Ramadan

Catatan Ramadan Wina Armada Sukardi (19): Sulitnya Salat Subuh Berjamaah di Hotel

Written by Panji Masyarakat

Sebelum pandemi Covid-19, hamba hampir setiap minggu keluar kota (Jakarta). Biasanya, rata-rata seminggu dua kali.


Ada saja urusan untuk keluar kota. Seperti pelatihan, ceramah, jadi ahli (di polisi atau pengadilan), menjadi advokat di pengadilan, rapat kerja, seminar, mengajar dan sebagainya. Ruang lingkung aktivitas hamba yang luas, membuat bidang kegiatan hamba juga beragam.


Misalnya, lantaran hamba konseptor untuk pembuatan standar kompetensi wartawan, dan berbagai standar atau pedoman Dewan Pers lainnya, pendidikan ahli Dewan Pers, hukum pers, advokat, dosen, kebudayaan, dan sebagai dan sebagainya , sehingga memungkinkan memberikan materinya dari pelbagai bidang. Makanya hamba kala itu sangat sibuk keliling Indonesia.
Biasanya kalau keluar kota, hamba oleh panitia diinapkan di hotel. Di tempatkan di hotel jenis apa pun juga, hamba tidak pernah mengeluh.


Persoalannya, ternyata, kalau berada di hotel, info tentang mesjid terdekat yang mengadakan salat subuh, tak ada sama sekali. Hampir di semua hotel yang hamba tempati memang terdapat musolah, tapi ketika disambangi, sama sekali tak ada kegiatan salat subuh di sana. Informasinya pun tak ada. Juga di bulan puasa.


Di sebagian besar hotel memang ada tanda arah kiblat, tapi tak ada informasi apa pun soal salat subuh berjemaah. Jangankan informasi lokasi mesjid terdekat yang melaksanakan salat subuh berjemaah, pukul berapa waktu setempat salat subuh dilaksanakan pun tak tersedia (beruntung sekarang sudah banyak aplikasi yang menyediakan hal ini).


Tak hanya di daerah, demikian pula hotel-hotel di Jakarta. Informasi soal itu nihil. Walhasil, orang dari daerah yang menginap di hotel di Jakarta pun, tentu sulit menemukan harus ke mesjid mana untuk salat subuh berjemaah di Jakarta.


Pernah hamba karena mendengar suara azan subuh di hotel, hamba langsung mencari-cari dimana mesjidnya. Meski agak jauh kalau berjalan kaki, tapi hamba hampiri juga mesjid itu.
Apa yang terjadi? Ternyata di mesjid itu tak ada salat subuh berjamaah. Mesjid melompong.
Muazin hanya mengumandangkan azan subuh saja, tapi di mesjud itu sendiri tak ada salat subuh berjamaah.


Indonesia, konon, terkenal sebagai negara dengan sejuta mesjid. Indonesia juga terkenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di atas jagat ini. Tapi jika kita mau salat subuh berjemaah di luar kota dari hotel, susahnya setengah mati.


Hamba mau sekedar usul, ada baiknya di setiap hotel di Indonesia disediakan data: jam berapa waktu lokal salat subuhnya. Diberikan pula informasi beberapa mesjid yang terdekat dari hotel yang mengadakan salat subuh berjemaah. Di informasi itu ditambah dengan keterangan berapa lama waktu tempuh ke sana.


Pemberitahuan atau informasi seperti ini cukup ditulis di selembar kertas dan diganti sebulan sekali. Atau, lantaran kiwari sudah zaman digital, pemberitahuan itu pun cukup melalui text digital atau tayangan video di televisi hotel bersama tayangan-tayangan keterangan hotel lainnya, seperti letak restoran, kolam renang dan sebagainya.
Apakah kemudian informasi itu mau digunakan para tamu hotel atau tidak, terserah saja. Itu sudah bukan urusan dan tanggung jawab hotel lagi.


Lebih “cakep” lagi jika di musala atau mesjid diadakan salat subuh berjemaah. Hotel dapat bekerja sama dengan masyarakat setempat, atau dewan kepengurusan mesjid lokal, untuk menyediakan imam salat subuh berjamaah di musala hotel.


Pada awalnya mungkin tak banyak yang mengikutinya. Tak apa. Dulunya juga di mall demikian. Anggapan awalnya, apa iya pengunjung mal yang rata-rata menengah ke atas, mau kalau pas waktu salat, salat di musala mal. Nyatanya hari ini pada waktu-waktu salat, musala mal selalu penuh. Apalagi pada bulan puasa, sampai harus dibuat beberapa termin.
Demikian juga di hotel. Mungkin awalnya cuma beberapa orang. Cuma segelintir tamu yang salat subuh berjemaah. Tidak apa. Lama-lama juga memadai.


Penyediaan informasi Ikhwal soal salat subuh berjamaah oleh hotel bakal membuat hotel-hotel di Indonesia menjadi khas. Para tamu dari seluruh dunia bakalan paham, Indonesia dengan sejuta mesjid dan jumlah umat islam terbesar di dunia, hotel-hotelnya selalu menyedia informasi mengenai mesjid terdekat yang menyelenggarakan salat subuh berjemaah, bahkan sebagian hotelnya sendiri menyediakan sarana tersebut.


Itulah Indonesia. Umat non muslim pun pasti maklum dan tidak berkeberatan, sebagaimana umat muslim juga tak keberatan di sebagian besar hotel di Eropa dan Amerika diwajibkan menyediakan Injil. Di mana bumi dipijak, kita menghormati adat istiadat, kebiasaan dan agamanya.


Selama ini, akhirnya, kalau ada di hote di luar kota, hamba sering menganggap diri hamba musafir, sehingga terbebas dari kewajiban salat, termasuk salat subuh. Kalaupun salat subuh, ya di kamar hotel aja. Sendirian pula.
( Bersambung )


Penulis: Wina Armada Sukardi, wartawan dan advokat senior, juga anggota Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan reportase pribadi yang tidak mewakili organisasi.

About the author

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda