Ads
Aktualita

Pasangan Pilpres yang Menegangkan Sepanjang Sejarah

Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Prediksi Gibran Rakabuming Raka– Wali Kota Solo dan putera Presiden Joko Widodo–bakal menjadi wakil pesiden berpasangan dengan Capres Prabowo Subianto menjadi kenyataan. Minggu malam ( 22/10/2023) Prabowo telah mendeklarasikan Gibran sebagai calon wakil presiden di kediamannya Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dihadiri semua ketua umum anggota partai Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang berjumlah delapan partai.

Partai Golkar yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju yang memulai memuluskan jalan bagi Gibran untuk menjadi calon wakil presiden. Melalui Rapimnas Golkar sudah menyatakan dukungannya secara resmi pada Sabtu (21/10/2023). Sedangkan anggota koalisi lain seperti PAN, Partai Demokrat, Partai Gelora, PBB, Partai Garuda dan Partai Prima turut mengaminkan juga mendukung Gibran.

Langkah selanjutnya pasangan Koalisi Indonesia Maju ini akan mendaftarkan diri ke KPU pada Rabu, 25 Oktober 2023, hari terakhir pendaftaran capres-cawapres.

Gibran bisa lolos sebagai wacapres setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan menerima gugatan bahwa calon wakil presiden berusia kurang dari 40 tahun atau pernah menjadi kepala daerah, bisa diusung menjadi calon wakil presiden.

Sejak santer berita pencalonan Gibran menjadi cawapres Prabowo Subianto, mulai hari Sabtu, 21 Oktober 2023 Gibran telah berada di Jakarta. Putera sulung presiden ini pun sowan menemui beberapa ketua umum partai anggota koalisi. Di antaranya ia bertemu dengan Ketua Umum PBB Prof. Yusril Ihza Mahendra, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sedangkan rencana bertemu mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak berhadil. Para ketua umum partai yang ditemui Gibran menyatakan mendukung Gibran sebagai cawapres Prabowo Subianto.

Sementara itu Prabowo mengungkapkan telah minta izin kepada Presiden Jokowi untuk meminang anaknya menjadi cawapresnya. Menurut Prabowo yang Menhan ini, jawaban Jokowi, keputusan itu diserahkan kepada anaknya karena ia telah dewasa.

“Jawaban Jokowi terserah Pak Wali, kan sudah dewasa, kalau Pak Wali bersedia ya beliau pasti tidak menahan,” ujar Prabowo, menirukan ucapan Presiden Jokowi.

Presiden Jokowi ketika diminta komentarnya mengenai pencalonan puteranya pada acara Hari Santri Nasional (Minggu, 22/19/2023) mengatakan, sebagai orang tua ia hanya dapat mendoakan dan merestuinya

” Ya orang tua tugasnya mendoakan dan merestui keputusan. Karena anak sudah dewasa, jangan terlalu mencampuri urusan yang sudah diputuskan oleh anak-anak kita. Orang tua hanya mendoakan dan merestui,” jelasnya.

Mengenai status Gibran sebagai kader PDIP sampai saat ini belum ada keputusan dari PDIP. Sedangkan Gibran sendiri menyatakan siap kalau dipecat.

Dengan sudah pastinya pasangan Prabowo -Gibran, maka kontestasi untuk Pilpres telah lengkap dengan tiga paket pasangan. Yaitu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Kemunculan pasangan Prabowo-Gibran memang paling banyak diperdebatkan. Ada yang menilai pasangan ini akan mengerus basis-basis suara Ganjar Pranowo di wilayah yang dikuasai PDIP. Namun, di sisi lain banyak amunisi yang bisa digunakan untuk menghantam pasangan ini. Terutama, narasi adanya politik dinasti, yang itu tentu akan memperburuk citra, kredibilatas dan legitimasi kepemimpinan Presiden Jokowi.

Kedua, kemunculan Gibran karena adanya faktor Mahkamah Konstitusi (MK) yang meloloskan permohonan mengubah ketentuan persyaratan umur manimal 40 tahun sebagai cawapres, yang kemudian hal ini dikait-kaitkan dengan Ketua MK Anwar Usman yang merupakan ipar Presiden Jokowi dan paman Gibran. Jadi, ada dugaan faktor intervensi hukum untuk meloloskan Gibran.

Kemudian penilaian bahwa Gibran Rakabuming Raka dianggap masih minim prestasi. Pengalamannya yang masih terbatas terlalu cepat dan dipaksakan untuk menjadi wakil presiden yang merupakan jabatan strategis dengan tanggung jawab sangat besar dan menentukan nasib bangsa.

Pertanyaan yang juga muncul apakah partai-partai besar yang mendukung Gibran seperti Golkar dan PAN hanya keinginan segelintir elitnya saja, tanpa memperhatikan aspirasi basis pemilihnya atau simpatisannya. PAN yang tadinya mendukung Erick Thohir kemudian beralih mendukung Gibran. Golkar yang tadinya ingin mencalonkan Ketua Umumnya Airlangga Hartarto sebagai capres, juga beralih mendeklarasikan Gibran sebagai cawapres.

Ternyata ada kader Golkar yang menolak pencalonan tersebut, dengan alasan Gibran minim pengalaman. Menurut Wakil Ketua Sekretaris Bidang Organisasi Kelembagaan dan Kebijakan Strategis Pengurus Pusat Badan Adovokasi Hukum dan HAM DPP Partai Golkar, Arman Garuda Nusantara, putera sulung Jokowi diyakini belum memahami cara mengatur pemerintahan tingkat nasional.

” Gibran sebelumnya tidak ada rekam jejak aktif di organisasi kepemudaan manapun,” ujar Arman.

Arman yakin banyak kader Golkar yang satu suara dengannya. Golkar memiliki kader lain yang lebih berprestasi dibanding Gibran. ” Pertanyaan saya yang juga menjadi pertanyaan kader Partai Golkar seluruh tanah air, apakah sudah tidak ada lagi stock kader yang bisa diusung sebagai cawapres RI. Dimana mekanisme sistem Kaderisasi Partai Golkar,” tandas Arman.

Juga menjadi pertanyaan apakah partai-partai besar yang mendukung pencalonan Gibran sebagai cawapres bakal mendapat dukungan dan diikuti di akar rumput atau simpatisan masing-masing partai. Tidak mustahil basis massa atau simpatisan ini akan memilih calon presiden dan calon wakil presiden yang lain yang berbeda dengan capres dan cawapres yang didukung partainya. Karena partai tersebut mendukung calon yang bukan aspirasi mereka.

Dengan demikian dipastikan bakal ada “suara muntah”, terutama dari pendukung dan simpatisan kandidat capres dan cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Siapa yang memanfaatkan “suara muntah” ini? Besar kemungkinan pasangan AMIN atau Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Karena pasangan ini memilki konsep politik yang berbeda dengan kedua pasangan lain yang tampaknya meneruskan kebijakan rezim sebelumnya.

Sebenarnya “suara muntah” bisa juga terjadi pada pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, terutama dari massa PPP yang capres yang dijagokannya Sandiaga Uno tidak terpilih sebagai cawapres Ganjar Pranowo. Dan, PPP juga bukanlah partai yang solid karena disamping konflik dengan adanya pergantian kepemimpinan belum lama ini, juga sebagian kadernya ada yang mendukung capres Anies Baswedan.

Karena itu pada saat pilpres Pebruari nanti dari tiga pasangan calon bakal ada yang tergusur pada pemilihan putaran pertama. Pilpres 2024 nanti memang paling menegangkan dibanding pilpres-pilpres sebelumnya. Rakyat pemilih dan para kandidat harus siap mental menghadapinya!

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda