Ads
Bintang Zaman

Ummu Waraqah, Syahidah di Tangan Budak Miliknya dan Ramalan Rasul

Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Ummu Waraqah binti Abdullah bin Harist lebih dikenal dengan panggilan Ummu Waraqah saja. Dan terkadang disebut juga Ummu Waraqah binti Naufal. Ia adalah warga Madinah yang muslimah. Ia putri dari Abdullah bin al-Harist bin Uwaimar bin Naufal al-Anshariyah, dimana namanya dinisbahkan kepada kakeknya.

Ummu Waraqah termasuk pemeluk Islam gelombang pertama atau yang populer dengan sebutan assabiqunal awwalun seperti yang diungkapkan dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 100.

” Dan orang-orang yang  terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung “.

Namun, panggilan yang populer buat Ummu Waraqah adalah Al-Syahidah, artinya orang yang mati syahid di jalan Allah. Dan semua sahabat memanggilnya Ummu Syahidah. Umar bin Khattab sangat suka menyebutnya dengan panggilan Syahidah.  Sebutan ini memang rada aneh, kenapa  Ummu Syahidah yang masih hidup dipanggil  Syahidah.

Dikisahkan, bahwa Ummu Waraqah seorang yang sangat taat beribadah. Dalam hidupnya ia amat merindukan untuk mati syahid di jalan Allah. Suatu saat ia mendengar kabar bahwa Rasulullah hendak pergi  berperang di Badar (Perang Badar) atau perang pertama dalam Islam.

Ummu Waraqah kemudian datang menemui Rasul dan menyatakan ingin ikut berperang agar punya kesempatan mati syahid.

” Wahai Rasulullah, izinkanlah aku ikut perang bersamamu untuk merawat tentara yang terluka dan sakit. Mudah-mudahan Allah memberiku mati syahid dengan cara itu”. Demikian permintaan Ummu Waraqah pada Rasul.

Rasulullah Saw menjawab,” Tinggallah di rumahmu, karena sesungguhnya Allah SWT akan memberimu anugerah sebagai orang yang mati syahid,” ( HR Abu Daud).

Ummu Waraqah yang ahli ibadah ini mematuhi perintah Rasul. Ia yakin sepenuhnya pada apa yang dikatakan Nabi.  Ia pulang ke rumahnya dan menunggu mati syahid yang dijanjikan Rasul.

Dalam hidupnya Ummu Waraqah sangat bersyukur dengan kehadiran Rasul. Kabar tentang kehidupan Rasul dengan kepribadiannya yang mulia  sudah lama didengarnya. Dan, Ummu Waraqah juga meyakini dan mengimani risalah Rasulullah serta berbai’at kepadanya.

Sebagai wujud kecintaan Ummu Waraqah terhadap Islam dan Rasulullah maka Ummu Waraqah sangat mencintai pula Al-Qur’an. Ia menekuni ayat demi ayat, memahami isinya dan menghafalnya dengan tekun dan baik. Ia rutin berzikir, puasa,  tahanjud di tengah malam dan menekuni Al-Qur’an 

Tidak hanya sebatas hal tersebut, Ummu Waraqah juga menulis ayat -ayat Al-Qur’an dan menghimpunnya. Ia menulis ayat-ayat Al-Qur’an pada tulang, kulit dan pelepah kurma. Ia menghimpun Al-Qur’an tersebut di rumahnya. Ummu Waraqah juga meriwayatkan hadist dari Rasulullah.

Tidak disangka apa yang dilakukannya tersebut sangat bermanfaat  Setelah Rasul wafat dan Khalifah Abu Bakar RA berencana menghimpun Al-Qur’an, maka kumpulan Al-Qur’an dari Ummu Waraqah ini menjadi rujukan penting bagi Zaid bin Tsabit, yang mengepalai proyek penghimpunan Al-Qur’an.

Ummu Waraqah juga menjadikan  rumahnya sebagai masjid bagi jamaah kaum wanita. Ia pun diangkat menjadi imam shalat oleh Rasulullah untuk wanita. Bahkan, di rumah inilah pertama kali digaungkan azan untuk rumah dan bagi jamaah kaum muslimah. Baginda Rasul bahkan mengutus seorang muazin untuk memanggil para shahabiyah (sahabat wanita) bagi shalat berjamaah.

Rasulullah sangat menghormati Ummu Waraqah. Ini dibuktikan karena Rasul sering mampir ke rumahnya sebagai tanda penghormatan.

Sebagai muslimah yang sangat taat beribadah, Ummu Waraqah sangat terpengaruh dengan makna al-Syahadah atau mati syahid. Menurutnya, dalam makna mati syahid ada perjanjian antara Sang Khalik dengan hamba-hambanya untuk meraih kebahagiaan yang kekal dan abadi.

” Sesungguhny Allah Swt. membeli dari orang-orang Mukmin, baik diri maupun harta dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah Swt. sehingga mereka membunuh atau terbunuh, sebagai janji yang benar dari Allah Swt. di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah Swt? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung (at-Taubah ayat 111).

Melansir tulisan penulis buku-buku bestseller Muhammad Ali Qutb di Timur Tengah mengatakan, Ummul Waraqah dari  segi kekayaan materi, kehormatan, pangkat dan kedudukan sudah sangat mencukupi . Namun, Ummu Waraqah tidak tertarik dengan semua kehidupan dunia tersebut.

Ummu Waraqah melihat, kehidupan dunia selalu berpindah-pindah dari satu tangan manusia ke tangan manusia lainnya. Kadang-kadang hidup ini naik ke atas dan kadang:kadang turun ke bawah, bahkan hidup ini terkadang habis dan musnah.

Syahidah ini melihat, hanya sesuatu yang di sisi Allah yang kekal dan abadi. Dalam batin Ummu Waraqah begitu membekas bayang-bayang kenikmatan surga yang tidak akan pernah berubah dan habis, bayangan sesuatu yang telah dijanjikan Allah Swt.untuk penghuninya, berupa kenikmatan yang belum pernah terlintas dalam hati manusia, khususnya maqam atau kedudukan suci para syuhada.

Tahun berganti dan kehidupan terus berjalan. Rasulullah dan Khalifah pertama  Abu Bakar sudah dipanggil oleh Allah. Khalifah Umar bin Khattab meneruskan sebagai Amirul Mukminin.

Sementara itu Ummu Waraqah dikarunia usia penjang. Ia menanti dengan istiqamah janji syahidah dari Rasulullah Saw.

Ummu Waraqah tidak pernah bersuami, jadi ia tidak memiliki anak. Hanya, ia memiliki dua orang budak laki-laki dan seorang budak perempuan. Para budak ini diperlakukannya dengan pelnuh kasih sayang, layaknya anak sendiri, dan sesuai ajaran Islam.   Para budak inilah yang melayani semua kebutuhan Ummu Waraqah.

Memperlakukan budak dengan baik tentu salah satu bentuk pemerdekaan budak, hanya saja pembebasannya masih ditangguhkan, karena ini nemang hak para pemilik budak. Tetapi, jika majikan atau tuannya  meninggal maka para budak merdeka dengan sendirinya.

Rupanya, budak yang telah mendapat perlakuan dengan baik ini tidak sabar menanti kemerdekaannya. Godaan syetan yang merasuki mereka, di tengah malam yang sepi mereka mencekik leher Ummu Waraqah hingga wanita ini meninggal dan menghembuskan nafas terakhir. Mayatnya digulung dengan kain dan diletakkan disamping rumah. Setelah itu kedua budak ini kabur melarikan diri.

Ketika subuh tiba Umar bin Khattab bangun melaksanakan shalat subuh. Namun, ia merasa ada sesuatu yang aneh dan mencurigakannya. Ia berkata kepada orang yang hadir sesama shalat. “Demi Allah, tadi malam saya tidak mendengar bacaan Al-Qur’an bibiku Ummu Waraqah,” ujarnya.

Karena khawatir dengan keselamatannya, Umar bin Khattab berusaha mencari Ummu Waraqah. Di dalam rumah tidak ditemukan, akhirnya setelah intensif mencari ditemukan di samping rumah dibungkus kain dan sudah nenjadi mayat, tidak bernyawa lagi.

” Maha benar Allah dan Rasulnya. Sungguh Ummu Waraqah telah mendapatkan syahadah ( kemuliaan mati syahid),” kata Umar.

Umar bin Khattab kemudian kembali ke masjid. Ia mengumumkan apa yang menimpa Ummu Waraqah. Ia kemudian memerintahkan mencari dan menangkap kedua budak tersebut. Ketika berhasil diringkus, kedua budak tersebut mengakui perbuatannya. Keduanya dijatuhi hukum qisas dengan hukuman mati dengan cara disalib 

Dengan demikian terbukti kebenaran ucapan Rasulullah bahwa Ummu Waraqah akan mati syahid di rumahnya.

Sebuah kisah yang mengharukan dan mengandung hikmah pelajaran dari seorang figur sahabat wanita yang teguh imannya pada Allah dan cinta pada-Nya, pada Rasul dan Al-Qur’an.

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda