Ads
Cakrawala

Umat Pertengahan

Ditulis oleh Panji Masyarakat

Penghormatan khusus dari Allah, diberikan kepada umat tauhid pengikut Nabi Muhammad Saw. yang diberi julukan sebagai ummatan wasathan” umat pertengahan, dengan tugas sebagai saksi atas manusia.

“Dan demikianlah, telah Kami jadikan kamu suatu umat yang ditengah (umat pertengahan),. agar kamu menjadi saksi atas manusia, dan adalah Rasul menjadi saksi atas kamu.” (Al-Baqarah: 143)


.
Kita sekarang hidup di dunia dengan berbagai ragam agama dan ideologi, yang berbeda bahkan satu sama lain bertentangan Di antara agama dan ideologi itu, ada yang Mengutamakan kehidupan duniawi, yang tidak mengakui alam akhirat dan alam gaib Bagi orang-orang materialis ini, hidup terbatas pada lingkup duniawi belaka, oleh sebab itu Mumpung masih kuat mereka pun berusaha mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, dan menganggap kebahagiaan itu terletak pada harta yang bertumpuk dan kekuasaan yang tak terbatas itu.

Berlawanan dengan itu, ada segolongan manusia lain yang lebih mengutamakan kehidupan akhirat. Bagi mereka dunia ini adalah maya belaka, hidup yang sejati ialah di alam nirwana. Demi mencari kehidupan sejati itu, mereka memencilkan diri bertapa ke gua-gua, bahkan mereka tidak segan-segan menyiksa dirinya.

Jelas bahwa kedua bentuk kepercayaan seperti itu, tidak akan memenuhi hajat manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Hidup yang hanya mengutamakan materi niscaya akan menjadikan manusia sebagai robot tanpa roh. Robot itu akan berteriak-teriak meminta roh: Give me soul, give me soul. ’’Beri saya roh, beri saya roh.”

Begitupun orang yang mengutamakan rohani yang membunuh keinginan dan kebutuhan jasmani, pada saatnya akan berteriak meminta diberi jasad: Give me body, give me body.

Tak pelak lagi, umat manusia saat ini menghajatkan suatu akidah atau teologi yang seimbang antara jasmani dan rohani itu untuk menjamin kebahagiaan lahir dan batin.

Dalam surat Al-Qashash ayat 77, Allah berfirman: “Dan carilah dengan rezeki yang diberikan Allah kepadamu kebahagiaan di kampung akhirat. Tapi jangan kamu lupakan bahagiamu di dunia. Berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat bencana di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat binasa.”

Sebagai ummatan wasathan, umat pertengahan, yang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk, dan Nabi Muhammad sebagai pemimpin, kita diberikan tugas dan tanggung jawab menunjukkan jalan yang benar kepada umat manusia.

Lebih tegas lagi Allah berfirman tentang posisi-posisi umat Tauhid itu, dalam surat Al-Baqarah 124: “Dan ingatlah tatkala telah diuji Ibrahim oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat, maka dipenuhinya semuanya itu, Allah berkata: “Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau Imam bagi manusia.”

Ujian, itulah kata kunci yang harus kita pahami untuk menerima kehormatan sebagai ummatan wasathan dan imam seluruh manusia itu. .

Dalam ujiannya Nabi Ibrahim pernah hijrah dari negerinya, dia dibakar oleh raja Namrud, diperintahkan menyembelih leher putranya Ismail.

Begitupun Nabi Muhammad, dimusuhi dan diusir oleh kaumnya, hingga hijrah ke Madinah, bersama pengikutnya yang kecil, Rasulullah diperangi oleh kaum Quraisy Beliau lulus dari ujian itu dan kembali ke Makkah sebagai pemenang


Mengambil hikmah dari riwayat para nabi itu, jelaslah bahwa kehormatan yang diberikan oleh Allah kepada umat Tauhid itu, tidaklah diperoleh tanpa ujian. Sampai sekarang pun ujian itu belum kunjung berhenti.

Kita merasakan betapa beratnya tugas amar ma’ruf nahi mungkar di tengah masyarakat modern menjelang abad XXI ini (tahun1987 saat artikel ini ditulis, red).

Berkat kecanggihan teknologi, hidup manusia semakin praktis dan semakin enak. Bersamaan dengan meningkatnya akal dan teknologi, kemungkaran pun dibuat menjadi lebih canggih. Manusia saling membunuh dengan menggunakan senjata-senjata modern yang bisa memusnahkan sekalian makhluk dan menghancurkan planet bumi dalam waktu seketika. Perampokan dan pencurian pun dilakukan secara ilmiah oleh orang-orang pintar untuk menjamin hidup sampai tujuh turunan.

Melalui akal dan teknologi canggih pula, martabat manusia dijatuhkan menjadi sekedar robot. Manusia dimobilisir, digiring bagai sekawanan sapi menuju rumah jagal.

Sebagai umat Tauhid, umat pertengahan yang menjadi saksj atau manusia, kita wajib tegak pada posisi yang telah ditentukan Tuhan itu. Tidaklah selayaknya karena wahan karena cinta dunia dan takut mati, umat pertengahan itu ikut tergiring bersama “sekawanan” orang-orang lain yang tak tentu arahnya.

Penulis: Rusjdi Hamka (935-2014), wartawan, ulama dan politikus, pernah menjadi Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Panji Masyarakat, dan anggota DPR-RI mewakili Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sumber: Panji Masyarakat, No. 540, 21 Agustus 1987

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda