Hal-hal yang tidak bisa kita jaga atau jauhi. seperti menelan ludah atau dahak, mengisap debu jalanan. atau debu saringan tepung. dan yang semacam. Tidak membatalkan puasa. Kata Ibn Abbas r.a., “Tidak apa-apa mencicip makanan (ber)cuka dan apa saja yang mau dibeli“ (tapi diludahkan lagi). Al-Hasan mengunyahkan kenari untuk cucunya sewaktu puasa. Demikian juga mencium wangi-wangian, menurut Ibn Taimiah. Juga sisa makanan yang tertelan dari orang yang berhenti makan persis waktu subuh (bukan imsak), sesudah meludahkan yang ada dalam mulutnya, tidak membatalkan puasa.
Lailatulkadar
Lailatulkadar (lailatul qadr) adalah malam paling mulia sepanjang tahun, berdasarkan firman Allah Ta’ala, “Kami turunkan dia (Al-Qur’an) pada Lailatulkadar. Dari mana kau tahu apakah Lailatulkadar? Lailatulkadar lebih bagus dari seribu bulan.” (Q. 97:1-3). Dari ayat ketiga di atas mayoritas ulama menyimpulkan bahwa amalan pada Lailatulkadar (salat, tilawah Qur’an, zikir, i’tikaf atau berdiam dengan niat beribadah di masjid, malam atau siang) lebih bagus dari amalan serupa selama seribu bulan tanpa lailatulkadar. Dianjurkan mencari Lailatulkadar itu di malam tanggal gasal (ganjil, lawan genap) di sepuluh malam akhir Ramadan, sebab Nabi SAW sendiri bersungguh-sungguh mencarinya pada sepuluh malam akhir Ramadan. Sudah kita tuliskan bahwa beliau, bila masuk tanggal-tanggal akhir Ramadan, menghidupkan malam, membangunkan keluarga, dan menjauhi tempat tidur istri beliau (untuk keperluan ibadah).
Banyak pikiran di kalangan ulama mengenai tanggal pasti malam yang dimaksudkan itu. Sebagian dari mereka menganggapnya tanggal 21, tapi ada pula yang memilih tanggal-tanggal 23, 25, 27, 29, malahan ada yang yakin malam itu berpindah-pindah di antara malam-malam akhir Ramadan di tahun-tahun yang berbeda-beda. Tetapi pendapat yang paling banyak ialah malam tanggal 27. Ini berdasarkan hadis riwayat Ahmad dari sumber Ibn “Umar r.a. dan hadis riwayat Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, dan Ahmad dari sumber pertama Ubay ibn Ka’b r.a.
Adapun doa yang paling layak diucapkan, bila seseorang mengira satu malam adalah Lailatul Qadar, berdasarkan penuturan’Aisyah r.a. Menurut riwayat Ahmad, Ibn Majah dan Turmudzi, ialah: “Allaahumma innaka “afjuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii (Allah, Engkau Maha Pemaaf, dan menyukai pemberian maaf, maka maafkanlah aku)”. Amin. Tetapi karena kita tidak tahu kapan persisnya jatuh Lailatulkadar, dianjurkan membaca doa ini saban malam Ramadan. Bersambung
Penulis: Ust. Abu Fitri Firdausi. Bahan: As-Saiyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, I, Darul Fikr, Beirut, 1400 H./1980 M; Ibn Rusyd, Hidayatul Mujtah wa Nihayatu Muqtashid, I, Darul Ma’ridlah, Beirut, 1406 H./1985
Sumber: Panjimas, 13-26 November 2002