Sam (Samsurijal) anak penghulu Karang Anyar, sebagai pemuda asal Jawa yang maju, adalah seorang anggota Jong Java. la pelajar dari Rechtschool, dan pada tahun 1924 menduduki ketua umum Jong Java. Suatu bukti bahwa ia pelajar yang maju, sehingga mendapat kepercayaan, dipilih menjadi ketua umum. Di samping ia menjadi anggota Jong Java, ia rupa-rupanya dalam dan jauh pemikirannya tentang tugas yang ia akan kerjakan dalam masyarakat bagi kepentingan bangsa.
Pada umumnya asas dan tujuan organisasi-organisasi pemuda terpelajar itu dapat dikatakan dengan kalimat yang singkat: ”Menyiapkan para anggota untuk menjadi pemimpin rakyat, jika sudah selesai belajar!”
Tentang soal yang penting ini, menjadi pemimpin rakyat, Sam (Samsurijal) mempunyai gagasan yang pada waktu itu belum banyak dimengerti. Sebagian besar bangsa Indonesia beragama Islam. Islam mengisi jiwa rakyat. Terlepas dari agama yang dianut oleh sang pemimpin, sepatutnya ia mengetahui agama rakyat yang dipimpin. Agama rakyat sebagaimana adanya, tidak dengan macam-macam salah pengertian akibat pendidikan Barat. Kalau pemimpin beragama Islam, tidaklah ia patut mengetahui agamanya sendiri lebih dari itu? Menurut Sam (Samsuriajal), Islam itu agama yang hak, yang tidak hanya memberi pedoman untuk selamat di akhirat, tapi juga pedoman bagi hidup di dunia, agar terhindar dari macam godaan dunia. Matah lebih dari itu, Sam (Samsurijal) sudah mempelajari sejarah Islam dan bangsa Islam di zaman-zaman dulu.
Di bawah pimpinan Muhammad, umat Islam berhasil dan mampu mendirikan masyarakat dan negara yang bebas, sesuai dengan cita-cita di dunia sekarang (dunianya zaman Sam) yaitu cita-cita kebebasan, kemerdekaan dan demokrasi. Sebagai orang yang menduduki tempat ketua umum, Sam memajukan usul yang sederhana agar di kalangan Jong Java dibuka kesempatan mempelajari agama Islam, seharusnya agama-agama lain, saya rasa Sam tidak akan keberatan. Ia mengusulkan agama Islam, karena ia agama mayoritas rakyat, yang akan dipimpin bekas-bekas anggota-anggota Jong Java. Usul itu tidak diterima dengan sederhana, tapi ditolak dengan macam- macam tuduhan, bahwa Sam mau menyelewengkan Jong Java, bahwa Sam bermain politik. Kalau saya menoleh ke belakang maka penolakan itu merupakan “a blessing in disguise’’, karena kalau diterima, mungkin JIB tidak akan muncul.
Karena ditolak maka Sam merasa mempelajari agama Islam bagi pemuda Islam terpelajar adalah sesuatu yang penting, malah mutlak. Kongres-kongres p[[emuda di waktu itu dapat perhatian dari kalangan orang tua sedang Sam memikirkan juga minta nasihat dari orang-orang tua. Menurut berita yang saya ingat, maka ada tiga orang antara lain, yang diminta pertimbangan oleh Sam. Apakah ada baiknya dan keperluannya, didirikan organisasi pemuda terpelajar yang beragama Islam dengan maksud mempelajari agama Islam.
Tiga orang yang dihubungi Sam ialah Kyai Ahmad Dahlan, Tjokroaminoto dan Haji Agus Salim. Mereka itu merestuinya dan saya rasa tidak sulit untuk menyebut ayat Qur’an dan Hadis bahwa mempelajari agama Islam adalah suatu kewajiban.
Saat itu berlangsung di Yogyakarta, disebut ruangan sekolah Muhammadiyah dengan penerangan lampu tempel, pada akhir tahun 1924. Organisasi-organisasi pemuda di waktu itu mengadakan kongres biasa di hari libur Natal, yang berlangsung kurang lebih dua minggu. Dan Yogya, karena letaknya di tengah Jawa adalah tempat yang mempunyai fasilitas-fasilitas untuk mengadakan kongres. Tapi formalnya dan resminya Jong Islamieten Bond didirikan di Jakarta pada tanggal 1 Maret tahun 1925.
Penulis: Mohamad Roem (1908-1983), diplomat dan salah seorang pemimpin revolusi kemerdekaan Indonesia. Pernah menjabat Wakil Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri.
Sumber: Panji Masyarakat No. 348, 21 Januari 1982