Ads
Aktualita

Jangan Berikan Kekuasaan kepada yang Sangat Menghendaki

Avatar photo
Ditulis oleh B.Wiwoho

Hiruk pikuk jelang pemilihan umum sekarang ini, apalagi setelah heboh keputusan sidang Mahkamah Konstitusi yang kontroversial Senin 16 Oktober 2023, mengingatkan saya pada suasana menjelang kejatuhan Orde Baru tahun 1998.

Seminggu sebelum kerusuhan 12 Mei 1998, saya diutus oleh mursyid Kyai Mufasir (Barubug, Banten), agar sowan, menghadap langsung ke lima orang mursyid, untuk memohon nasihat-nasihatnya dalam menyikapi keadaan bangsa dan negara, yang waktu itu sedang memanas. Salah seorang dari mereka yang saya belum mengenalnya, yaitu Kyai Hasani dari Pesantren Sidogiri, Pasuruan, Jawa Timur.

Pesantren Sidogiri adalah sebuah pesantren besar yang kala itu memiliki santri mondok atau tinggal di pesantren sekitar 8.000 orang (sekarang sekitar 11.000). Kyai Hasani tinggal di sebuah rumah gedeg (anyaman bambu) kecil amat sangat sederhana di dekat masjid, yang tatkala kami tiba, pintunya dalam keadaan tertutup. Tetapi begitu kami mengirimkan bacaan (sangat pelan untuk kita dengar sendiri) Al Fatihah tiga kali untuknya, beliau membuka pintu diiringi semerbak bau wangi. Saking penasaran, setelah salaman saya usapkan telapak tangan saya ke muka dan hidung, apakah ada bekas wewangian yang menempel, ternyata tidak.

Hari itu, Minggu tanggal 10 Mei 1998, dua hari sebelum “Kerusuhan Mei 1998”. Setelah kami menyampaikan salam takzim dari Kyai Mufasir, sembari duduk bersila di tikar, Kyai Hasani langsung menasihati, “Mengapa kita sekarang terpuruk? Karena dunia, karena sebagian besar dari kita tidak hasanah lagi. Tidak berpegang teguh pada tali Allah. Oleh sebab itu janganlah terkejut seandainya dalam waktu yang sangat dekat nanti terjadi sesuatu yang lebih buruk lagi. Kita ini sedang memasuki suasana, ibarat salat Jum’at, di mana para jemaah sudah berkumpul namun tidak ada imamnya.”

Bagaimana kita harus keluar dari keadaan yang buruk ini? Menurut Kekasih Allah yang zuhud dan wara dengan tutur bahasa yang santun dan lembut tadi, kita harus kembali taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Ingatlah pada surat Al Israa ayat 9, “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan membawa kabar gembira untuk orang-orang mukmin yang beramal saleh. Sesungguhnya bagi mereka pahala yang besar.”

Bagaimana mencari dan memilih imam, memilih pemimpin yang baik Pak Kyai? Berpeganglah teguh pada hadis Rasulullah, untuk tidak memberikan jabatan kepada yang meminta, lebih-lebih yang menghendakinya dengan sangat dan loba, yang ambisi. Sebab yang bersangkutan pasti punya pamrih. Berikanlah jabatan imam kepada yang mampu dan yang ikhlas. Jangan memilih, jangan mengikuti pemimpin yang loba, yang tamak, yang mengejar kekuasaan. Karena pemimpin yang seperti itu akan memiliki banyak beban dan tidak amanah. Resapilah Qur’an surat Yasiin atat 21, “Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepada kamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Allaahu Akbar.

(Diolah kembali dari B.Wiwoho, BERTASAWUF DI ZAMAN EDAN, Buku Republika 2016: 123, 278 – 279).

Tentang Penulis

Avatar photo

B.Wiwoho

Wartawan, praktisi komunikasi dan aktivis LSM. Pemimpin Umum Majalah Panji Masyarakat (1996 – 2001, 2019 - sekarang), penulis 40 judul buku, baik sendiri maupun bersama teman. Beberapa bukunya antara lain; Bertasawuf di Zaman Edan, Mutiara Hikmah Puasa, Rumah Bagi Muslim-Indonesia dan Keturunan Tionghoa, Islam Mencintai Nusantara: Jalan Dakwah Sunan Kalijaga, Operasi Woyla, Jenderal Yoga: Loyalis di Balik Layar, Mengapa Kita Harus Kembali ke UUD 1945 serta Pancasila Jatidiri Bangsa.

Tinggalkan Komentar Anda