Ads
Cakrawala

Doa yang Dikabulkan dan yang Tidak Dikabulkan (1)

Ditulis oleh Panji Masyarakat

Ada yang bertanya, kenapa Tuhan tak pernah mengabulkan doa seorang hamba padahal ia termasuk orang yang paling rajin beribadah. Lalu kenapa pula orang-orang kafir “dikabulkan” doanya sementara setiap hari mereka bergelimang kemusyrikan dan dosa. Menjawab pertanyaan ini memang tidak sederhana, karena di dalam doa ada banyak faktor yang terlebih dahulu harus dijelaskan.

Doa berasal dari bahasa Arab yang artinya memohon, menyeru atau memanggil. Selain doa, ada juga istilah lain yang dipakai untuk memohon, yakni munajat (dalam bahasa Indonesia boleh juga disebut curhat). Antara doa dan munajat sebetulnya sama saja. Namun, munajat tampaknya lebih spesifik karena di dalamnya terkandung semacam ungkapan hati. Tentu saja, yang dimaksud munajat di sini adalah ungkapan hati Anda yang disampaikan kepada Allah dengan cara berdialog.

Doa adalah upaya kita untuk meminta bantuan Allah saat kita membutuhkan-Nya. Dan sebagai orang yang beriman pasti kita akan selalu membutuhkan Allah kapan dan di mana pun kita berada. Malah di kalangan para sufi, doa dan termasuk zikir di dalamnya akan selalu dilakukan sepanjang nafas masih mengalir dari hidungnya. Untuk itulah, sedikit saja mereka alpa dengan doa dan zikir kepada Allah, kealpaannya telah membuat dosa besar bagi dirinya.

Rasulullah mengatakan, doa adalah inti atau otaknya ibadah. Sementara Syekh Abu Ali Ad-Daqqaq mengatakan, “Doa adalah kunci bagi setiap kebutuhan. Doa adalah tempat beristirahat bagi mereka yang membutuhkan, tempat berteduh bagi yang terhimpit, dan kelegaan sang perindu.” Oleh karena itu, setiap hamba yang beriman wajib berdoa kepada Allah sesuai kebutuhan, baik untuk saat itu maupun yang akan datang. Doa untuk saat itu misalnya kita meminta agar diluluskan ujian sekolah, meminta agar rezeki yang diperoleh dengan cara yang halal, dan sebagainya. Sedangkan doa untuk yang akan datang, misalnya, kita meminta agar diselamatkan di akhirat, yakni dijauhkan dari siksa api neraka.

Karena doa itu wajib, maka orang yang tak pernah berdoa akan dihinakan oleh Allah. Dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 67 disebutkan: “Mereka menggenggamkan tangannya” Para mufasir menjelaskan, maksud ayat di atas adalah mereka tidak mengangkat tangan dengan terbuka untuk berdoa kepada Allah. Selain itu, orang yang tidak pernah berdoa berarti mereka telah menampakkan kesombongannya di hadapan Allah. Allah berfirman: “Innalladziina yastakbiruuna ‘an ‘ibaadatii sayadkhuluuna jahannama daakhiriin.” (Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina; Q.S. Al-Mu’min: 60). Ayat lainnya menyebutkan, “Qul maa ya’ba’u bikum rabbi lawlaa du’aa ‘ukum.” (Tuhanku tidak akan memperhatikan kamu kalau tidak ada doamu. Q.S. Al-Furqan: 77).

Maka dari itu, apa pun kesulitan kita, doa adalah satu-satunya senjata yang harus dipergunakan untuk meminta kepada Allah agar dimudahkan setiap kali kita menghadapi perkara dunia. Kita tak perlu ragu untuk meminta kepada Allah. Sebab Allah adalah tempat kita meminta. Allah sendiri berfirman, “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’iin.” Hanya kepada Allah kami menyembah dan hanya kepada Allah juga kami minta pertolongan (Q.S. Al-Fatihah: 3). Ini artinya hanya kepada Allah saja kita meminta, dan tidak kepada yang lain. Karena jika kita meminta kepada selain Allah itu berarti hukumnya musyrik. Kalau begitu, apakah kita tidak termasuk orang yang rewel bila terus menerus meminta kepada Allah. Tidak. Malah dalam ayat lain Allah menegaskan, “Ud‘uunii astajib lakum.” Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkanmu (Q.S. Al-Mu’min: 60). Rasulullah Saw. juga bersabda, “Sesungguhnya Tuhan mencintai orang yang terus menerus meminta-minta.”

Begitu pula, kita boleh berdoa kepada Allah dengan sepuas hati apa yang kita inginkan. Tetapi tentu saja, doa yang kita sampaikan harus dengan nada yang lembut dan penuh kerendahan diri. Jadi jangan berteriak-teriak seperti kita memanggil-manggil teman kita dari jauh. Bahkan dengan hati pun, bagi Allah itu sudah cukup. Karena Allah Maha Mendengar setiap doa yang kita mintakan, termasuk berdoa dengan bahasa kita sendiri. Karena tak ada keharusan bahwa doa itu dengan bahasa Arab.

Dan yang terpenting lagi, jika kita berdoa kepada Allah, kita jangan menyampaikan doa dengan kalimat-kalimat yang seolah-olah terkesan “rewel” dan mendikte. Dengan kata lain, kita hanya dianjurkan agar berdoa secara kulliyah saja, jangan yang bersifat juz’iyyah. Sebagai contoh, jika kita minta jodoh, jangan sekali-sekali meminta jodoh kita harus berparas cantik, hidungnya mancung, matanya lembut, bibirnya mungil, pipinya lesung, keturunan ini dan itu, dan sebagainya. Tapi sebaliknya mintalah jodoh itu orang yang shalehah saja. Soal nanti dikasih yang cantik atau yang jelek, itu urusan Allah. Dan kita harus terima dengan ikhlas atas semua pemberian Allah tersebut.

Contoh lainnya, bila kita ingin kaya, jangan kita meminta langsung seperti, “Ya Allah, hamba minta saat ini juga rumah yang mewah, mobil mewah, dan emas yang banyak.” Tapi berdoalah cukup seperti ini, “Ya Allah, mudahkanlah kami mencari rizki dan berilah kami rizki yang halal.” Berdoa seperti ini sangat disukai Allah ketimbang kita “rewel” dan mendikte Allah dengan seluruh permintaan kita. (Bersambung)

Penulis: Nanang Syaikhu, Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda