Ads
Cakrawala

Doa yang Dikabulkan dan yang Tidak Dikabulkan (2)

Ditulis oleh Panji Masyarakat

Dalam berdoa kepada Allah kita memang harus menjaga etika, baik dari ucapan maupun penampilan. Sama halnya ketika Anda hendak berjumpa dengan kolega atau relasi atau bos Anda sendiri. Agar relasi atau bos Anda itu senang, Anda tentu harus berpenampilan rapi dan sopan. Begitu pula kalimat-kalimat yang Anda lontarkan, semua Anda lakukan dengan penuh kesopanan. Bila hal itu Anda lakukan pada bos Anda, lantas bos Anda senang, siapa tahu hanya Anda yang akan mendapat pujian dan pada gilirannya mendapat imbalan berupa “proyek baru”.

Allah juga demikian. Karena Dia Maha Indah (al-Jamal), maka sebaiknya Anda awali doa Anda dengan puji-pujian kepada Allah. Misalnya, “Ya Allah, Engkau Yang Maha Agung dan Maha Pemurah, Engkau Maha Pemberi Rizki dan Maha Kasih Sayang, Laa ilaha illa Anta, dan seterusnya (diiringi doa yang Anda minta)”. Kenapa kita harus memuji Allah? Kita adalah hamba dan makhluk Allah. Di hadapan Allah, kita tak memiliki kekuatan apapun kecuali Allah Zat Yang Maha Perkasa dan Berkuasa. Oleh karena Allah Perkasa dan Berkuasa, maka sudah selayaknya bila kita merendahkan diri di hadapan Allah.

Lalu bagaimana agar doa kita dikabulkan Allah? Ada banyak persyaratan jika doa ingin dikabulkan. Di antaranya yang paling utama adalah hati kita harus bersih dulu dari sifat-sifat tercela, termasuk dalam hal ini bersih kepada Allah, misalnya husnuzhan atau selalu berbaik sangka kepada Allah. Kita tak boleh berburuk sangka bahwa Allah tak pernah mengabulkan doa kita sekalipun siang dan malam doa itu dilakukan. Kemudian, hati kita harus selalu terpaut (hudlur qalb) hanya kepada Allah saat melakukan doa. Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt tidak akan menjawab doa seorang hamba yang hatinya alpa (kepada Allah).” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad).

Juga dikisahkan, ketika Musa a.s berjalan melewati seorang laki-laki penggembala yang sedang berdoa dengan rendah hati kepada Allah, lalu ia berkata: “Ya Allah, seandainya kebutuhannya ada dalam tanganku, niscaya akan kupenuhi doanya”. Setelah itu, Allah kemudian mewahyukan kepada Musa a.s: “Aku lebih Pengasih kepadanya daripada kamu. Dia memang sedang berdoa kepada-Ku, tapi hatinya terpaut pada domba-dombanya. Sedang Aku tidak akan mengabulkan doa seorang hamba-Ku yang hatinya terpaut pada selain Aku.”

Selain hati kita terpaut hanya kepada Allah, kita juga harus memiliki pengetahuan tentang Allah. Ja’far AsH-Shidiq ketika ditanya apa sebab doa kita tidak dikabulkan, beliau menjawab, “Itu karena engkau berdoa kepada Tuhan yang engkau tak punya pengetahuan tentang-Nya.”

Syarat lainnya adalah makanan kita harus diperoleh dengan cara yang halal. Makanan yang tidak halal dimakan, menjadi sebab kenapa doa tidak dikabulkan Allah. Rasulullah Saw. bersabda, “Perbaikilah kerjamu, niscaya doamu akan dikabulkan.” HR. Tabrani). Maksud hadis ini tak lain agar kita mengubah kebiasaan bekerja dengan cara yang tidak halal, seperti melakukan kecurangan dalam menakar atau menimbang barang, menerima suap atau sogok, mencuri, korupsi, me-markup proyek, dan sebagainya. Perbuatan-perbuatan yang tidak wajar seperti itu jelas menjadi salah satu sebab terhalangnya doa kita kepada Allah.

Sebelum berdoa sebaiknya kita juga dianjurkan untuk berwudlu terlebih dahulu. Sebab yang akan kita hadapi adalah Zat Yang Maha Suci. Bahkan untuk menyucikan tersebut bukan hanya dengan berwudu, tapi termasuk juga hati kita dari sifat-sifat tercela, seperti ujub, riya, takabur, kikir, dan sebagainya. Kalau tubuh dan hati kita bersih, maka Allah akan mudah untuk menerima doa kita. Selain itu, dalam berdoa kita upayakan untuk selalu menghadap kiblat dan membuka kedua telapak tangan seraya kepala menunduk sebagai pertanda kerendahan hati kita di hadapan Allah. Lebih bagus lagi jika doa itu dilakukan pada tengah malam saat semua manusia terlelap tidur, tapi kita bangun untuk salat malam dan bermunajat.

Biasakan pula sebelum berdoa selain diawali dengan kalimat-kalimat tasbih, istighfar, tahlil, tahmid, juga shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Kemudian, kita juga bisa bertawasul kepada Rasulullah Saw. dengan mengatakan: “Ya Rasulallah, inna tawajjahna wastasyfa’na watawasalna bika ilallahi waqaddamnaaka baina yaday haajaatina, Yaa wajiihan ‘indallahi isyfa’ lana ‘indallahi.” (Ya Rasulullah, kami menghadap, meminta syafaat, dan bertawasul kepadamu di sisi Allah. Kami mengajukan kepadamu keinginan kami. Wahai yang mempunyai kedudukan di sisi Allah, mohonkanlah syafaat untuk kami di sisi Allah). Lalu ditambah, “Bihaqqi Muhammad wa aali Muhammad, istajib du’a ana.” (Dengan hak Muhammad dan keluarga Muhammad. Perkenankanlah doa kami).

Doa dengan cara tawasul ini tak lain hanya sebagai adab dan sopan santun. Substansinya adalah tetap kepada Allah yang dituju, bukan kepada Rasulullah ataupun yang lain misalnya. Tawasul berdoa itu boleh-boleh saja, termasuk kepada orang tua atau teman kita sendiri. Dalam kenyataannya, sering kali kita sendiri suka meminta didoakan oleh orang lain, misalnya agar selamat dalam perjalanan atau lulus menempuh ujian. Namun, hendaknya tawasul itu hanya kepada orang-orang saleh, seperti kepada Nabi Muhammad, para wali, ulama, dan orang-orang yang telah diberi makrifat lainnya. Kenapa hanya kepada orang-orang saleh? Orang-orang saleh itu adalah Kekasih Allah. Mereka sangat dekat kepada Allah, sehingga bila kita bertawasul, doa orang-orang saleh itu sangat mudah dikabulkan oleh Allah untuk kita. Makanya tidak heran bila kita sendiri selalu mempercayakan doa (misalnya pada acara selamatan) tersebut kepada orang yang menurut pandangan dan sepengetahuan kita saleh.

Bahkan terkabulnya doa juga bisa jadi justru bukan melalui perantaraan manusia, melainkan hewan-hewan piaraan kita. Sebagai contoh, bila terjadi musim kemarau yang amat panjang, kita disunahkan untuk salat Istiqa’ (salat minta hujan). Salat itu dilaksanakan di lapangan terbuka. Bersamaan dengan itu, kita diperintahkan untuk membawa hewan-hewan ternak ke lapangan. Pada saat itulah, hewan-hewan juga turut berdoa meminta datangnya hujan. Dan siapa tahu justru hewan-hewan itu yang sebenarnya dikabulkan doanya oleh Allah ketimbang kita yang banyak berbuat dosa.

Begitu pula dalam kehidupan rumah tangga. Doa dan rezeki bukan hanya milik kita, tapi juga di sana ada (doa) milik suami/istri dan anak-anak. Jadi, terkabulnya doa kita terkadang tidak diberikan langsung kepada kita, melainkan kepada suami/istri dan anak-anak atau bahkan relasi kita sendiri. Oleh karena itu, kita harus membuang sikap berburuk sangka kepada Allah

Sebagai penutup, perlu kiranya dijelaskan tentang persoalan kenapa doa orang-orang kafir itu dikabulkan Allah. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa selain Allah memiliki sifat ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), juga sifat ar-Rahim (Yang Maha Penyayang). Sifat Rahman Allah itu diberikan kepada siapa saja sebagai makhluk-Nya di dunia. Jadi terhadap makhluk-Nya di dunia, Allah tidak membeda-bedakan apakah kafir atau muslim, manusia atau binatang. Sementara sifat Rahim Allah, Dia hanya akan memberikan kepada orang-orang muslim/mukmin saja di akhirat. Orang-orang kafir tidak akan mendapatkan lagi kasih sayang Allah bila sudah berada di alam akhirat. Itulah sebabnya kenapa Allah tidak mengampuni dosa orang-orang kafir musyrik, baik selama hidup di dunia (kecuali jika ia bertobat) maupun di akhirat nanti. Wallahu’alam.

Penulis: Nanang Syaikhu, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda