Ads
Aktualita

Kemegahan Patung Pahlawan Bukan Indikator Mencintai Pahlawan

Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Haruskah mencintai pahlawan dengan membangun patung yang megah? Pemerintah Jawa Barat mencanangkan pembangunan patung presiden pertama Indonesia Ir. Sukarno di kawasan Walini, Kec. Cikalongwetan, Kab. Bandung Barat. Sebuah patung yang cukup megah dengan tinggi sekitar 22,3 meter. Dan, yang membuat masyarakat geleng kepala, karena biayanya yang luar biasa besar mencapai Rp 14,5 trilun.

Di tengah masyarakat kita yang sedang didera dan dihimpit persoalan ekonomi, pembangunan patung Bung Karno yang menguras kocek yang cukup tambun tersebut memperlihatkan ketidakperdulian pada penderitaan dan sulitnya kehidupan saat ini.

Pemrakarsa pendirian patung yang wah dan glamour tersebut lebih menurutkan nafsu yang haus mencari kemashuran, ketimbang merasakan kehidupan masyarakat yang makin berat yang hidup dalam kemiskinan karena ketiadaan lapangan kerja.

Apakah membuat patung besar dan menjulang tinggi menjadi indikator mencintai pahlawan. Rasanya, jawaban itu sepertinya tidak mencerminkan penghargaan pada jasa pahlawan.

Jika dimaknai hakekat perjuangan dan cita-cita pahlawan adalah melawan ketidakadilan, memperjuangkan kesejahteraan, membangun kecerdasan dan memajukan kehidupan. Maka, pendirian patung pahlawan yang megah dan apalagi menelan biaya yang jumlahnya sangat tinggi tersebut bukanlah suatu yang diharapkan para pahlawan.

Dan, bisa juga dikatakan belum tentu semua masyarakat setuju dengan pembangunan patung tersebut. Keinginan membuat patung itu belum mewakili semua harapan atau aspirasi banyak orang. Bisa jadi hanya keinginan segelintir orang.

Mungkin arwah para pahlawan akan merasa malu dan risih jika mereka bisa melihat patungnya yang menjulang tinggi, megah dan mahal biayanya, berdiri di tengah rakyatnya yang hidup miskin, menderita dan ketidakmampuan membeli dan memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan keluarganya.

Patung yang besar, megah dengan biaya yang super mahal, kemudian hadir di tengah rakyat yang hidup menderita, menunjukkan suatu yang kontras dengan cita-cita luhur perjuangan para pahlawan.

Sejatinya, menghargai dan menghormati para pahlawan adalah berusaha meningkatkan taraf hidup masyarakat, mencerdasan masyarakat, membangun ekonomi yang kuat, memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, menjadikan Indonesia sejajar dengan negara-negara lain dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, membangun keadilan dan penerapan hukum yang sama bagi semua orang, menjadikan Indonesia negara berdaulat tidak dijajah negara asing secara ekonomi, menjadi negara yang mandiri dan kuat, tidak terjerat oleh hutang sehingga kedaulatan bangsa menjadi tidak tergadai

Menghargai para pahlawan adalah melanjutkan cita-cita mereka. Jika sebelumnya para pahlawan berjuang untuk mengusir penjajah yang menguasai tanah air, maka generasi berikutnya adalah berjuang untuk memajukan bangsa dan mensejahterakan rakyat. Jika hal ini bisa diwujudkan, maka itu artinya kita telah menghargai para pahlawan yang telah mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk tanah air.

Adanya patung pahlawan tentu tidak ada salahnya, tapi kalau dibangun berlebihan dalam bentuk fisik yang luar biasa dan biaya yang besar, sementara ada yang lebih substansial dikerjakan, maka kita akan terjebak pada perbuatan yang sia-sia dan pemborosan, sementara ada hal yang lebih penting dan mendesak.

Bukan hanya kita terjebak pada pemborosan, tapi juga melakukan diskriminatif terhadap para pahlawan. Artinya, ada pahlawan yang diperlakukan secara istimewa dengan membangun tugu kenangan atau patungnya yang monumental dan besar, tapi pahlawan yang lain dilupakan dan mendapat perlakuan yang tidak sewajarnya. Kemudian dalam konteks budaya kita juga membangun kultus individu yang berlebihan dengan terlalu membesar-besarkan seorang pahlawan. Padahal, semua pahlawan memiliki kontribusi yang bisa saja sama besarnya dalam pengorbanan perjuangan kemerdekaan, bahkan bisa jadi seorang pahlawan yang diagung-agungkan kontribusinya tidak lebih besar dari yang lain. Namun, karena ada kebijakan politik ia mendapat porsi perhatian yang lebih besar.

Sudah saatnya pahlawan kita hargai jasa dan kehormatannya dengan menjadikannya sebagai tokoh inspiratif. Artinya, pahlawan itu sebagai tokoh teladan, kebaikan yang dilakukannya menjadi ilham dan inspirasi buat kita untuk berbuat dan berkarya yang bermanfaat bagi orang banyak serta bagi bangsa dan negara.

Dalam terma Islam para pahlawan yang disebut orang mati syahid, sesungguhnya ia hidup dan tidak mati. Karena , amal dan perbuatan mulianya menjadi motivasi bagi banyak orang untuk berbuat baik. Allahu’alam bissawab.

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda