Hidup di dunia ini banyak godaannya. Ada manusia yang mampu mengendalikan dirinya untuk tidak terperosok pada perbuatan jahat, tetapi lebih banyak yang tidak tahan dan memperturutkan nafsu keduniawiannya dengan menempuh segala cara. Dari sinilah berawal lahirnya perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji dan merugikan orang lain dan merugikan masyarakat.
Dalam masyarakat moderen kejahatan bukan semata bersifat sporadis atau insidental, yaitu dilakukan karena dorongan kebutuhan yang mendesak, namun juga terencana dan bahkan profesi yang dilakukan dengan sadar dan terorganisasi. Saat ini bahkan terdapat kejahatan yang canggih yang disebut cyber crime, yaitu kejahatan yang dilakukan melalui internet. Contohnya antara lain pembobolan rekening bank melalui pencurian data melalui telepon genggam.
Kejahatan itu beragam macamnya yang bercorak ekonomi, kriminalitas, keagamaan dan penindasan hak asasi manusia.
Menurut konsep Islam setiap kejahatan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah pada hari berbangkit nanti. Di sini akan diberlakukan hukum secara adil tanpa pilih kasih. Betapapun kecilnya kesalahan seseorang akan mendapatkan ganjaran dari Allah Yang Maha Kuasa.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan, apalagi kejahatan itu yang dimasukkan ke dalam kategori dosa besar akan mendapat hukuman yang teramat berat dari Allah. Dan di akhirat hanya satu saja corak hukumannya, yaitu masuk neraka. Dan, neraka adalah simbol penderitaan dan hukuman yang teramat pedih yang diberlakukan pada pelaku kejahatan. Begitu beratnya hukuman yang diterima, sehingga ada penghuninya yang minta dikembalikan hidup ke dunia agar bisa berbuat baik, dan menyatakan penyesalan yang dalam karena tidak memperdulikan selama ini himbauan untuk meninggalkan kejahatan.
Segera Bertobat
Allah memang tegas dan berat hukumannya bagi orang-orang yang ingkar dan para pendosa atau pelaku kejahatan. Namun, sebelum Tuhan menjatuhkan vonisnya dengan azab yang pedih pada Hari Pembalasan nanti, Allah juga Maha Pengasih dan Penyayang pada hambanya. Karena sifat Rahimnya itu Allah menginginkan manusia menikmati kehidupan yang bahagia pada kehidupan akhirat nanti. Karena itu mumpung manusia masih hidup dan sempat menghirup kehidupan di dunia Tuhan mengimbau manusia untuk bertaubat.
Taubat adalah tekad jiwa untuk mendekatkan diri kepada Allah, meninggalkan perbuatan jahat, dan melakukan perbuatan amal kebaikan karena memenuhi ridha Allah semata. Dalam tobat, tumbuh sikap jiwa berupa penyesalan atas dosa-dosa yang dilakukan selama ini dan berikrar secara sungguh-sungguh untuk tidak mengulang perbuatan itu kembali.
Dan tobat itu harus dilakukan dengan segera, tidak boleh ditunda-tunda. Jangan berpikir seperti kebanyakan orang, taubat biarlah dilakukan nanti saja kalau usia sudah uzur, mumpung usia masih muda nikmati dulu kesenangan duniawi dengan melakukan perbuatan maksiat. Sebab, kematian tidak isa ditentukan, bisa saja terjadi ketika usia masih muda belia. Kalau manusia meninggal pada saat ia belum sempat minta ampun kepada Tuhan maka kesengsaraan akan menimpa dirinya. Dan, penyesalan yang dalam tidak ada lagi gunanya. Itulah sebabnya,manusia wajib bertaubat kalau badan masih sehat dan tenaga masih kuat untuk beramal dan berbuat baik, kalau badan sudah sakit-sakitan dan lemah maka peluang makin sempit untuk bertobat.
Inilah yang ditegaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nisaa ayat 17-18 , ” Dan tidaklah diterima taubat orang-orang yang mengerjakan kejahatan apabila sampai kematian datang kepada salah seorang mereka, baru mengatakan, saya taubat sekarang. Dan tidak pula diterima taubat orang yang meninggal dalam keadasn kafir, buat orang kafir telah Kami sediakan siksaan yang pedih”.
Dalam sebuah khabar dikatakan, “Sesungguhnya sebagian besar teriakan ahli neraka adalah akibat menunda-nunda taubat”.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 99-100 diungkapkan dengan jelas bagaimana penyesalan orang-orang kafir karena tidak mau bertobat ketika hidup di dunia ini.” Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, ‘ Ya Tuhanku kembalikanlah aku ke dunia, agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan”.
Dalam ayat sebelumnya Al-Qur’an menjelaskan azab yang ditimpakan kepada orang kafir”, Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka dengan serta merta mereka memekik minta tolong (Al-Mu’minun ayat 64).
Sebenarnya, taubat itu bukan untuk kepentingan Allah, melainkan untuk kepentingan manusia sendiri agar terhindar dari beratnya kehidupan akhirat, dan supaya manusia menikmati hidup yang bahagia dalam kehidupan yang kekal nanti. Dan karena itulah Allah membuka seluas-luasnya pintu taubat bagi manusia, baik untuk pelaku dosa besar maupun dosa kecil. Jadi suatu kerugian besar kalau manusia tidak memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya.
Allah berfirman,” Bertaubatlah kamu semua kepada Allah, hai orang-orang mukmin, agar semua kamu berbahagia.” ( An-Nur ayat 31).
“Sesungguhnya Allah itu mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang orang yang suci.” (Al-Baqarah ayat 222).
Seorang yang bertaubat kalau kesalahannya berhubungan dengan Allah maka ia harus bertekad untuk tidak mengulanginya kembali serta melakukan istigfar atau minta ampun, tetapi kalau berkaitan dengan manusia misalnya bersifat hasad, dengki dan semacamnya ia harus minta maaf, sebaliknya kalau ia pernah mengambil harta orang lain syarat taubatnya dilengkapi dengan mengembalikan barang tersebut pada pemiliknya.
Menurut M. Yunan Nasution, kejahatan atau fasik itu ada dua macam. Pertama, fasiq karena kufur, yaitu mengingkari adanya Allah. Kedua, fasik karena melakukan perbuatan maksiat, seperti berzina,mencuri, minum arak dan lain-lain yang mengandung dosa. Fasik yang pertama, hanya diampuni Tuhan apabila yang bersangkutan melakukan dua tindakan semasa hidupnya, yaitu mengucapkan dua kalimah syahadat dan melakukan taubat.
Sedangkan fasik kategori kedua, diampuni Tuhan dosanya dengan melakukan satu tindakan saja, bertaubat dengan syarat yang telah ditentukan, dan dilaksanakan sebelum meninggal dunia.
Tetapi, yang lebih mendasar lagi adalah seorang yang taubat harus melengkapi kehidupannya dengan berusaha melakukan perbuatan baik. Ini sebagai bukti kesungguhannya bertaubat dan keseriusan mensucikan hatinya dari dosa serta mendekatkan diri kepada Allah, di samping itu perbuatan baik juga akan menghapuskan dosa-dosa yang telah dikerjakan.
Al-Qur’an, misalnya, selalu mengkaitkan kata taubat dengan amal shaleh. Seperti yang tertera dalam surat Thaha ayat 82, “Sesungguhnya Aku Maha Pengampun terhadap orang-orang yang bertaubat kepada-Ku, dan beriman serta mengerjakan amal shaleh, kemudian dia mengikuti jalan yang benar”.
Kemudian sebagaimana iman manusia yang memiliki tingkatan, maka taubat manusia terhadap Tuhan juga memiliki derajat yang berbeda. Filosof Islam Imam Ghazali membagi taubat pada empat tingkatan. Pertama, taubat yang teguh atau istiqamah. Inilah yang dijuluki taubatan nasuha. Pendiriannya konstan, tidak bisa digoyang dan dirayu.
Kedua, taubat menengah. Bertahan dan teguh untuk tidak melakukan dosa besar, tetapi adakalanya tanpa disadari melakukan dosa-dosa kecil. Ketiga, taubat sementara atau temporer. Bertahan tidak melakukan dosa dalam jangka waktu tertentu kemudian kembali melakukan perbuatan dosa. Keempat, taubat yang lenah. Hanya berlaku untuk masa waktu yang pendek, kemudian kembali bergelimang dosa dan melakukan secara sadar.
Apakah ciri orang bertaubat? Pada pokoknya setiap taubat akan diterima Allah, namun penilaian terakhir tetap terletak di tangan Illahi, sebab Allah yang mengetahui apakah taubat seseorang dilakukan secara ikhlas atau tidak. Namun, ciri-ciri orang yang diterima taubatnya dapat diketahui dari perilaku lahirnya,yang menurut Imam Ghazali sebagai berikut.
Yang bersangkutan suci dari maksiyat, berhati lapang dan gembira baik ketika sendiri maupun di depan umum serta ketika susah maupun senang; senantiasa bergaul dengan orang yang baik dan menjauhi orang fasik, banyak mengerjakan amal kebaikan untuk bekal akhirat dan tidak tertarik dengan soal keduniawiaan, taat dan tekun melaksanakan kewajiban yang dibebankan Allah, selalu menyesali perbuatan jahat yang pernah dilakukan, memelihara lidah dari perkataan yang tidak berguna, dan berpikir untuk kebaikan.