Aktualita

Dibalik Kisah Penembakan Kantor MUI Pusat

Avatar photo
Written by Arfendi Arif

Berita penembakan di Kantor MUI Pusat menimbulkan cerita yang panjang. Sebelumnya, banyak dugaan terhadap peristiwa tersebut, namun kini mulai terkuak diduga adanya unsur keyakinan agama yang menyimpang. Tapi, seberapa benarkah kasus ini, aparat penegak hukum masih bekerja intuk mengungkapnya.

Mustofa NR, Selasa (2/5/2023) lalu mendatangi Kantor MUI memaksa bertemu dengan Ketua Umum MUI, timbul ketegangan, Mustofa mengeluarkan senjata Air Softgun dan melakukan penembakan hingga melukai dua orang staf MUI. Mustofa kemudian melarikan diri lalu dikejar oleh petugas satpam MUI dan staf MUI hingga berhasil ditangkap.

Dikabarkan, setelah melakukan aksinya, Mustofa sempat pingsan dan dilarikan ke Puskesmas hingga dinyatakan meninggal dunia.

Mustofa sebelumnya tahun 2014 dan 2022 pernah pula datang ke MUI dan menyatakan bahwa ia utusan Nabi Muhammad dengan tugas mempersatukan ummat. Ia ingin missinya tersebut disahkan oleh MUI. Pada tahun 2022 itu ia bahkan ingin bertemu dengan Ketua MUI KH Cholil Nafis, namun MUI Pusat menanggapi bahwa urusan ini telah diselesaikan di tingkat MUI Lampung, sehingga tidak sempat ditanggapi.

Dalam catatan Polda Lampung, Mustofa pernah masuk penjara karena terkait pengrusakan Kantor DPRD Lampung. Dikabarkan, pemicunya masih keinginannya untuk menyampaikan mimpinya bertemu dengan Nabi Muhammad dengan tugas mempersatukan ummat. Karena pernah masuk penjara, ada pakar yang menyebut Mustofa sebagai residivis.

Mengenai senjata Airsoftgun, Mustofa bisa mendapatkan karena disebutkan ia anggota klub menembak. Muncul juga berita bahwa ada aliran dana sebesar Rp 800 juta ke rekening Mustofa. Dari mana sumber dana tersebut, padahal profesi Mustofa di Lampung hanya seorang petani.

Namun, dugaan dan berita tentang Mustofa sebagian dibantah oleh pihak keluarga Mustofa. Menurut Inny Farizat, menantu Mustofa, seperti diungkapkan pada TV One, uang yang Rp 800 juta kemungkinan berasal dari anak-anak almarhum Mustofa. Dua orang anak Mustofa bekerja di Korea Selatan sejak 2014 dengan gaji masing-masing per-bulan Rl 30 juta. Sedangkan satu orang lagi bekerja di Taiwan sudah 5 tahun dengan gaji per-bukan Rlp 15 juta.

” Uang itu dikirimkan ke ayahya yaitu Mustofa untuk membeli rumah, tanah, sawah dan kendaraan, bukan untuk melakukan perbuatan tersebut,” jelas Inny.

Inny menceritakan, dalam pergaulan sehari-hari ia melihat tidak ada perilaku aneh dengan mertuanya. Mustofa biasa sholat setiap hari, bergaul dengan masyarakat, melakukan shalat Jum’at dan lainnya.

Hal yang sana dikemukan oleh tetangganya Ahmad, bahwa Mustofa kehidupannya biasa-biasa saja.”Bahkan ia suka humor dalam percakapan,” ujarnya, pada TV One.

About the author

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda