Indonesia untuk memfasilitasi pelayanan pendidikan bagi anak-anak Indonesia yang ada di Malaysia. Kurikulum, sistem pendidikan dan peraturan pelaksanaan pendidikannya pun sama persis seperti yang diberlakukan di Indonesia. Guru-guru profesional dari Indonesia juga dikirim secara bertahap untuk SIKL, SIKK dan CLC. Tidak ketinggalan juga penyaluran dana bantuan operasional tahunan yang jumlahnya tidak sedikit untuk kelancaran proses pembelajaran dan pengajaran di tempat-tempat pelayanan pendidikan tersebut.

Dengan pelayanan pendidikan dari pemerintah seperti itu, bisakah kita mengetahui kualitas dan hasil pembelajaran para pelajar Indonesia di Malaysia?  Pertanyaan ini bisa terjawab secara tidak langsung melalui hasil penyelenggaraan tiga program berikut ini yang puncak acaranya digelar dalam waktu hampir bersamaan pada November 2023. Yaitu: Apresiasi Prestasi dan Seni (APSI) di Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau, 03-05 November 2023; Apresiasi Kreasi Akademik, Seni, Olahraga dan Keterampilan (APKRES) di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), 10-12 November 2023; serta Kompetisi Sains, Seni dan Olahraga (KS2O) di SIJB/Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru, 12 November 2023.

APSI merupakan kegiatan yang sudah diselenggarakan sejak 2013, hasil kerjasama SIKK dengan KRI Tawau. Tujuannya untuk memberikan ruang inovasi bagi pelajar tingkat SD dalam mengembangkan minat dan bakat, serta menggali potensi mereka. Bentuk kegiatannya berupa lomba pidato, menyanyi solo, menggambar, membaca puisi, storytelling, menari berpasangan, seni kriya dan dokter kecil. Pada tahun ini, pesertanya berjumlah 357 pelajar pilihan dari 32 CLC yang berada di wilayah kerja KRI Tawau.

APKRES juga merupakan kegiatan serupa diikuti pelajar CLC se-Sabah tingkat SMP. Untuk tahun ini pesertanya berjumlah 475 pelajar pilihan dari 42 CLC SMP se-Sabah. Adapun bentuk kegiatannya berupa lomba storytelling, badminton, cerdas cermat, tata boga, menari, melukis dan menyanyi solo, serta Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS). Ada juga atraksi penampilan budaya Indonesia dari para pesertanya yang disaksikan langsung oleh pelajar-pelajar undangan dari beberapa Sekolah Kebangsaan Malaysia,  termasuk Kinabalu Japanese School.

Sementara KS2O lebih luas lagi. Program yang didukung oleh Atase Pendidikan KBRI Kuala Lumpur ini sudah diselenggarakan sejak 2015 secara tatap muka di tempat yang berbeda (SIKL, SIKK, SIJB). Tahun  ini diselenggarakan secara dalam jaringan (daring alias online), diikuti hampir 500-an pelajar pilihan perwakilan dari SIJB, SIKL, SIKK, CLC, ICC dan SB se-Malaysia, serta Sekolah-sekolah  Indonesia  Luar Negeri (SILN) se-ASEAN (Singapura, Davao, Bangkok dan Yangoon).

Adapun jenis lombanya antara lain: olimpiade Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), olimpiade matematika, menggambar, pidato bahasa Indonesia, pencak silat dan senam KS2O (untuk jenjang SD);  olimpiade IPA, matematika, olimpiade Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), menyanyi solo, tari kreasi, poster digital, storytelling, pencak silat, e-sport, senam kreasi (untuk jenjang SMP);  dan olimpiade fisika, matematika, kimia, biologi, sejarah indonesia, ekonomi, geografi, menyanyi, disain infografis, pencak silat, senam kreasi (untuk jenjang SMA).

Lomba Menari Pelajar Indonesia di Malaysia dalam KS2O di SIKL (2018).

Ketiga program ini merupakan ajang spesial untuk menakar minat dan bakat semua pelajar Indonesia di Malaysia.  Tujuan umumnya untuk menyediakan wadah layanan pendidikan; memberikan apresiasi dalam bidang akademik, olahraga, seni dan keterampilan; menyediakan wadah kegiatan bertukar pengalaman belajar dan berorganisasi, dan kegiatan kesiswaan; mendukung program soft diplomacy dengan warga negara lain; serta memupuk dan menyemangati pelajar tentang pentingnya pengembangan diri melalui pendidikan.

Melalui penyelenggaraan beberapa program seperti di atas, sejauh ini sudah terbukti banyak prestasi dan hasil yang diraih oleh para pelajar Indonesia di Malaysia, dalam berbagai bidang keahlian, baik tingkat nasional maupun internasional. Dan berbekalkan semua capaian itu, banyak dari mereka yang akhirnya bisa pergi jauh untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di berbagai tempat di dalam dan luar negeri.

Apalagi, seperti selalu disosialisasikan oleh Prof. Dr. Muhammad Firdaus (Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur) dalam beberapa kesempatan, sekarang ini sangat terbuka peluang mendapatkan beasiswa bagi pelajar Indonesia di Malaysia yang berprestasi, baik melalui jalur afirmasi pendidikan menengah (adem) ataupun afirmasi pendidikan tinggi (adik). “Tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya,  termasuk karena alasan tiada biaya, untuk kemudian kembali ke tanah air tercinta,” tegasnya.

Bersamaan dengan itu, kita agaknya juga tidak boleh lupa bahwa masih banyak kawan mereka yang lain yang belum mendapat kesempatan yang sama, atau malah sama sekali belum tersentuh akses pendidikannya. Karena itu, berbagai upaya masih harus terus dilakukan untuk menelusuri, mencari dan mengasah potensi dan bakat dari –meminjam istilah Pak Dadang Hermawan, mantan Kepala Sekolah SIKK– “mutiara-mutiara” yang masih terpendam di belantara perkebunan sawit Malaysia yang sangat luas. Wassalam.***

Kota Kinabalu, 10 November 2023.

Penulis: Nasrullah Ali Fauzi, penulis lepas, Koordinator Penghubung CLC Wilayah Kota Kinabalu, Sabah.

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda