Ads
Cakrawala

Membawa  Harta ke Akhirat

Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Manusia hidup di dunia ini yang paling dicarinya adalah mengumpulkan harta. Ini fakta yang tidak terbantahkan. Dalam dunia moderen ini ukuran hidup yang sukses adalah banyaknya harta yang dimiliki. Harta dalam pengertian ini dimaknai sebagai kekayaan dalam bentuk uang atau asset, antara lain berbentuk mata uang, tanah, kendaraan, surat berharga, emas, properti dan lainnya.

Walaupun bersusah payah mencari dan mengumpulkan harta, manusia tidak bisa menikmati atau menguasai harta itu selamanya. Sebab, manusia tidak bisa hidup abadi. Umur manusia terbatas dengan adanya ajal atau kematian.

Problema ini akhirnya menimbulkan pertanyaan. Untuk apa manusia bekerja keras mencari harta kalau ia tidak bisa menikmati harta selamanya?

Dalam perspektif kehidupan duniawi, harta yang dimiliki memang hanya ketika manusia masih hidup. Begitu manusia wafat atau meninggal maka hubungan dengan harta menjadi hilang. Harta akhirnya dikuasai oleh ahli waris atau keluarga.

Apakah harta tidak bisa dibawa ke akhirat? Dalam perspektif agama atau Islam harta itu bisa dibawa ke akhirat, yaitu ketika manusia sudah neninggal. Tetapi, dibawa di sini maksudnya bukan dalam pengertian fisik atau materi, misal manusia dikubur dengan hartanya.

Harta dibawa ke akhirat itu dalam pengertian bahwa ketika manusia masih hidup ia menginfaqkan atau mensedaqahkan hartanya untuk kebaikan dan beramal shaleh. Dengan demikian maka  amal shaleh dari hartanya itulah yang dibawanya ke akhirat dan akan menolong kehidupannya. Sedangkan kalau harta itu hanya disimpan saja tidak digunakan untuk kebaikan maka harta itu hanya sebatas menyenangkan waktu di dunia, sedangkan di akhirat ia tidak bisa membahagiakannya dan tidak bisa pula menolongnya.

Sebuah hadis Nabi menceritakan bahwa harta itu bisa dibawa ke akhirat setelah disedaqahkan dulu ketika masih hidup di dunia.

“Dari Harits bin Suwaid bahwa Nabi Saw bersabda, ‘Siapakah di antara kalian yang lebih mencintai harta untuk ahli warisnya daripada mencintai hartanya sendiri?’ Mereka menjawab, ‘Wahai Rasulullah Saw, tidak ada seorang pun di antara kami, melainkan kami lebih mencintai harta milik kami dari pada milik ahli waris kami.’ Lalu Rasulullah Saw berkata, ‘Sesungguhnya harta kalian adalah apa-apa yang kalian selalu gunakan untuk disedeqahkan, sementara harta yang kalian tinggalkan menjadi harta ahli waris kalian atau bukan harta kalian.'” ( HR.Bukhari).

Dari hadis di atas ternyata cukup jelas diterangkan bahwa harta itu bisa dibawa ke akhirat setelah manusia meninggal. Namun, syarat untuk membawa harta itu ke akhirat adalah dengan cara mensedeqahkan atau menginfakkan ketika manusia masih hidup di dunia. Artinya, jika diibaratkan dengan pengiriman barang, harta yang hendak dibawa ke akhirat itu harus disublimasikan  atau dirubah dulu dalam bentuk perbuatan kebaikan atau amal saleh bagi sesama manusia ketika masih hidup. Dengan demikian harta yang sudah berubah jadi amal shaleh itu yang menjadi mudah dibawa ke  akhirat.

Sebuah hadis yang lebih tegas lagi menegaskan bahwa harta bisa dibawa ke akhirat, dijelaskan oleh  hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra dari Nabi Saw, beliau bersabda, “Seorang hamba berkata,’Hartaku,  hartaku!’ Sesungguhnya seorang hanya memiliki tiga hal dari hartanya : apa yang telah ia makan akan menjadi kotoran, atau apa yang ia pakai akan menjadi usang, atau apa yang ia berikan (sedeqahkan) maka tersimpan untuk akhiratnya. Adapun selain itu maka ia akan pergi dan hanya ditinggalkan untuk orang lain (ahli warisnya) saja.” (HR Muslim).

Hadis di atas memberi peringatan atau warning jangan sampai kita lupa bersedaqah. Mungkin didorong oleh nafsu mengumpulkan harta atau karena bakhil, kita lupa bersedaqah. Sehingga ketidakmampuan kita bersedaqah menyebabkan kita tidak memiliki harta di akhirat kelak. Padahal, ketika manusia masih hidup itulah kesempatan beramal shaleh. Sebaliknya, jika manusia telah meninggal semua kesempatan beramal sudah pupus.

Seperti dijelaskan Nabi Muhammad Saw, “Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali 3 perkara, yaitu sedeqah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shaleh yang selalu mendo’akan.” ( HR Muslim).

Marilah kita banyak beramal dan banyak membawa harta ke akhirat. Allahu a’lam.

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda