Yang amat lazim, terutama pada kesempatan formal, orang-orang diajak untuk mendoakan para pemimpin dalam Islam dengan doa yang redaksinya kurang-lebih demikian:
“Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melaksanakan perkara terbaik bagi diri mereka, bagi Islam, dan kaum muslimin. Ya Allah, bantulah mereka untuk menunaikan tugasnya, sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jauhkanlah mereka dari teman dekat yang jelek dan teman yang merusak. Juga dekatkanlah orang-orang yang baik dan pemberi nasihat yang baik kepada mereka, wahai Rabb semesta alam. Ya Allah, jadikanlah pemimpin kaum muslimin sebagai orang yang baik, di mana pun mereka berada.”
Lalu, saya menemukan hal yang bertolak-belakang dengan hal itu. Seorang sahabat di FB-nya menuliskan pesan, sembari menerakan rujukan terkait dengan kutipannya. Rujukan yang disertakannya itu, hadis berikut ini:
Rasulullah Saw. mendoakan para pemimpin: “Allahumma man waliyya min amri hadzihi ummiyyi syaian farafaqa bihim, farfuq bihi; waman syaqqin ‘alaiha fasfuq ‘alaihi (Ya Allah, siapa saja yang memimpin/mengurus urusan ummatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah dia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia).” [H.R. Muslim].
Kalau nukilan diatas dari hadis, pada level lebih tinggi malah memuat firman Allah dalam Q.S. An-Nisa: 148 yang artinya, “Allah tidak menyukai ucapan yang buruk yang diucapkan secara terang-terangan kecuali oleh orang yang dizhalimi. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Doa Mustajab
Lebih lanjut, Nabi bersabda, ada tiga doa yang tidak ditolak oleh Allah alias dikabulkan dan tidak ada keraguan di dalamnya, yaitu: doa orang yang terzalimi, doa musafir, dan doa buruk orang tua kepada anaknya. (H.R. Tirmidzi)
Siapa saja diantara kaum muslimin yang merasa dizhalimi oleh para penguasa lalim dan diktator, maka doakanlah keburukan dan kehancuran untuk mereka karena sesungguhnya doa Anda akan dikabulkan Allah dengan janji yang tak ada keraguan didalamnya.
Kata para penjilat, haram hukumnya mendoakan keburukan atas pemimpin/penguasa zalim. Mendoakan keburukan atas pemimpin zhalim merupakan ciri-ciri khawarij, begitu kata mereka. Doktrin yang sudah out of date. Ketahuilah, mendoakan keburukan dan kebinasaan atas penguasa zhalim adalah teladan para Nabi dan Rasul. Apa ada dalilnya? Banyak! Diantaranya, Nabi Musa ‘Alaihis Salam mendo’akan kebinasaan untuk Fir’aun:
Musa berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan dalam kehidupan dunia.Yaa Tuhan Kami, akibatnya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Yaa Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih!” (Q.S.Yunus ayat 88)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mendoakan para pemimpin:
“Ya Allah, siapa saja yang memimpin/mengurus urusan umatku ini, yang kemudian ia menyayangi mereka, maka sayangilah ia. Dan siapa saja yang menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia”. (HR. Imam Muslim).
Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahullah pernah berkata, “Seandainya aku tahu bahwa aku memiliki doa yang mustajab (yang langsung dikabulkan oleh Allah), maka aku akan gunakan untuk mendoakan penguasa/pemimpin.” Akan tetapi, bukan berarti mendoakan keburukan atas penguasa/pemimpin yang betul-betul zhalim tidak ada contohnya/teladannya dari Salafus Shalih. Segelintir “mafia berjubah” yang menjadi ‘hamba’ penguasa menyembunyikan dalil ini.
Do’a Bagi Penguasa Zhalim
Imam besar Tabi’in, Al-Imam Hasan Al-Bashri Rahimahullah, mendoakan keburukan atas pemimpin zhalim di zamannya (yaitu Hajjaj Bin Yusuf Ats-Tsaqafi), beliau berdo’a:
“Ya Allah yang maha perkasa dan kuasa, hancurkan dan binasakanlah Hajjaj Bin Yusuf…”
Lalu, setelah di doakan demikian oleh Imam Hasan Al-Bashri, penguasa alam semesta dzat yang maha kuasa allah rabbul ‘izzah wal jalaalah mengabulkan do’a Imam Hasan al-Bashri; Hajjaj Bin Yusuf (si gubernur zhalim) pun tewas tiga hari kemudian disebabkan perutnya dipenuhi cacing.
Singkat kata, mendoakan keburukan kepada orang zhalim (baik ia pemimpin atau bukan) adalah Sunnah para Nabi dan Rasul serta Salafus Shalih sejak dahulu..
Berkata Imam An-Nawawi Rahimahullah:
“Telah jelas kebolehan hal tersebut, yaitu bolehnya mendoakan keburukan kepada orang yang berbuat zalim, berdasarkan nash-nash Al-Qur`an dan As-Sunnah. Juga berdasarkan teladan kaum Salaf maupun Khalaf”.
Wallahu a’alam bish-shawwab.