Ads
Cakrawala

Sekolah Agama? Banyak Ortu yang Pikir-pikir Dulu

Ditulis oleh Panji Masyarakat

Tidak sedikit di antara orangtua (ortu) yang berlomba-lomba mengeluarkan bujet besar untuk menyekolahkan putra-putrinya di lembaga pendidikan umum yang dinilai bonafide atau sekolah favorit. Bahkan ortu mereka rela mengeluarkan uang puluhan hingga ratusan juta demi anaknya bisa masuk di sekolahan atau perguruan tinggi tersebut, sekalipun harus lewat jalur belakang.

Namun sebaliknya, para ortu akan berpikir panjang untuk memasukkan anaknya ke sekolah atau perguruan tinggi yang berbasis agama. Jikalau iya, mungkin sekolah agama sebagai alternatif terakhir jika anak-anak mereka tidak diterima di lembaga pendidikan umum yang favorit tersebut. Itu pun mereka akan mencari lembaga pendidikan agama yang low budget alias murah. Sehingga tidak mempertimbangkan kualitas dari lembaga pendidikan tersebut. Karena merasa sayang jika harus mengeluarkan uang banyak untuk pendidikan agama.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? 

Menurut saya, ada dua sebab mengapa hal semacam ini bisa muncul pada diri sebagian besar para ortu. Pertama, banyak di antara mereka yang belum memahami dan menyadari betapa pentingnya pendidikan agama Islam sebagai bekal anaknya dalam mengarungi kehidupan di Dunia bahkan hingga Akhirat. Sehingga mereka kurang peduli terhadap pendidikan agama anaknya, yang penting anaknya pintar dalam ilmu dunia; pintar bahasa inggris, matematika, biologi, fisika, kimia, namun buta terhadap kitabnya (Al-Qur’an) yang menjadi alat penuntun hidupnya. sayangnya, Kesadaran ortu terhadap pendidikan agama baru muncul setelah melihat hal buruk yang menimpa anaknya; melihat anaknya mati karena over dosis narkoba, melihat anaknya masuk bui karena menipu, korupsi, melihat anaknya di eksekusi karena membunuh, melihat anaknya menjadi anak yang durhaka. Jika sudah seperti ini maka yang ada hanyalah penyesalan tiada tara.

Padahal Allah telah memperingati kita khususnya kaum adam, untuk super ketat menjaga anak dan istri dari bahaya Api Neraka. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(Q.S. At-Tahrim :6)
Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa ortu bertanggung jawab untuk menjaga, menuntun dan mendidik keluarganya agar tidak tersesat di dunia dan celaka di akhirat. 


Saya yakin semua ortu menginginkan anaknya menjadi anak yang baik, shalih/shalihah; taat kepada orang tua, agama, negara dan bermanfaat untuk bangsanya. Mereka ingin anaknya memiliki akhlak yang mulia; santun, amanah, jujur. Namun ketauhilah itu semua tidak akan terealisasi jika sang anak tidak mengenal siapa Tuhannya, sehingga tidak tertancap dalam dirinya aqidah ash-shahihah (keyakinan yang benar) terhadap agamanya. Jikalau sang anak mengenal Tuhannya, dia akan tahu bahwa Tuhannya memiliki sifat al-bashir (mahamelihat), as-sami’ (mahamendengar), al-‘alim (mahamengetahui) maka akan tumbuh padanya rasa khauf (takut) kepada Tuhannya sehingga dia tidak berani untuk berbohong, tidak amanah. Jika sang anak mengenal Tuhannya dia akan tahu bahwa Tuhannya memiliki sifat ghadhab (murka) dan tahu akan azab-Nya yang pedih, maka dia tidak berani untuk berbuat keburukan; sex bebas, mengonsumsi narkoba, tawuran, mencuri, dan keburukan lainnya. Ini semua terdapat di dalam pendidikan agama. Sehingga ilmu agama dapat menjadi perisai atau pelindung bagi anak-anak kita dalam hidupnya.


Mungkin pelajaran agama ada di sekolah-sekolah umum namun sayangnya mata pelajaran PAI tidak menjadi pelajaran yang diperhitungkan di sekolah umum. bahkan satu pekan hanya satu kali pertemuan sehingga tidak menjadi doktrin pada diri siswa, tidak membentuk karakter. Seharusnya pelajaran agama menjadi pelajaran yang harus diutamakan dalam setiap sekolah dan juga perguruan tinggi.


Kedua,  kebanyakan ottu menganggap seseorang yang belajar ilmu agama; ngaji, masuk pondok pesantren, sekolah di madrasah, atau kuliah di perguruan tinggi islam, masa depannya suram alias tidak cerah, paling mentok jadi guru ngaji di TPQ. Ini merupakan paradigma yang salah. Jika kita perhatian lebih jeli banyak orang-orang yang background pendidikannya agama kehidupannya jauh lebih baik sekalipun sebagai guru ngaji di TPQ, tidak seperti yang dipikirkan oleh banyak orang. Mungkin saya salah satu orang yang tidak pernah merasakan sekolah umum (SD, SMP, SMA) saya lulusan madrasah (MI, MTS, MA) swasta, bahkan dari  kecil saya hidup di Pesantren. namun Alhamdulillah atas pertolongan Allah saya bisa bekerja di pemerintahan dan diberikan kehidupan yang sangat cukup.


Islam memang tidak menjamin penganutnya kaya raya, namun Allah menjamin bagi hambanya yang berilmu dan bertakwa dengan kehidupan yang cukup dan bahagia. Karena di Dunia ini yang kita cari bukan sebatas nominal tapi keberkahan, banyak uang tapi tidak berkah maka tidak akan cukup dan tidak akan bahagia, namun sebaliknya sedikit tapi berkah maka pasti cukup dan Insya Allah bahagia. Sebagaimana Allah berfirman: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq (65): 2-3)


Semua manusia ingin hidupnya bahagia, namun ketauhilah kebahagiaan itu dapat diperoleh jika seseorang dekat dengan Penciptanya sebagaimana Allah berfirman: “Barangsiapa mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun wanita dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97). Namun seseorang tidak akan mungkin dekat dengan Penciptanya jika dia tidak memiliki alat berupa ilmu agama yang dapat menuntunnya menuju Tuhannya.


Saya menulis artikel ini bukan bermaksud membanding-bandingkan antara sekolah umum dengan sekolah Islam, atau menjatuhkan sekolah umum, atau mengesampingkan pelajaran umum dan lebih mengedepankan pelajaran agama, bukan maksud saya seperti itu. Namun dari tulisan ini saya ingin membuka mata hati ortu yang masih tertutup, agar sadar betapa pentingnya pendidikan agama dalam kehidupan manusia. Karena melalui pendidikan agama karakter manusia akan terbentuk dengan baik, melalui agama manusia akan memiliki moral yang baik.


Ilmu umum penting, karena berfungsi sebagai alat penunjang kehidupan manusia di dunia. Bahkan kata Syekh Al-Utsaimin  dalam bukunya Kitabul Ilmi.  “Terkadang mempelajarinya (ilmu dunia) menjadi fardu kifayah (wajib) untuk kemaslahatan negara dan bangsanya.” Seperti ilmu kedokteran, ilmu teknologi, dan ilmu yang bermanfaat untuk manusia lainnya.


Namun jika ilmu dunia tidak diimbangi dengan ilmu agama maka pemiliknya (user nya) dapat membuat kerusakan di dunia; berlomba-lomba membuat senjata untuk perang, membuat virus untuk membunuh, menebang pohon di hutan hanya untuk menambah kekayaan, menduduki jabatan hanya untuk meraup keuntungan, dan kerusakan lainnya. Sehingga ilmu dunia harus diimbangi dengan ilmu agama.
Maka sebagai ortu kita wajib menanamkan kesadaran pada diri anak kita untuk sungguh-sungguh belajar ilmu agama, dan mendorong mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas keagamaan seperti ngaji, salat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, bersedekah dan aktivitas keagamaan lainnya.

Penulis: Abdul Aziz Jaisyi, lulusan S1 Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Al-Khoziny, Sidoarjo (2021), saat ini melanjutkan studi S2 dengan jurusan yang sama di Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda