Ads
Ramadan

Catatan Ramadan Wina Armada Sukardi (5): Sejuta Alasan Tidak Salat Subuh

Ditulis oleh Panji Masyarakat

BUNYI alarm jam di subuh itu membangunkan kita. Begitu mata terbuka, ternyata tak semudah niat tadi malam mau sholat subuh di mesjid. Rasanya, tidur malam baru saja, kok sudah subuh lagi. Mata masih terasa berat buat terbuka seluruhnya. Badan masih belum kuat untuk bangkit.|

Demikianlah, ketika kita mau atau berniat salat subuh di mesjid, sering kali tiba-tiba ada “berjuta” alasan yang menjadi “justifikasi” atau “pembenaran” yang dapat kita pakai untuk penghalang kita ke mesjid.

Alasan-alasan itu seakan-akan semuanya masuk akal. Alasan yang dapat kita percaya. Alasan yang dapat mengalahkan niat kita sebelumnya untuk salat subuh di mesjid. Situasi dan kondisi yang sepintas dapat diterima. Bayangkan, hari masih subuh. Kita sedang tidur nyenyak-nyenyaknya. Tapi kita bukan saja harus bangun, melainkan juga harus ambil wudu atau air sembahyang. Sudah itu masih pula harus berangkat ke mesjid. Dari mesjid juga masih harus balik lagi pulang ke rumah. Betapa malasnya untuk melakukan semua itu, meski semalam atau sebelum sudah berjanji pada diri sendiri. Sudah niat. Tiba pada kenyataan harus bangun dan berangkat sholat subuh di mesjid, rupanya bukan perkara mudah seperti membalikkan telapak tangan.

Pada saat-saat seperti, “berjuta” alasan yang seakan menjadi “pembenar” kita jadi boleh tidak salat subuh ke mesjid. Alasan-alasan yang membuat kita maklum, dan terhindar rasa bersalah tidak salat subuh di mesjid.

Pertama-tama, biasanya, kita punya alasan tubuh tengah capai. Sedang letih. Kemarin kita sudah bekerja atau pergi menguras banyak tenaga. Jadi subuh ini tubuh ini masih belum fit. Masih memerlukan tambahan istirahat atau tidur sebentar lagi saja. Jadi, sementara gak apa-apalah subuh ini gak pergi salat ke mesjid dulu. Nanti 30 menit atau sejam lagi juga dapat salat subuh di rumah.

Alasan berikutnya, kita masih mengantuk. Tadi malam tidur sampai larut malam. Maka sekarang masih ngantuk. Kalau ngantuk-ngantuk ke mesjid salat subuh di sana, nanti tidak bisa konsentrasi. Salat sibuhnya nanti bakalan tidak khusuk. Belum lagi jika dipaksakan, bisa-bisa kondisi gak pribadi. Pelerjaan dapat terganggu. Walhasil malah pekerjaan jadi kacau. Maka hari ini percuma saja salat subuh di mesjid. Nanti sajalah kalau badan sedang fresh, fit dan tidak ngantuk lagi sholat subuh di mesjidnya. Mungkin besok atau lusa bolehlah salat subuh di mesjid.

Alasan lain yang masuk akal, kita merasa badan kita agak sakit. Bisa sakit apapun. Mulai cuma sekedar pegal-pegal sampai agak flu dan kepala pusing. Jika sakit kan boleh dong tidak sholat di mesjid. Cukup di rumah saja, bahkan boleh tidak salat. Tuhan pun paham, kalau kita sedang sakit dapat pengecualian boleh tidak salat, apalagi salat subuh di mesjid.

Kerap juga muncul alasan, kita harus menemani atau mengawasi anak dan atau cucu yang masih kecil dan saat itu sedang tidur. Kalau tidak kita temani, atau awasi, nanti jika pas anak dan atau cucu terbangun, dia dapat menangis. Bahkan bisa membahayakan kalau mengambil benda-benda tajam atau main air atau jatuh dari tangga dst. Tapi kalau ada ayahnya atau kakeknya kan dapat dijaga agar mereka tidak melakukan perbuatan yang membahayakan diri sendiri atau orang lain. Dengan kata lain, dengan diawasi dan dijaga, mereka aman. Kan menjaga atau mengawasi anak-anak sebagai anak atau cucu juga penting. Jadi sementara tunda dulu salat subuh di mesjid.


Cuaca juga dapat jadi salah alasan pembenar yang kuat. Misal udara sedikit gelap atau rada mendung, langsung dijadikan alasan untuk tidak salat subuh di mesjid. Alasannya, nanti pas di jalan kehujanan gimana? Bukan aja nanti bisa sakit, salatnya pun akhirnya juga gak jadi. Lebih baik sementara sholat subuh di rumah dululah. Besok, lusa kalau cuaca bagus barulah enak berangkat ke mesjid.

Dan masih ada “berjuta” alasan lain untuk tidak berangkat sholat subuh ke mesjid. Jangankan buat yang tidak pernah atawa jarang salat subuh di mesjid, bagi jamaah salat subuh yang sudah jelas dan terbukti rutin salat subuh di mesjid saja, “godaan” seperti itu masih kerap muncul dengan kuat.

Memang untuk salat subuh di mesjid perlu mental kuat. Perlu tekad utuh. Tak bisa kalau cuma setengah hati. Hanya mereka yang sejak awal memiliki keyakinan salat subuh di mesjid bukan sekedar memenuhi salat berjemaah memiliki derajat yang lebih tinggi dibanding dengan salat sendiri, tapi merupakan pembuktian terhap kecintaan kepada Allah. Juga bukti ketaatan dan kepatuhan kita terhadap Sang Maha Pencinta. Kewajiban salat subuh di mesjid sudah mendarah daging. Sudah internelazed. Dengan salat subuh di mesjid secara tidak langsung telah menjadi simbol, sebelum melakukan kegiatan apa pun, kita melapor dan minta izin kepada Allah. Posisi Allah dalam konteks ini di tempatkan sebagai prioritas utama di atas prioritas lainnya. Sebelum pada hari itu kita melaksanakan kegiatan lain, kepada Allah dahulu kita menghadap, menyerahkan diri dan mohon bimbingan serta tuntutan. Bagi jamaah salat subuh di mesjid, Allah adalah segalanya.

Maka segala macam “godaan” yang menghampiri para jemaah salat subuh di mesjid pada umumnya dapat langsung ditampik. Disingkirkan.

Sebaliknya bagi yang jarang salat subuh di mesjid, ”godaan” tersebut justeru menjadi alasan yang menggiurkan, yang masuk akal dan jadi alasan “pembenar” yang kuat. Padahal itu adalah sebuah adalah “jebakan,” yang manis dan nampak dapat diterima. Sebuah prinsip ajakan agar kita tak usah salat subuh di mesjid.

Kitalah yang memilih. Kitalah yang memutuskan. Tentu dengan segala risikonya. (Bersambung)

Penulis: Wina Armada Sukardi, wartawan dan advokat senior, juga anggota Dewan Pakar Pengurus Pusat Muhammadiyah. Tulisan ini merupakan reportase pribadi yang tidak mewakili organisasi.

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading