Dia salah seorang ulama Islam yang besar pengaruhnya sekitar abad ke-17. Walaupun ia bukan asli turunan Indonesia, jasa Nuruddin Ar-Raniri amat banyak bagi perjuangan agama Islam Indonesia. Terutama di Aceh pada abad-abad kebesaran Islam.
Begitu besarnya AI-Raniri dalam pandangan kita sebagai seorang ulama dan pengarang Islam yang besar di masanya, yang oleh jasa-jasanya itu Indonesia beroleh nama yang harum dalam pandangan dunia. Ia bukan sekadar tokoh ulama kaliber nasional, tetapi internasional. Dari barat sampai ke timur, namanya dikenal dan masyhur.
Tidak sedikit buku-buku yang ditulis oleh pengarang-pengarang besar mengenai dirinya, membicarakannya secara luas. Antara lain dapat dikutip di sini, nama-nama pengarang tersebut:
1). Neuwenhuyze dengan judul Nur al-Din al- Raniri als bestijder wujudiyah; 2). Ph. S. van Ronkel dengan judul “Ranirs’’, Malaisech Gesschrifft; 3). P. Voorhoeve dengan judul ’Van en over Nuruddin ar-Raniri; 4). P. Hoeve dengan judul lis der Gesrijven al Raniri en Apparatus Critisch bij de teks van twee ver handelingen; 5) P. Hoeve dengan judul ’Twee Mialaische Gesrivtanvan Nuruddin ar-Raniri, Leiden; 6). Prof. Dr. Tudjimah dengan judul Asrarul Insan fi Ma’rifatir Ruh war rahman (Rahasia Manusia dalam Pengetahuannya tentang Roh dan Tuhan).
Buku yang disebut terakhir itu sebenarnya adalah judul dari karangan Nuruddin Ar-Raniri sendiri. Judul itu sengaja dipakainya karena dengan buku ini, Tudjimah mahasiswa Universitas Indonesia dalam Ilmu Sastra mengambil tesis dan dipertahankannya di depan para profesor pada 1961 untuk mengambil titel doktor. Dan, berhasil dengan gemilang.
Seperti diketahui, sekarang (1982) Prof. Dr.Tudjimah masih tetap mengajar, sedangkan matanya konon tak melihat lagi (buta).
Menurut Tudjimah, “Setelah saya mempelajari kehidupannya, saya berpendapat bahwa ia adalah seorang ulama lautan ilmu, ahli ketuhanan yang ulung, banyak mengetahui kitab-kitab dalam berbagai ilmu agama, ahli filsafat. la mengenal nama-nama besar seperti Ibnul Arabi, Imam Gazali, Abdul Razak Al-Kashani, Najmuddin Ar-Razi, Abu Syukir As-Salami dan lainnya.”
Dengan demikian, jelaslah bahwa Ar-Raniri bukanlah seorang ulama Indonesia belaka, tetapi ulama internasional. Ahli filsafat yang besar dan berpengaruh luar biasa.
Asal usulnya
Nama lengkapnya ialah Nuruddin bin Ali bin Hasanji bin Muhammad Humad Ar-Raniri. Tanggal lahirnya tidak diketahui, tetapi jelas ia hidup sekitar abad ke 17. Silsilah keturunannya, dapat diselidiki orang seperti ditulis oleh Prof. Dr. GWJ Drewes yang menyatakan bahwa Ar-Raniri berasal dari Ranir. Letak Ranir di Gujarat India, sekarang disebut Rander. Menurut sejarah, Gujarat itu pada abad ke-18 didiami oleh beberapa bangsa, yaitu Turki, Mesir, Arab, Parsi, Turkistan dan Khurasan. Banyak orang-orang Islam dari luar datang ke sana. Sebab Gujarat adalah kota dagang yang amat ramai dikunjungi kaum pedagang yang simpang-siur yang sangat menyibukkan. Di samping para pedagang asing berdatangan ke Rander, para pedagang Rander sendiri banyak mengadakan perjalanan ke luar negeri seperti ke Malaka dan Sumatera.
Gujarat itu terkenal dengan penduduknya yang Islam, demikian pula Rander. Ketika pada tahun 1530 orang Portugis datang menyerang Rander dan surat, jatuhlah kota itu ke tangan Portugis. Penduduk Rander benci kepada Portugis karena perampasan terhadap negerinya itu. Karenanya mereka banyak menyingkirkan diri, sengaja pindah atau sekedar menyingkir saja demi keselamatan diri.
Dari sinilah keturunan Nuruddin. Terdapat pula keterangan bahwa nenek moyangnya berasal dari Bani Hummaid dari Hadramaut (Yaman), bernama Hasan.
Nuruddin sendiri pernah belajar di Hadramaut dengan Abu Hafs Umar bin Abdullah Baini Syaibah dari Tarim, pusat pengetahuan Islam yang tersohor.
Selain hendak menjadi seorang alim dalam agama, kepergiannya ke Hadramaut, mungkin hendak menyingkir diri dari pengaruh Portugis. Setelah beberapa lama menuntut ilmu di Hadramaut, ia kembali ke Rander. Tetapi ketika pulang, ia menjumpai Kota Rander sudah mundur tidak seramai dahulu lagi.
Kerena itu ia berusaha mencari jalan lain untuk menyebarkan pengetahuannya tentang agama ke kota yang lebih ramai. Ketika itu Malaka dan Aceh sedang hangat-hangatnya menjadi perbincangan kaum pedagang. Juga merupakan masyarakat kota (daerah) Islam baru yang mempunyai hari kemudian yang baik. Nuruddin mula-mula pergi ke Malaka. dan bertempat tinggal di Pahang. Waktu itu pada tahun 1618. Ketika itu Pahang berada di bawah kekuasaan Aceh.
Selama berada di tanah Melayu ini, Nuruddin mengajarkan agama dan menyebarkan dakwah Islamiyah. Juga di waktu itulah Ia mengarang buku-bukunya yang terkenal.
la mendapat pengikut yang banyak dan namanya segera populer dalam masyarakat, sejak dari golongan bawah sampai golongan atas. Ia menjadi sahabat dari kalangan tinggi, orang-orang besar kerajaan. (Bersambung)
Penulis: Tamar Djaja 1913-1984), wartawan dan penulis buku-buku populer dari agama, biografi, novel, sampai sejarah
Sumber: Panji Masyarakat, No 347, 11 Januari 1982