Ads
Aktualita

Mengenang Azyumardi Azra (2): Horison Penulisan Sejarah Islam

Ditulis oleh Panji Masyarakat

Tradisi penulisan sejarah Islam di Indonesia tergolong monoton dan stagnan alias jalan di tempat. Bahkan miskin ide dan inovasi. Para penulisnya pun umumnya tidak memiliki basis keilmuan di bidang sejarah yang mendalam karena mereka tidak berasal dari lingkungan akademis profesi sejarah. Hanya ada satu buku sejarah Islam yang penulisnya benar-benar pakar di bidang sejarah yakni Sejarah Umat Islam karya Taufik Abdullah. Selebihnya belum bisa dikatakan karya sejarah Islam yang bersifat ilmiah-akademis.


Setelah sekian lama dalam “masa kegelapan” itu beruntunglah muncul sosok Azyumardi Azra. Lulus dari IAIN Jakarta, ia melanjutkan S2 dan lalu S3 di Columbia University, Amerika Serikat, di bidang sejarah. Setamat dari sana ia mengembangkan metodologi, paradigma, dan struktur penulisan sejarah model baru yang sebelumnya belum dikenal di kalangan peminat sejarah Islam.
Azyumardi mengkritik historiografi Islam yang ada selama ini. Model penulisan sejarah Islam selalu dari itu ke itu juga yakni “sejarah politik”. Kalau ada buku yang menguraikan perjalanan Islam di pentas sejarah selalu dimulai dari masa Nabi Muhammad dilanjutkan masa Khalifah Empat, kemudian masa Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Fatimiyah, Dinasti Usmaniyah, dan berhenti setelah kekuasaan Turki Usmani runtuh.


Azyumardi menilai telah terjadi identifikasi sejarah dengan sejarah politik. Tegasnya, sejarah yang direkonstruksi dan disosialisasikan kepada masyarakat pada intinya adalah sejarah politik. Bukan sejarah tentang aspek-aspek lainnya dalam kehidupan masyarakat atau perjalanan sejarah. Pendekatan politik dalam penulisan sejarah di pandang oleh Azra sebagai pendekatan yang lemah dan sudah ketinggalan zaman. Ia dipandang lemah karena pertama, kehidupan dan kebudayaan manusia tidak melulu politik. Politik hanya salah satu aspek saja dari perjalanan sejarah anak manusia. Dengan mengidentikkan sejarah dengan sejarah politik maka akan terjadi reduksi dan distorsi terhadap sejarah secara keseluruhan. Jika politik sering melibatkan intrik, konflik dan pertumpahan darah maka sejarah Islam bisa jadi hanya merupakan sejarah konflik dan pertikaian politik di antara para penguasa Muslim.
Kedua, perjalanan sejarah manusia secara obyektif memang tidak hanya ditentukan oleh politik dan para penguasa. Politik tentu saja merupakan faktor penting tetapi bukan satu-satunya. Ketiga, sejarah tentang politik, yang nyaris merupakan sejarah para penguasa, adalah sejarah elitis, sejarah tantang mainstream, atau mereka yang dipandang sebagai mainstream.


Dalam sejarah seperti ini tidak ada tempat bagi orang kecil, massa, apalagi kelompok-kelompok atau gerakan yang dipandang berada di luar mainstream; mereka ini kemudian dianggap sebagai people without history, orang-orang tanpa sejarah; atau bahkan mungkin harus dilenyapkan dari sejarah.
Azyumardi kemudian menawarkan model sejarah sosial. Atau sejarah total (total history). Untuk model sejarah total ini ia sering merekomendasikan karya Ira M. Lapidus dalam buku History of Islamic Society dan karya Marshall G.S. Hodgson dalam The Venture of Islam. Sejarah Islam yang dipaparkan dalam kedua buku itu, menurut Azra, merekam Islam dalam perjalananan sejarahnya lewat frame sejarah masyarakat (social history). Islam yang ditampilkan lewat dua karya itu adalah Islam yang berwajah civil society, masyarakat berkeadaban, dan bukan conquest society, masyarakat penaklukan.


Azyumardi juga menawarkan model sejarah lokal untuk diangkat ke dalam tulisan-tulisan akademis seperti skripsi, tesis dan disertasi. Dalam salah satu seminar di kampus UIN Jakarta ia mengatakan agar mahasiswa tidak terpaku kepada penelitian sejarah yang jauh-jauh dari tempat tinggalnya, sementara di lingkungan terdekatnya ia tidak mengenal akar sejarahnya. “Saya ingin melihat ada mahasiswa menulis sejarah Jilbab di UIN Jakarta, atau sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Ciputat,” ujarnya berharap.


Satu lagi ide menarik dari Azyumardi adalah perlunya dikembangkan daily life history (sejarah sehari-hari) kehidupan masyarakat. Ia sangat bersemangat ketika ada mahasiswa yang memintanya menjadi pembimbing disertasi berjudul “Tradisi Minum Kopi Masyarakat Jawa”. Ia bimbing mahasiswa tersebut hingga sukses menjadi doktor di UI.


Itulah satu dari sekian horison penulisan sejarah baru Azyumardi Azra. Tampak sederhana bahkan seperti sepele. Namun itulah sumbangan intelektual yang tidak kecil artinya bagi perkembangan ilmu sejarah.

Penulis: Didin Saepudin Buchori, Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda