WAFATNYA Kiai Haji Ali Yafie pada 25 Februari 2023 di usia 97 tahun adalah kehilangan mendalam bagi saya. Beliau adalah ulama yang tinggi ilmunya namun rendah hati. Sewaktu pemakaman beliau, saya bersama putra Pak K.H. Ali Yafie, Hilmy Yafie, Mas Wiwoho dan beberapa teman pengurus Panji Masyarakat lainnya, sempat berbincang bagaimana untuk mengumpulkan karya dan pikiran-pikiran beliau yang terpisah-pisah untuk disatukan, dan dipublikasikan dalam sebuah buku yang nantinya akan diluncurkan pada 100 hari kepergian beliau.
Saya sendiri sudah lama mengenal Kiai Ali Yafie sebagai Ketua Majelis Indonesia (MUI) periode 1990 – 2000. Namun mulai berinteraksi langsung dengan beliau ketika kami sama-sama duduk sebagai Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu Pusat) tahun 1999.
Hubungan kami semakin dekat setelah 2004 dalam pertemuan-pertemuan Gerakan Kebangkitan Indonesia Raya (GKIR). Kami di GKIR waktu itu memandang bahwa, amandemen UUD 1945 sudah kebablasan dan perlu ditinjau ulang.
Interaksi saya dengan Pak Ali Yafie terus berlanjut hingga di luar kegiatan formal. Saya sering bertemu secara terbatas dengan beliau untuk mengadukan kondisi bangsa yang gonjang-ganjing, atau sekadar meminta nasihat.
Kami selalu meminta Pak Ali Yafie untuk merumuskan kembali pikiran-pikiran kita dalam pertemuan tersebut. Ternyata, beliau mampu merumuskan pikiran-pikiran kita dengan sangat baik dan detail. Gagasannya autentik dan mencerahkan. Hal ini yang membuat saya semakin mengagumi beliau. Karena itu, mengumpulkan kembali pemikiran atau gagasan-gagasan Kiai Ali Yafie sangat penting dilakukan, agar bisa dibaca oleh generasi mendatang.
Dalam suatu kesempatan bersama Kiai Ali Yafie, saya pernah menyampaikan soal kondisi negara yang seolah berputar-putar di situ saja. Bosan dengan masalah yang terus berulang. Namun beliau mengatakan,“Tidak apa-apa, Hariman. Kita juga tawaf dan sa’i saat ibadah haji muter-muter dulu dan berulang-ulang. Itu bukan sesuatu yang sia-sia. Pasti Allah menetapkan tujuan di baliknya.”
Kiai Ali Yafie menurut saya istimewa karena pergaulannya luwes dan mudah beradaptasi. Beliau tidak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan latar belakangnya, apalagi menolak tamu. Bahkan terhadap orang yang berselisih paham dengan beliau pun, ia bersikap santun dan tidak mau membicarakan kejelekannya.
Keistimewaan sikap beliau inilah yang membuatnya diterima di semua kalangan. Kiai Ali Yafie sangat dihormati di lingkungan Nahdlatul Ulama (NU), bahkan pernah menjadi Rais Aam atau pemimpin tertinggi PBNU satu-satunya dari luar Jawa (menjabat tahun 1991-1992). Kiai Ali Yafie juga diterima di Muhammadiyah dan disegani di dunia Islam.
Sedangkan kiprah dan sumbangsih Pak Ali Yafie, saya kira bangsa ini sudah mencatatnya.
Di luar NU dan MUI, pengasuh Pondok Pesantren Darud Da’wah wal Irsyad (DDI), Parepare, Sulawesi Selatan, ini menjadi penasihat di Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan The Habibie Center. Kemudian rektor di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ).

Di ranah kenegaraan, Kiai Ali Yafie pernah menjadi anggota MPR/DPR sejak 1971 hingga 1987. Bahkan, Kiai kelahiran Donggala (Sulawesi Tengah) pada 1 September 1926 inilah yang meminta Presiden Soeharto mundur dari tampuk kekuasaannya langsung di hadapan Pak Harto, pada masa gerakan reformasi 1998 lalu.
Keistimewaan lain dari Kiai Ali Yafie adalah sosoknya yang bersahaja dan tampil sehat. Ia menjauhkan pikiran, ucapan, dan makanan dari hal-hal yang merusak. Tak heran, beliau dikaruniai umur panjang karena selalu bersahaja dan menjalani kebiasaan hidup sehat. Pun jika saya perhatikan anak istri serta keluarganya, mereka tak jauh beda dari Kiai Ali Yafie. Tampil sehat, rukun, sederhana dan bersahaja.
Akhir kata, saya haturkan selamat jalan Prof KH Ali Yafie. Semoga bangsa ini terus melahirkan tokoh-tokoh panutan sepertimu di tengah krisis keteladanan saat ini.***
[Data Buku. Judul: K.H. Ali Yafie Membumikan Pesan Langit, Tapak Perjuangan, Catatan dan Kesan para Sahabat, Murid, dan Keluarga. Penulis: B. Wiwoho, et.al; Editor: A. Suryana Sudrajat; Penerbit: Panji Masyarakat Multimedia Nusantara (Panjimas Book), telepon 0831-5916-1521, website: panjimasyarakat.com dan panjimasbook.com]