Ads
Cakrawala

Kolom Ganjar Kurnia: Madame Rene dan Surat Al-Ma’un

Ditulis oleh Panji Masyarakat

Si Burung Merak itu muncul di layar televisi dengan anggunnya. Nama lengkapnya; Patrick Sabatier. Menurut gunjingan para istri tetangga, konon si Patrick ini manusia yang paling ganteng se-Prancis. Dia a penyiar Televisi Prancis saluran ‘Satu’. Malam itu dia membawakan acara “Porte Bonheur’’ alias “Pintu Kebahagiaan’’. Sebuah acara yang sangat menarik. Selain dapat menatap wajah si ganteng berlama-lama, kita bisa menyaksikan para penyanyi top kenamaan. Di antaranya saja malam itu ada si melankolis Nana Mouskouri. Dan yang paling penting: acara Porte Bonheur ini menyentuh masalah kemanusiaan.

Tujuan acara ini urituk memberikan penghargaan kepada orang-Orang yang telah bekerja tanpa pamrih akan tetapi sering terlupakan.

Jauh-jauh hari sebelum acara dipergelarkan, si Patrick menerima ratusan pucuk surat dari para pemirsa yang menceritakan seseorang yang dikenal oleh si pemirsa tadi dan dianggap patut diketengahkan pada acara Porte Bonheur. Kalau di negara kita, misalnya saja seorang guru Inpres yang mengajar nun jauh -di pedalaman, walaupun  sajinya sering terlambat akan tetapi dia tetap setia kepada tugas clan kewajibannya.

Setelah dilakukan seleksi yang sangat ketat dan survei yang mendalam, malam itu yang terpilih adalah Madame Rene, seorang janda berusia 65 tahun. Menurut si pelapor, Madame Rene ini sudah 35 tahun menampung orang-orang miskin, cacat fisik, cacat mental dan sebagainya. Jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung. Pada saat acara tersebut disiarkan, ada 40 orang yang ditampung oleh Madame tadi. Semacam panti asuhan, akan tetapi kesemuanya tanpa bantuan dari siapa pun, an sich keluar dari kocek Rene sendiri.

Acara Porte Bonheur merupakan siaran langsung dan Rene tidak pernah diberitahu sebelumnya, sehingga bagi Madame budiman ini acara itu merupakan surprise. Selama acara berlangsung si Patrick tetap berada di studio sedangkan si Madame di rumahnya. Berbeda dengan sebagian orang yang haus akan publisitas bila telah berbuat sesuatu amal kebaikan, Madame yang satu ini justru sebaliknya. Ketika pasukan dari televisi mulai menyorot wajahnya yang keriput, terlihat Rene begitu kikuk. Wajahnya dia tutup dengan kedua belah tangannya. Sambil menangis dia berontak agar apa yang telah dilakukannya semala ini tidak dipublikasikan dan dia tidak menyetujui acara tersebut diteruskan. Tapi si ganteng Patrick terus merayunya dan memberikan pengertian bahwa Porte Bonheur bukanlah publisitas murahan akan ai nal baik seseorang, melainkan sebagai penghargaan dari masyarakat dan sekaligus memberi teladan agar pintu hati yang lainnya tergugah.

Rene tetap ngotot, bahwa apa yang telah dia kerjakan adalah sesuatu yang wajar dan alamiah dan dia tidak mengharapkan penghargaan dari siapa pun. Walaupun agak lama, dan dengan diselang-seling acara nyanyi dan lawak, si Patrick terus melakukan lobying dan akhirnya sedikit demi sedikit Rene luluh hatinya. Apalagi setelah si Patrick memperlihatkan foto-foto dari anak asuh si Madame yang sekarang sudah tidak tinggal lagi bersamanya. Bukan hanya itu, dengan kerja keras dari seluruh crew televisi, telah pula dihadirkan ke studio sekitar 15 orang alumni dari panti asuhan swasta tersebut. Di antaranya ada yang sudah mapan dan dapat berdiri sendiri, akan tetapi ada pula yang muncul dengan wajah yang tetap bloon (maaf). Ada seorang bekas anak asuh yang tidak dapat hadir ke studio karena bekerja di Afrika, malam itu dapat ditelepon secara langsung untuk diminta pendapatnya tentang Rene. Sebuah surprise yang lain bagi si Madame yang menyebabkan air matanya terus berderai.

Dari wawancara dengan para alumni tersebut, diketahui betapa budimannya si janda tua ini. Dia sangat sabar dan tidak pernah marah. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga besarnya itu, dia hanya mengandalkan sebidang tanah seluas 30 Ha, yang bagi ukuran Prancis termasuk sedang. Sedangkan dari keluarga anak asuhnya dia tidak pernah meminta sepeser pun. Alasan yang dikemukakan mengapa sampai terdampar di rumah Rene sangatlah bermacam-macam. Mulai dari gara-gara perceraian orang tua, Orang tuanya penganggur, punya ibu yang cacat atau bahkan karena mereka sendiri yang cacat sehingga dianggap aib oleh keluarganya sendiri. Lamanya tinggal pun bermacam-macam pula ada yang dua atau tiga tahun tapi ada pula yang sudah tinggal selama 35 tahun. Artinya selama padepokan itu berdiri. Sebagai contoh si Piere, sekarang usianya telah 40 tahun dan tinggal bersama Rene selama 18 tahun. Dari caranya menjawab pertanyaan ketika diwawancara dapat ditebak bahwa si Piere ini agak terbelakang.

Selama wawancara berlangsung, Rene dikelilingi oleh anak asuhnya yang 40 orang itu, di antaranya ada yang sangat memelas perasaan. Namun begitu toh Rene dapat hidup di tengah-tengah mereka yang tentu sebagiannya ada yang berkelakuan aneh dan macam-macam.
Pak Wali kota yang malam itu diwawancara lewat telepon, mengatakan tidak pernah tahu bahwa di wilayahnya ada janda budiman. Namun demikian dia merasa bangga bahwa salah seorang warganya telah berbakti bagi tugas kemanusiaan yang sangat mulia.

Walaupun Rene tetap ngotot bahwa apa yang telah dilakukannya itu adalah sesuatu yang wajar dan alami, tapi menurut Patrick si pembawa acara, Rene adalah termasuk orange yang eksepsional alias berbeda dengan manusia lain pada umumnya. Apa yang dikemukakan Patrick sangatlah tepat, karena di antara kehidupan dunia Barat yang kemilau dengan hal-hal yang serba materialistis dan pintu gerbang sosial terbelenggu rapat oleh sikap individualisme, ternyata masih ada manusia berhati mulia.

Dialah Rene manusia aneh dan langka. Janda tua yang pasti belum pernah membaca surat Al-Ma’un ini telah melangkah dengan tegap menyantuni fakir miskin, orang cacat dan mereka yang membutuhkan amal baiknya. Ditunggu Rene-Rene yang lainnya.

Penulis: Prof. Dr. Ganjar Kurnia, akademisi dan budayawan; rektor Universitas Padjadjaran (2007-2015)
Sumber: Panji Masyarakat, No. 490, 1 Januari 1986. Ganjar Kurnia menulis kolom ini saat menjadi mahasiswa Universitas Paris X, Prancis

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda