Memberikan pencerahan dakwah Islam bagi masyarakat pedesaan tentu berbeda dengan masyarakat perkotaan. Perbedaan itu banyak ragamnya, baik dari aspek sosiologis, ekonomi, budaya maupun pendidikan. Namun, yang paling jelas dilihat adalah dari aspek ekonomi.
Masyarakat desa mayoritas hidup dari bertani, sedangkan masyarakat kota bersifat heterogen, mulai dari sektor jasa, perdagangan, pegawai negeri, profesional dan banyak lainnya.
Karena itu jika kita berbicara model dakwah bagi masyarakat desa, tampaknya lebih mudah, sebab harus mencari konsep yang tidak terlalu banyak karena pola masyarakatnya yang homogen atau satu budaya dan satu profesi saja.
Bagaimanakah model dakwah untuk masyarakat pedesaan?
Dimanapun juga dan bagaimanapun juga situasi masyarakat, tujuan dakwah adalah untuk meningkatkan keimanan masyarakat, mendorong orang untuk rajin beribadah kepada Allah, meningkatkan amal shaleh, dan memperbaiki akhlak menjadi akhlakul kharimah atau akhlak mulia.
Dan yang paling utama dari dakwah itu adalah untuk meningkatkan Iman kepada Allah. Kalau iman sudah kuat maka tiga aspek selanjutnya akan mengiringi dengan sendirinya.
Untuk meningkatkan Iman masyarakat desa konsep yang paling tepat adalah belajar dari kesaharian hidup. Keseharian hidup orang desa kebanyakan dari bercocok tanam atau bertani.
Bertani adalah proses kegiatan produksi mulai dari mengolah lahan, mengolah tanah, bertanam hingga menghasilkan buah atau panen, baik digunakan untuk memenuhi keperluan diri sendiri maupun untuk dijadikan komoditi yang komersial.
Mengolah lahan yaitu merambah hutan dan semak belukar, menebang tanaman yang tidak berguna. Setelah semua bersih kegiatan dilanjutkan dengan mengolah tanah, yaitu mencangkul sehingga tanah mudah ditanami. Kegiatan terakhir adalah bertanam, mungkin kemudian dilanjutkan dengan memberikan pupuk dan menyemprot dengan menggunakan racun, sehingga tidak ada hama yang merusak tanaman.
Dari semua proses yang telah dilakukan di atas maka tiba waktunya panen. Tanaman menghasilkan buah, bisa untuk dijual di pasaran dan sebagian dipakai untuk keperluan sendiri. Harga jual bisa berfluktuasi, terkadang harganya tinggi di pasaran, namun bisa juga rendah, tergantung permintaan pasar dan stok barang apakah jumlahnya banyak atau terbatas.

Konsep Dakwah
Dalam bertanam mulai dari bibit, tumbuh sedikit demi sedikit, muncul batang, daun dan buah ini merupakan kuasa Allah. Sebuah proses makhluk hidup yang tentu tidak berkembang dengan sendirinya. Ada Zat Yang Maha Kuasa yang mengendalikan hal itu.
Dalam Al-Qur’an surat ar-Ra’ad ayat 4 Allah berfirman,” Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dari kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang, disiram dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman atas sebagian yang lain dalam rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir”.
Kemudian dalam surat surat an-Nahl ayat 10-11 Al-Qur’an menjelaskan,” Dialah yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagian menyuburkan tumbuh-tumbuhan, yang pada tempat tumbuhnya kamu mengembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang memikirkan,” .
Bagi petani yang hidupnya nemang akrab dengan kegiatan bercocok tanam, bertani atau berladang, proses produksi dari menanam hingga panen haruslah memahami bahwa apa yang mereka nikmati itu adalah karunia Allah, kekuasaan Allah, kemurahan Allah dan rahmat atau kerahiman Allah. Jika ini dipahami dengan baik maka akan timbullah Iman atau Tauhid yang kuat pada Allah.
Bukan hanya semata Iman yang meningkat kepada Allah, tetapi rasa syukur manusia kepada Allah akan muncul. Sebab, semua fasilitas hidup yang disediakan oleh alam ini merupakan lukisan atau pancaran dari sifat Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasih dan Penyayang.
Demikianlah model atau konsep dakwah bagi masyarakat petani atau pedesaan, memperkenalkan Allah pada mereka melalui kegiatan hidup mereka sehari-hari. Cara pandang mereka dalam berproduksi dan memenuhi kehidupan ini melalui kegiatan pertanian dengan melakukan pemahaman bahwa semua proses itu semata karena kuasa Allah.
Kadang nanusia merasa bahwa proses kegiatan pertanian dari bercocok tanam hingga kesuburan dan panen, merasa seolah hasil kerja manusia dan upaya manusia, misalnya, dengan rekayasa teknologi seperti penggunaan pupuk dan racun, hingga menyebabkan hasil yang bagus. Manusia melupakan kuasa Allah yang sesungguhnya adalah pemilik alam ini dan menurunkan hujan serta cuaca yang baik sehingga tersedia berbagai fasilitas kehidupan untuk manusia.
Kesadaran dan Iman manusia pada Allah pada proses kehidupan tumbuh-tumbuhan inilah yang akan menyuburkan dan menumbuhkan kegairahan beragama di pedesaan. Mereka langsung mengenal Allah pada proses kehidupan yang diakrabinya sehari-hari, yaitu melalui kegiatan pertanian Masalahnya, saat ini bagaimana para mubaligh, da’i dan ulama bisa menjelaskan kepada mereka dengan cara yang mudah dan bahasa yang gampang dipahami. Allahu’alam bissawab.