Sesudah saya berikan latar belakang dari asal mulanya dan sebab-sebab serta dalam keadaan apa JIB didirikan, maka kita. akan lebih mengerti apa yang dikatakan dalam anggaran dasar JIB. Asas dan tujuan JIB dalam bahasa Belanda dikatakan seperti berikut:
• Bestudering van de Islam et bevordering van de naleving van zijn voorschriften (Mempelejari agama islam dan menganjurkan agar ajaran-ajarannya diamalkan).
- Het opwekken van sympathie voor de islam en zijn beleiders, naast positieve verdraagzaamheid voor andersdenken (Menumbuhkan simpati terhadap Islam dan pengikutnya, di samping toleransi yang positif terhadap orang-orang yang berlainan agamanya).
Asas dan tujuan itu diusahakan dengan jalan:
• Menerbitkan majalah berkala, brosur-brosur dan lain-lain penerbitan.
• Mengadakan kursus, pertemuan-pertemuan dan lain-lain sebagainya.
• Mengadakan excursi dan lain kunjungan ke tempat-tempat yang berarti.
Keanggotaan JIB
Pada dasarnya JIB didirikan untuk pelajar-pelajar yang masih duduk di bangku sekolah, terlepas dari umurnya. Di samping itu ada orang yang masih muda, tidak lagi sekolah tapi dapat digolongkan dalam arti pemuda terpelajar. Golongan ini jangan dikeluarkan dari kemungkinan menikmati juga kesempatan-kesempatan yang diadakan oleh JIB. Mereka juga boleh menjadi anggota. Karena itu keanggotaan JIB tidak dibatasi dengan kedudukan masih bersekolah melainkan dengan usia. Dari 14 tahun sampai 29 tahun yang kemudian hari diperluas menjadi 35 tahun.
Yang dapat menjadi anggota, dengan sendirinya hanya pelajar yang beragama Islam, dan karena Islam menjadi dasarnya, maka keanggotaan tidak terbatas pada kesukuan atau kedaerahan. Maka sebagai salah satu organisasi pemuda terpelajar di tahun 1925 JIB sudah ikut mendahului meniadakan batas kedaerahan, yang pada umumnya baru terlaksana di tahun 1928 berdasarkan Sumpah Pemuda. Gerakan kepanduan yang didirikan oleh JIB., mempunyai nama Natipij adalah singkatan Nationale Indonesische Padvinderij (bukan Islamietische), meskipun dasarnya Islam.
Sambutan Masyarakat
Ada yang menyambut JIB dengan perasaan tidak gembira. Malah karena JIB membawakan bentuk nasionalisme baru, yaitu nasionalisme Indonesia, ada suara seorang pemimpin pemuda yang menentang dengan mengatakan: ’’Alles wat riekt naar Indonesische nationalisme, meet worden bestreden met hand en tand’’ (Apa yang berbau nasionalisme Indonesia harus diberantas dengan tangan dan gigi). Pada saat itu nasionalisme Indonesia memang masih belum menjadi kesadaran umum.
Tapi pada umumnya sambutan sangat baik. Dalam waktu beberapa bulan saja di kota-kota besar seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, Sala, Surabaya, Malang, Bogor, Medan, Padang, serta Makassar sudah didirikan cabang dari organisasi baru ini. Pada akhir tahun 1925 JIB sudah dapat dan perlu. mengadakan kongres itu Sam meletakkan pimpinannya dan diganti oleh Sdr. Wiwoho. Pengurus Pusat JIB tahun yang pertama menunjukkan nama-nama seperti berikut: Sam, Wiwoho, Kasman, Sudewo, H. Hasyim dll.
(Bersambung)
Penulis: Mohamad Roem (1908-1983), diplomat dan salah seorang pemimpin revolusi kemerdekaan Indonesia. Pernah menjabat Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri.
Sumber: Panji Masyarakat No. 348, 21 Januari 1982