Ads
Bintang Zaman

Asma binti Abu Bakar, Kurir dan Intel Perempuan yang Membantu Hijrah Rasul

Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Dalam sejarah Islam diceritakan peran penting perempuan dalam membantu perjuangan di masa Rasulullah. Peran tersebut tidak terkecuali dalam masa-masa yang kritis, menentukan dan menegangkan.

Salah satu figur wanita yang sangat heroik dan berani membantu perjuangan Rasul adalah Asma’ binti Abu Bakar r.a. Putri  sahabat Rasulullah Abu Bakar Siddiq ini adalah saudara dari Aisyah (istri Nabi), namun berbeda ibu.  Ia lebih tua 10 tahun dari Aisyah dan dilahirkan 27 tahun sebelum hijrah.

Keberanian peran Asma adalah keterlibatannya membantu Rasulullah dan ayahnya Abu Bakar untuk lolos dari pengepungan kafir Quraisy ketika hendak hijrah ke Madinah dan menginap di Goa Tsur.

Seperti diungkapkan dalam sejarah, dakwah Rasul di Makkah mendapat tantangan keras dari pemuka Quraisy yang dipimpin Abu Jahal, paman Nabi. Salah satu cara untuk menghentikan dakwah Rasul adalah dengan usaha membunuh Nabi. Karena itulah atas perintah Allah agar Nabi hijrah ke Madinah atau Yastrib untuk melanjutkan penyebaran Islam. Dan, masyarakat Madinah juga bersedia menerima Nabi.

Hijrah diawali ketika Nabi berhasil keluar rumah menuju kediaman Abu Bakar. Keduanya hendak berangkat menuju Goa Tsur.  Ketika keluar dari rumah, Nabi berjalan di depan para pemuda Quraisy sambil membaca Al-Qur’an surat Yasin ayat 9,” Dan kami jadikan di depan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat”. Dengan bantuan Allah nabi lewat di depan para pemuda Quraisy yang mengawasi Nabi, namun mereka tidak bisa melihat.

Untuk menggantikan Nabi di rumahnya, Ali bin Abi Thalib, keponakan Nabi,  menempati rumah dan tempat tidur Rasul.

Dari usaha Nabi yang ditemani Abu Bakar untuk hijrah ke Madinah inilah dimulai keterlibatan Asma’ membantu Nabi. Perjalanan pertama menuju Goa Tsur dan dimulai malam hari.

Ada tiga orang yang terlibat membantu kelancaran Nabi dan Abu Bakar hijrah ke Madinah. Mereka membagi tugas sebagai berikut.

Pertama, Abdullah putra laki-laki Abu Bakar yang nama lengkapnya Abdullah ibn Abu Bakar. Tugasnya, mengawasi gerak-gerik dan menguping pembicaraan orang kafir Quraisy dan melaporkannya kepada Rasullullah Saw dan Abu Bakar r.a pada malam hari, kemudian kembali ke  Makkah.

Kedua, budak Abu Bakar r.a. yang bekerja sebagai pengembala, namanya ‘Amir ibn Fuhairah, tugasnya mengikuti langkah Abdullah untuk menghilangkan jejaknya dan mengembala di sekitar goa, sekaligus memerah susu untuk diminum Rasulullah Saw.  dan Abu Bakar r a.

Ketiga, Asma menyiapkan makanan di rumah dan mengirimkannya sambil mengendap-endap agar tidak diketahui orang. Jalan yang terjal dari dari Makkah sampai Gua Tsur menunjukkan betapa keras dan berat tugas Asma, namun dilakukannya dengan kemauan yang kuat.

Seperti dikutip dari buku “Perempuan Mulia di Sekitar Nabi: yang ditulis Muhammad Qutb (Mizania, Bandung,2010), diungkapkan ketika Abu Jahal tidak menemui Nabi ia sangat marah, seperti orang gila. Ia mendatangi rumah Abu Bakar dan mengetuk pintunya. Asma keluar dan membuka pintu. “Di mana ayahmu,’ tanyanya dengan keras. Asma’ menjawab dengan tenang dan berani. Asma’ melihat kebengisan di wajah Abu Jahal.

“Saya tidak tahu,” jawab Asma. Meski ia tahu di mana dan kemana Nabi dan ayahnya.

Bukan main marahnya Abu Jahal mendengar jawaban Asma. Ia memukul Asma dengan keras sampai antingnya terlempar dari telinganya. Asma tetap bertahan, tidak peduli dan tidak memberitahu. Ia tetap menghalangi Abu Jahal masuk ke rumahnya. Akhirnya, Abu Jahal pergi.

Asma’ mempersiapkan bekal makanan untuk Nabi dan Abu Bakar dalam perjalanan ke Goa Tsur. Ketika tidak ada tali untuk mengikatkan makanan dan minuman di atas tunggangan kuda, Asma mencopot sabuk yang melilit di pinggangnya. Sabuk itu dibelah dua, satu untuk mengikat makanan dan satu lagi untuk menutup wajahnya.  Melihat hal itu Nabi berkata,” Allah telah menggantikan sabukmu ini dengan dua sabuk di surga”. Perkataan Rasul ini menunjukkan tingginya amal dan perjuangan Asma untuk Islam dan membantu perjuangan Rasul. Asma’ dijuluki Dzatun Nathaqaini atau yang mempunyai dua selendang. Asma juga termasuk golongan Assabiqunal Awwalun, yaitu para sahabat yang pertama masuk Islam dan dijamin masuk surga.

Makanan yang disiapkan oleh Asma untuk bekal Rasulullah dan Abu Bakar selama tiga hari. Tiga hari berikutnya, Asma’ berjalan sendiri ke Goa Tsur mengantarkan makanan bagi keduanya. Ia mempersiapkan dengan teliti dan cermat. Wanita yang juga dikenal cerdas dan berani ini, berangkat dan memastikan tidak ada orang yang mengetahuinya.

Demikian kisah Asma putri Abu Bakar Siddiq, mungkin bisa disebut sebagai kurir dan intel Islam perempuan yang ikut berjuang bersama Rasul. Ia juga seorang yang dermawan. Jika ia punya harta suka memberikan pada orang lain. Ketika Abu Bakar hijrah ke Madinah membawa seluruh hartanya. Asma putrinya mengikhlasksn semua, tanpa meminta sebagian untuk ditinggalkan.

Asma kawin dengan sahabat Nabi  Al Zubair ibnu Al-Awwam. Seorang sahabat Nabi yang miskin dan hanya punya satu kuda untuk berperang. Asma terpaksa ikut bekerja keras memenuhi kebutuhan hidup rumah tangganya.

Anak Asma  dengan Zubair yang bernama Abdullah ibn Az-Zubair tewas ketika berperang dengan al-Hajjaj ibn Yusuf al-Tsaqafi ketika mengepung Makkah. Al-Hajjaj adalah gubernur dinasti Umayyah di era Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Gubernur ini sangat kejam dan dikenal sebagai algojo yang tidak segan membunuh lawan-lawannya.

Abdullah bin Zubair yang sudah kalah dan tewas tubuhnya disalib. Al-Hajjaj bersumpah tidak akan menurunkan mayat tersebut sebelum ibunya datang dan meminta sendiri untuk direndahkan kehormatan dan kemuliaannya. Asma’ waktu itu sudah uzur dan berusia hampir seratus tahun. Tubuhnya lemah dan  matanyapun buta tidak bisa melihat.

Asma datang ke Makkah dan berkata pada Al-Hajjaj ibn Yusuf,” Sudah waktunya pahlawan ini (Abdullah) diturunkan,” pintanya.

” Dia seorang munafik,” jawab Al-Hajjaj, sewot.

Asma membalas,” Sungguh, dia seorang yang suka beribadah dan berpuasa, bukan orang munafik.

Al-Hajjaj menjawab,” Pergilah, kau perempuan tua yang suka mengada-ada.”

Asma menimpali, “Sungguh, aku tidak mengada-ada. Aku mendengar Rasulullah Saw. bersabda, “Akan lahir dari Bani Tsaqif seorang pendusta dan perusak. Kita tahu siapa orang pendusta yaitu Musailamah ( nabi palsu). Sedangkan perusak itu tidak lain adalah kau sendiri.”

Al-Hajjaj tidak mampu berdebat dengan Asma. Gubernur yang dikenal kejam ini terpaksa menurunkan mayat Abdullah, putera Asma’ dan Zubair bin Al-Awwam.

Wanita pemberani dan teguh pendirian ini tercatat berani melawan dua orang yang kejam, yaitu Abu Jahal dan Al-Hajjaj ibn Yusuf. Nyali besarnya ini menjadikannya seorang syahidah. Allahu al’am bissawab.

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda