Nama Ida Dayak belakangan ini sontak terkenal. Beritanya menjadi viral dan ia didatangi masyarakat beramai-ramai. Ida Dayak dianggap seorang tabib yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit dengan cepat dan nyata. Masyarakat yakin dengan pengobatan alternatifnya sehingga datang berbondong-bondong jika ada praktek.
Cara pengobatan Ida Dayak itu dishare melalui Tiktok dan Youtube, sehingga masyarakat ingin mencobanya. Sebagai pengobat alternatif, Ida hanya melakukan pengurutan yang diolesi Minyak Bintang, kabarnya ia bisa menyembuhkan tulang bengkok, tulang patah, tuli, bisu dan stroke.
Ida Dayak tidak memungut bayaran dari pengobatannya, hanya menjual Minyak Bintang seharga Rp 50 tibu per-botol. Ida Dayak, ketika mengobati pasien melafalkan kalimat Tauhid, dan menyatakan yang menyembuhkan hanyalah Allah, manusia hanya berusaha.
Pada hari Senin (3/4/2023) rencana Ida Dayak akan melakukan pengobatan massal di GOR Kostrad Cilodong,Depok,Jabar, namun terpaksa dibatalkan karena yang datang ribuan, dikhawatirkan Ida Dayak tidak mampu melayani semua warga yang hadir.
Ida Dayak nama aslinya Ida Andriyani, lahir di Pasir Belengkong, Kabupaten Passer, pada Juli 1972. Dijuluki Ida Dayak karena dalam melakukan pengobatan Ida memakai pakaian adat suku Dayak dan asesories ikat kepala khas Dayak. Sebelum pengobatannya viral, Ida melakukan pengobatan dengan keliling pasar sambil menjual Minyak Bintang yang berisi cairan warna merah untuk dioleskan ke bagian tubuh yang terasa sakit
Kisah Ida Dayak ini mengingatkan kita pada kasus Ponari, bocah cilik di Jombang yang waktu itu (2009) membuat heboh bisa menyembuhkan berbagai penyakit, hanya dengan mencelupkan batu ajaib yang dimilikinya ke dalam air lalu diminum dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Batu yang dimiliki Ponari berasal dari bunyi petir yang hampir menyambar Ponari. Setelah petir berhenti, muncul batu yang bercahaya yang dipungut oleh Ponari.
Menanggapi munculnya kembali pengobatan tradisional ini dan dipercaya sebagai tabib, menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyatakan, pemerintah melalui dinas kesehatan setempat bakal melakukan pembinaan terhadap praktek pengobatan tradisional atau tenaga penyehat tradisional agar mereka memiliki surat terdaftar penyehat tradisional (STPT).
Nadia menambahkan, bagaimanapun Indonesia memiliki warisan budaya termasuk pengobatan tradisional. Namun, hal itu tetap harus didukung penelitian empiris serta berdasarkan kajian ilmiah, sehingga ia meminta masyarakat tetap waspada dan berhati-hati dalam memilih menggunakan pengobatan alternatif ketimbang medis.
Ramainya masyarakat melakukan pengobatan tradisional ketimbang medis dan melalui rumah sakit atau dokter harus juga dipahami, karena berbagai faktor.
Pengobatan melalui rumah sakit biayanya cukup mahal, apalagi ada tindakan operasi, tidak semua orang mampu membiayainya, ditambah kalau tidak punya kartu BPJS.
Kedua, tidak selamanya pengobatan melalui dokter atau rumah sakit menjamin kesembuhan. Kadang bisa terjadi salah obat, dosis tidak tepat, obat yang hanya bersifat coba-coba. Dan, ada kalanya juga terjadi mala praktek di rumah sakit.
Ketiga, pemeriksaan lab dan pengambilan sampel darah juga sering dilakukan berulang ulang. Demikian juga pasien harus melakukan kontrol secara periodik. Semua pengobatan ini bisa memakan waktu lama, termaduk mengkonsumsi obat ada yang sampai bertahun-tahun. Dan, semua ini belum ada jaminan untuk sembuh.
Kalau muncul pengobatan alternatif dan masyarakat berbondong-bondong datang berobat, mungkin faktor seperti terurai di atas bisa menjadi pemicunya.
Dalam hal menjaga kesehatan ini mungkin prinsip lama bisa dipegang. Yaitu, menjaga kesehatan ketika sehat itu lebih penting dari pada berobat. Setiap orang pasti tahu apa yang menjadi pantangan tubuhnya dan apa yang menjadi pemicu penyakitnya.