Ads
Aktualita

Demi Prestasi Sekolah Jam Lima Pagi?

Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

“Bangun  pagi sudah biasa, sejuk dingin tidak terasa.” Ini adalah ptongan lagu yang dulu pernah diajarkan  guru pada anak-anak pada waktu masih kecil di sekolah dasar.

Pertanyaannya, apakah anak-anak sudah terbiasa berangkat sekolah pagi hari? Kalau anak-anak sekolah mulai pukul 7 pagi memang sudah tidak asing lagi. Namun, jika jam 5 pagi anak-anak sudah diwajibkan sampai di sekolah. Ini yang luar biasa.

Kebijakan baru anak sekolah dimulai jam 5 subuh baru saja dikeluarkan Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur.(NTT). Ini memang kebijakan lokal saja, dan bukan kebijakan nasional. Tapi, sebegitu pentingkah jam sekolah dimulai sangat pagi?

Pemerintah NTT melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memberlakukan ketentuan ini hanya untuk pendidikan setingkat SMA dan SMK. Dan uji cobanya dilakukan untuk dua sekolah unggulan, yaitu SMA 1 dan SMA 6 Kota Kupang.

Kebijakan sekolah pagi ini berdasarkan instruksi Gubernur NTT Viktor Laiskodat Bungtilu. ” Anak-anak harus dibiasakan bangun pukul 04.00 WITA dan 4.30. WITA, sehingga jam 05.00 sudah di sekolah,” ujar Viktor Laiskodat, saat menghadiri audensi dengan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT dan para kepala sekolah di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan  Kota Kupang (25/2/2023).

Menurut Viktor Laiskodat, yang politisi Partai Nasdem ini,  sekolah pagi ini penting agar anak siap terjun ke masyarakat , siap bekerja dan tidak menjadi pengangguran. Siap mencetak generasi unggul dan punya etos kerja tinggi dan melahirkan calon pemimpin. Namun, kata Viktor, untuk SMA 1 dan SMA 6 masuk pukul 5 pagi ini akan berjalan terus dan diwajibkan. Karena ini sekolah unggulan. Unggul dalam ilmu pengetahuan dan unggul dalam karakter   Ia menyatakan, sekolah ini akan disiapkan agar lulusannya bisa tembus masuk universitas terkenal seperti UGM, UI, ITS Surabaya dan lainnya, bahkan untuk sekolah ke luar negeri.

Belakangan ada perubahan jadwal jam pendidikan, yaitu dimundurkan dari jam 5.00 pagi menjadi jam 5.30,  mundur selama 30 menit. Meskipun kebijakan ini masih disosialisasikan, kabarnya sudah ada 10 sekolah yang menetapkan aturan baru ini, yaitu SMA 1, SMA 6, SMA 2, SMA 3, SMA 5, SMKN 1 , SMKN 2, SMKN 3, SMKN 4 dan SMKN 5.

Banyak tanggapan yang muncul dengan kebijakan jam sekolah baru ini. Dari para orang tua umumnya mengeluhkan sempitnya waktu untuk menyiapkan kebutuhan anak sebelum berangkat sekolah.

Para pakar melihat, kebijakan baru yang mengharuskan anak sekolah jam 5.30 pagi berpotensi menurunkan imunitas anak yang  masih mengalami pertumbuhan. Terutama yang terkait dengan kualitas tidur anak, akan sangat mempengaruhi kondisi kesehatan.

‘Idealnya, anak-anak yang duduk di bangku SMA butuh tidur 7 sampai 8 jam sehari. Jika anak tidur jam 20.00 dan bangun jam 4.00 pagi, ini sudah bisa dikatakan cukup tidur dan bangun pagi dengan bugar. Masalahnya, bisakah anak tidur lebih awal. Kalau anak tidur jam 12 malam karena main telepon genggam (HP), besok paginya harus berangkat pagi , kualitas tidurnya hanya sekitar 5 jam saja. Kebiasaan anak main gawai ini akan mempengaruhi kualitas tidurnya,” ujar Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso.

Menurut Piprim Basarah, jika kualitas  tidur anak terganggu karena bagadang, main hp dan pagi harus berangkat sekolah, maka sekitar 30 persen sel Natural Killer (NK) yang bermanfaat sebagai pelindung dalam tubuh anak akan hancur, sehingga mengganggu imunitasnya.

“Sebenarnya kalau kualitas dan kuantitas tidur anak cukup, tidak ada masalah, karena belajar pagi itu otak lebih fresh untuk belajar. Yang penting kualitas tidur itu yang perlu diperhatikan,” jelas Piprim.

Psikolog dari Universitas Gajah Mada (UGM), Novi Poespita Candra, mengatakan kebijakan jam masuk sekolah jam 5.30 WITA bakal berdampak buruk bagi siswa. ” Karena masuk pagi dikhawatirkan terburu-buru, tidak sempat sarapan, atau gizi sarapan kurang bermutu, akan mempengaruhi konsentrasi belajar,” ungkapnya.

Novi Poespita yang juga pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan ini menilai, kebijakan masuk sekolah pagi juga berpengaruh pada emosi anak karena  harus bangun lebih pagi dan itu tidak mudah. ” Orang tua juga bisa tersulut emosinya ketika melihat anak-anak tidak cekatan. Jadi banyak berpotensi memunculkan problem emosi, padahal berangkat sekolah harus dengan emosi positif, penuh harapan dan motivasi, tapi justeru diawali dengan emosi negatif. Apalagi kalau terlambat dan menerima hukuman. Anak-anak dan guru bisa sama-sama emosi,” ujarnya.

Menurut Novita, dalam kondisi jam belajar demikian, ada lingkaran persoalan negatif yang dimunculkan. Jika berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dikhawatirkan menurunkan emosi belajar siswa dan mengajar guru. “Sebab, akan mempengaruhi aspek kognitif pada anak karena otak manusia akan berfungsi secara optimal jika seluruh tubuh berada dalam keadaan fit dan bahagia,” katanya.

Sementara itu, Anggota DPR Fahmy Alaydroes menyatakan, mengejar mutu ketertinggalan pendidikan seharusnya dengan meningkatkan standar, bukan menyalahkan jam sekolah  “Kalau melihat hal ini seperti tidak nyambung, ketertinggalan mutu pendidikan adalah  merosotnya capaian standar mutu, bukan yang disalahkan jam sekolah,” ujar anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKS ini.

Menjawab, pro-kontra dan reaksi masyarakat, Gubernur NTT Viktor Laiskodat menjawab santai. Kata dia, pro kontra itu lumrah,  kebiasaan ini lama-lama menjadi biasa, dan juga mereka pasti merasa senang. “Di  NTT matahari pagi itu terbit jam 5. 48.  Ada filosofi seorang tokoh, sebelum matahari terbit kita seharusnya sudah siap  hidup dalam aktivitas dan kegiatan pembangunan.” ujarnya.

Apakah, dengan pernyataannya itu, Laiskodat akan tetap ngotot menjalankan kebijakannya yang kontroversial itu?

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda