Kehidupan manusia pada hari Kiamat sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur’an terbagi ke dalam dua golongan. Ada yang disebut dengan golongan kanan (ashabusy syimal) dan ada pula yang dijuluki golongan kiri (ashabul yamin). Namun, pembagian ini bukan didasarkan pada pertimbangan politik yang membuat kategori berdasarkan partai oposisi (kiri) dan yang pro pemerintah (kanan), tetapi berdasarkan keimanan, amal saleh dan kekufuran seseorang pada Allah.
Orang yang beriman kepada Allah dan melakukan amal saleh dimasukkan ke dalam golongan kanan, sedangkan orang yang ingkar dan kufur kepada Allah disebut golongan kiri.
Dalam kehidupan dunia golongan kiri sering dikagumi karena bersikap kritis dan menentang pemerintah yang berkuasa, sedangkan golongan kanan sering juga dikatakan orang yang sudah mapan, terlena dengan jabatan, tidak progresif dan bersikap borjuis serta kapitalis. Golongan agama yang bertakwa kepada Allah, bersikap lembut dan moderat terkadang sering juga disebut golongan kanan, namun untuk golongan agama yang kritis dan radikal dikelompokkan sebagai golongan kiri. Dalam dunia modern juga dikenal sebutan teologi pembebasan, yaitu kaum agama yang menentang dan kritis terhadap penguasa. Penyebutan golongan kanan dan kiri terhadap Islam sering tidak tepat dan memberikan kesan yang merugikan.
Sebagai pedoman dalam kita beribadah kepada Allah maka atribut golongan kanan dan golongan kiri yang dibuat oleh Al-Qur’an itulah yang tepat digunakan.
Seperti disebut di muka bahwa pembagian golongan manusia tersebut setelah kehidupan dunia berakhir dan manusia berkumpul di hadapan Allah. Sebenarnya, bukan hanya dua golongan ini saja yang diungkapkan dalam Al-Qur’an, tetapi ada satu golongan lagi sehingga jumlahnya menjadi tiga. Tetapi, beberapa ayat hanya menyebutkan dua golongan saja.
Adapun tiga golongan tersebut diungkapkan dalam surat Al-Waqi’ah (56) ayat 7 sampai 14,” Dan kamu menjadi tiga golongan, yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan, golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk syurga). Mereka itulah yang didekatkan ( kepada Allah). Berada dalam surga-surga kenikmatan. Golongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan sekelompok kecil dari orang-orang yang kemudian”.
Yang dimaksud dengan sebagian besar orang-orang terdahulu adalah umat para Nabi sebelum Nabi Muhammad, dan yang dimaksud dengan orang yang kemudian adalah umat Nabi Muhammad Saw.
Golongan kanan dan golongan orang-orang terdahulu dan kemudian adalah yang mendapat balasan kenikmatan dari Allah karena amal-amal dan kepatuhannya kepada Allah. Sebaliknya golongan kiri mereka yang mendapat murka dari Allah karena penentangan-penentangan dan kedurhakaan mereka. Dalam surat yang sama pada ayat 41 sampai 46 Al-Qur’an menjelaskan,” Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. Dan mereka terus menerus mengerjakan dosa yang besar.”
Salah satu keistimewaan Al-Qur’an ialah bahwa ungkapannya dilakukan berulang-ulang dengan maksud memberikan pemahaman yang dalam kepada pembacanya, kemudian antara satu ayat dengan ayat yang lainnya saling melengkapi sehingga nenjadi sebuah ide, gagasan dan penuturan yang lengkap.
Misalnya, tentang golongan kiri dan golongan kanan ini diperjelas pada surat lainnya surat 90 (Al-Balad) ayat 8 sampai 20. “Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka tidaklah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? Yaitu melepaskan budak dari perbudakan atau memberi makan pada hari kelaparan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami. mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat.”
Dari ayat ini makna golongan kanan dan golongan kiri makin diperjelas, yaitu bahwa golongan kanan adalah mereka yang dituntut untuk berbuat kebajikan dengan menghapuskan perbudakan, membantu orang yang kesulitan ekonomi, saling mengingatkan dan membangun silaturahim. Sedangkan golongan kiri adalah mereka yang ingkar kepada Allah dan mereka mendapatkan sanksi yang amat menakutkan.
Konsep golongan kanan dan golongan kiri dalam Qur’an meski bersifat spritual atau untuk kehidupan ukhrawi, tapi konsep ini juga relevan dipakai dalam kehidupan riil duniawi. Dasar pembagiannya adalah siapapun yang melakukan peran kebajikan dan bersifat kemanusiaan, plus yakin kepada Allah, ia bisa digolongkan pada golongan kanan. Misalnya, peran amar makruf nahi munkar, dengan cara-cara yang kritis bisa saja tetap dimasukkan dalam golongan kanan. Intinya adalah mereka menyuarakan kebajikan. Apalagi, kalau kebaikan itu dalam bentuk amal saleh dan pengorbanan harta yang dimiliki untuk menolong orang yang kesulitan hidup.
Sedangkan golongan kiri sesuatu yang sudah jelas. Ia terkait dengan peran-peran destruktif, peran merusak nilai-nilai kemanusiaan, penindasan yang membuat kehidupan menjadi tidak nyaman dan meresahkan. Itu jelas golongan kiri yang dimurkai dan dibenci Allah. Pembagian dua kelompok ini dalam Islam sangat jelas dan mudah dipahami. Sedangkan pengenaan golongan kiri dan kanan dalam politik sangat multitafsir bisa ditarik-tarik ke sana kemari. Allahu ‘alam.