Ads
Adab Rasul

MENYINGKAP RAHASIA KESEHATAN NABI MUHAMMAD (2)

Ditulis oleh Panji Masyarakat

Kedua, Nabi Muhammad Saw selalu menjaga kebersihan badan, pakaian, makanan, minuman, tempat dan lain-lain yang merupakan kebersihan lahiriyah. Demikian pula kebersihan atau kesucian jiwa yang menimbulkan ciri-ciri khas kebersihan lahir batin. Dua faktor kebersihan ini merupakan syarat mutlak untuk menentukan seeorang dapat hidup rasa aman, tenang dan tenteram sepanjang masa, lebih-lebih untuk menuju rumah tangga bahagia, rumah tangga yang sehat lahir batin.

“Kebersihan itu salah satu bukti sempurna atau tidaknya iman seseorang.” Demikian kurang lebih beliau pernah bersabda.  Dalam kaitan ini, telah mufakat semua ahli-ahli kesehatan; bahwa kebersihan itu syarat untuk mencegah bermacam-macam penyakit, di mana pencegahan itu lebih mudah daripada pengobatan. Karena Nabi Saw, selalu teliti menjaga kebersihan beliau tidak pernah kejangkitan penyakit menular dan lain-lain disebabkan kotoran pada badan, makanan tempat dan sebagai nya.

Ketiga, Nabi selalu mengatur makan dan minum. Hal ini sejalan sengan firman Allah; “Makan dan minumlah tetapi jangan berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang melampaui batas”. (Q.S. Ala’raf: 113).

Untuk menghindari akibat makan minum yang melampaui batas itu Nabi Saw. telah mencontohkan dalam sebuah Hadis yang berbunyi: “Kami adalah satu kaum yang tidak makan kecuali terasa lapar dan apabila kami makan tidaklah sampai terlalu kenyang.”

Suatu peristiwa yang terjadi pada zaman Nabi Saw., ialah seorang raja Mesir, Muqauqis namanya, raja ini pernah memberikan tiga macam hadiah kenegaraan kepada Nabi Saw.  Yakni seorang budak perempuan; seekor keledai beliau pergunakan sebagai tunggangan (kendaraan); dan  sedangkan seorang dokter tadi beliau pelihara dengan baik, tetapi ia lebih banyak menganggur daripada bekerja. Ia tidak begitu laku sebagai seorang dokter yang buka praktik di tengah-tengah masyarakat, disebabkan orang yang sakit untuk berobat tidak ada.

Boleh dikatakan pada wkatu itu umat beliau sehat-sehat semuanya. Ketika ditanya orang. Apakah rahasianya Nabi Saw.  dan umatnya pada waktu itu selalu sehat-sehat. Nabi menjawab dengan tegas seperti sebuah hadis yang tersebut di muka,  “Kami makan tidaklah sampai terlalu kenyang.”

Keempat, Nabi Saw. tidak pernah mempunyai sifat emosional yang menimbulkan ghadhab (marah) atau benci, hasad, dan lain-lain sifat yang tercela (mazmumah). Beliau mampu mengatasi akibat-akibat emosi yang tercela. Sebenarnya ghadhab itu mesti ada pada setiap orang dan ini memang perlu, untuk menjaga kehormatan. Tetapi apabila marah atau benci menguaasai diri seseorang, maka bisa merusak dirinya sendiri, mengisap energi, mengurangi kegiatan dan kemauan bekerja, merusak kesehatan badan yang semuanya itu menjadi hambatan untuk mencapai kebahagiaan hidup.

Seorang dokter pernah menceritakan; bahwa ada orang yang mati akibat kebiasaan sakit hati dan benci, badannya itu semakin rusak karena perasaan benci itu, sehingga ia kehilangan kekuatan daya berpikir untuk mengatasinya. Kondisi badannya takluk karena ditekan oleh perasaan benci yang terus menerus menyeruak, akhirnya jatuh sakit dan kemudian menyebabkan kematiannya.

Demikian pula ahli-ahli kesehatan banyak mengatakan, bahwa kebanyakan penderita darah tinggi adalah disebabkan kebiasaan menaruh sifat, benci dan marah-marah.

Nabi Saw. tidak pernah dihinggapi penyakit akibat dari marah dan benci itu. Beliau seorang yang sabar, tabah, dan ulet dalam mencapai suatu tujuan.

Terakhir, Nabi Saw. tidak pernah cemas dan putus asa, tetapi beliau selalu bermuka manis dan optimis dalam menghadapi liku-liku pergolakan hidup ini.

Sedangkan orang yang pencemas selalu rasa takut, bimbang dan ragu saja bila hendak melaksanakan segala tindakan. Lebih-lebih kalau dia sudah berputus asa, pada air mukanya kelihatan muram saja tanda ia berduka cita, darah dan jantungnya berdebar-debar, dalam hatinya selalu dihantui oleh bermacam-macam perasaan yang menakutkan.

Orang yang memandang dunia ini gelap gulita  tidak mungkin lagi memberikan sesuatu harapan yang baik kepada dirinya. Orang yang sedemikian akhirnya mengambil suatu kesimpulan tiada jalan lagi kecuali bunuh diri.

Yunan Nasution dalam  bukunya Dinamika Hidup antara lain mengemukakan, prasaan cemas adalah wabah penyakit modern yang tersebar. Dalam salah satu rumah sakit di Amerika pernah dilakukan  pemeriksaan terhadap 176 direktur-direktur dari berbagai perusahaan yang rata-rata berusia 40 sampai 45 tahun. Hasil pemeriksaan itu menunjukkan bahwa separo dari jumlah yang 176 orang itu mengidap penyakit darah tinggi, penyakit jantung, dan lain-lain. Faktor-faktor utama yang menimbulkan penyakit itu ternyata lantaran perasaan cemas.

Menurut Dr. George W. Crik, perasaan cemas itu bukan saja bersarang dalam jiwa, tetapi juga didalam jantung dan otak yang berpengaruh kepada seluruh anggota badan.”

Rasulullah Saw. telah menganjurkan agar kita selalu dapat menguasai diri jangan cemas dan berputus asa dalam menempuh liku-liku hidup dan kehidupan ini. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an: “Sekali-kali janganlah kamu berputus asa dari rahmat Tuhan, sesungguhnya yang berputus asa kepada rahmat Tuhan itu hanyalah orang yang kafir saja.” (Q.S. Yusuf:  87).

Kelima sifat atau kebiasaan Nabi di atas bukanlah monopoli beliau, melainkan kita sebagai ummat Islam wajib mengikuti jejaknya. Bukankah kesehatan laksana mahkota bagi setiap individu? Pelajaran lain yang dapat diambil ialah, ternyata Nabi Muhammad 14 abad yang lalu telah menampakkan  pelajaran tentang kesehatan yang baru kemudian di akui oleh para dokter di abad modern ini.

Penulis: Tarmizi A
Sumber: Panji Masyarakat, 21 November 1982

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda