Partai-partai politik, yang di dalam maupun di luar parlemen, telah menetapkan pasangan calon presiden dan wakil presiden, yang akan bertarung pada Plipres 2024. Mereka adalah pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar; Ganjar Pranowo-Mahfud MD; dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Yang banyak diperbincangkan pencalonannya dari nama-nama calon pemimpin Republik itu adalah Gibran. Dia putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), wali kota Kota Solo, dan dianggap masih “hijau”, alias belum cukup matang untuk memimpin sebuah negara besar seperti Indonesia, yang kompleks dan banyak menghadapi masalah. Selain itu, pencalonan Gibran mengindikasikan bahwa Presiden Joikowi sedang membangun dinasti politik. Lebih jauh, pencalonan Gibran sebagai RI-2 dinilai sebagai kemunduran reformasi yang ingin melawan praktik kulusi dan nepotisme. Tampilnya Gibran yang disokong fasilitas negara sejak kemunculannya sebagai wali kota, jelas menghambat munculnya calon-calon pemimpin mumpuni, tanpa jalur pertalian keluarga, Pertanyaannya, seperti apakah pemimpin yang mumpuni itu?Dalam tradisi masyarakat Jawa, dikemukakan sifat-sifat utama yang mesti dimiliki seorang pemimpin, yang dikenal dengan dengan istilah “Hasta Brata”. Istilah ini antara lain dikemukakan Yasadipura I yang hidup pada akhir abad ke-18 (1729-1803 M).
Secara bahasa, “hasta” artinya delapan, sedangkan “brata” artinya langkah. Secara terminologis berarti delapan langkah yang harus dimiliki seorang pemimpin dalam mengemban misi kepemimpinannya. Langkah-langkah tersebut mencontoh delapan watak dari benda-benda di alam yakni Matahari, Bulan. Bintang, Langit, Angin, Laut, Api, dan Bumi.
Adapun kedelapan benda-benda alam yang mesti diteladani itu, yaitu: pertama, matahari (surya) yang memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan. Pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negaranya.
Kedua, bulan. (candra) yang memancarkan sinar ditengah kegelapan malam. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberi semangat kepada rakyatnya ditengah suasana suka ataupun duka.
Ketiga, bintang (kartika), memancarkan sinar kemilauan, berada ditempat tinggi hingga dapat dijadikan pedoman arah, sehingga seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan bagi untuk berbuat kebaikan.
Keempat, langit (angkasa), luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya.Prinsip seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan kemampuan mengendalikan diri dalam menampungpendapat rakyatnya yang bermacam-macam.
Kelima, angin (maruta), selalu ada dimana-mana tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat da martabatnya.
Keenam, laut/air (samudra), betapapun luasnya, permukaannya selalu datar dan bersifat sejuk menyegarkan. Pemimpin hendaknya bersifat kasih sayang terhadap rakyatnya.
Ketujuh, api (dahana), mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.
Kedelapan, bumi/ tanah (bhumi) bersifat kuat dan murah hati. Selalu memberi hasil kepada yang merawatnya. Pemimpin hendaknya bermurah hati (melayani) pada rakyatnya untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.
Adapun dalam pandangan Ki Hajar Dewantara,yang juga berasal dari tradisi Jawa, pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Asas-asas utama dari kepemimpinan Pancasila, yaitu: Ing Ngarsa Sung Tuladha, pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang yang dipimpinnya; Ing Madya Mangun Karsa, dalam arti pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya; dan Tut Wuri Handayani, dimana pemimpin harus mampu mendorong orang – orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab.
Sementara itu, apabila kita memperhatikan kriteria atau karakter pemimpinan, yang kerap dikemukakan, maka secara umum bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki ciri-ciri, yaitu memiliki kemampuan (ability), memiliki kapasitas (capacity), pengetahuan/wawasan (knowledge); kemampuan menggalang solidaritas (Solidarity maker); kemampuan memecahkan masalah (decision making), dan harus memiliki integritas (integrity) dan bijaksana (wisdom).
Dalam perspektif Islam, disebutkan adanya empat sifat/karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin, yakni shiddiq (benar,jujur); amanah (terpercaya), tabligh (komunikator), dan fathanah (cerdas). Keempat sifat atau karakter itu merupakan cermin dari kepemimpinan berintegritas. Nabi Muhammad Saw. yang merupakan teladan bagi ummat Islam, mengimplementasikan keempat karakter kepemimpinan tersebut.
Nah, siapakah di antara pasangan calon capres-cawapres di atas yang memiliki karakter dan sifat-sifat yang termuat dalam Hasta Brata, Ki Hajar Dewantara, dan yang tercermin dalam kepemimpinan Nabi Muhammad?