Menjadikan Islam sebagai pandangan hidup dalam dunia modern memerlukan kemampuan untuk mencerna dengan baik. Di tengah kemajuan berpikir umat manusia serta perubahan masyarakat karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh dalam hidup dan pandangan keagamaan.
Dunia modern mengubah hampir semua segi kehidupan. Cara manusia melakukan aktivitas ekonomi, dalam hidup berpolitik, dalam berinteraksi dalam masyarakat dan banyak bidang kehidupan lainnya.
Dalam hidup beragama dulu ada anggapan bahwa pemikiran agama bersifat statis dan tidak bisa berubah. Namun, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pemikiran keagamaan mesti juga dilakukan perubahan penafsiran.
Dalam penafsiran ajaran agama tersebut ada yang bersifat moderat, tetapi juga ada yang bersifat teguh dan hanya mengartikan pada teks yang tertulis dalam Al-Qur’an. Bagaimana menyikapi masalah ini?
Tentunya dibutuhkan penjelasan secara umum mengenai poin-poin dan teks isi Al-Qur’an. Dalam hal ini Dr. Harun Nasution mencoba menyajikan hasil penelitian para sarjana muslim. Menurut mantan Rektor IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah ini dari 6236 ayat Al-Qur’an hanya kurang dari 500 ayat yang mengandung ajaran tentang keimanan, tentang hubungan vertikal manusia dengan Tuhan dan ajaran tentang hubungan manusia dengan manusia atau hubungan horizontal. Lebih jelas perinciannya sebagai berikut, 130 ayat tentang keimanan, 140 tentang ibadat, dan 230 tentang muamalat atau hidup kemasyarakatan. Di samping itu ada pula ayat-ayat yang mengandung ungkapan tentang fenomena alam yang erat hubungannya dengan filsafat dan ilmu pengetahuan. Selebihnya sebagian besar ayat-ayat yang mengandung riwayat tentang nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad, riwayat umat-umat dulu, teladan serta ibarat yang dapat diambil dari pengalaman-pengalaman masa lampau, hidayah serta kesesatan, kebaikan dan kejahatan ( Harun Nasution dan Azyumardi Azra, Perkembangan Moderen Dalam Islam, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 1985 hal. 4).
Menurut Harun Nasution, para ulama membagi ayat Al-Qur’an pada dua kelompok besar, yaitu ayat yang artinya pasti sebagaimana diberitakan teks dan tidak dapat ditafsirkan lagi, disebut qat’iy al-dalalah dan ayat-ayat yang artinya masih dapat ditafsirkan dinamakan zanniy al-dalalah. Dan yang terbanyak dalam Al-Qur’an adalah ayat-ayat yang zanniy al-dalalah. Yang terakhir ini di antaranya tentu juga yang menyangkut kehidupan manusia dan problem yang dihadapi dalam berbangsa, bernegara dan menghadapi kehidupan nyata
Saat ini umat Islam mau tidak mau semakin dituntut untuk selalu cepat dan tanggap menyikapi setiap persoalan. Persoalan politik, ekonomi, budaya dan hukum serta lainnya hampir setiap saat berkembang, baik yang muncul karena proses sosial dalam masyarakat maupun yang ditimbulkan oleh kebijakan negara atau yang bersifat kebijakan formal.
Dalam masalah politik seperti pilpres akhir-akhir menjadi polemik yang panas di masyarakat mengenai figur-figur yang dicalonkan. Bagi umat Islam masalah pilpres ini adalah persoalan kepemimpinan, dan ini dianggap masalah yang menentukan dan crusial. Tentu saja dalam masalah ini umat Islam tidak bisa bersikap pasif, dalam arti harus muncul diskursus yang meramaikan dan mengaktifkan pembicaraan kepemimpinan ini dari sudut aspirasi umat Islam atau konsep dan pemikiran menurut Islam. Sebab, kalau umat tidak memberikan artikulasi pemikiran, selain menunjukkan ketidakpedulian dengan soal kepemimpinan, juga bisa muncul pandangan atau pendapat yang tidak bisa dinafikan merugikan umat Islam. Misal, saat ini terlalu dibesar-besarkan konsep politik identitas yang maknanya diarahkan dan ditujukan pada umat Islam dengan konotasi negatif yang menimbulkan perpecahan.
Konsep tersebut dimaknai sangat tidak adil, tendensius, hanya untuk menyudutkan umat Islam dan ajaran Islam. Konsep politik identitas kalau mau jujur dan konsekuen tentu harus diberlakukan untuk semua golongan baik dari segi agama, ras, suku dan lainnya. Jangan hanya diarahkan atau disasar pada umat Islam dan ajaran Islam. Maka dari segi ini jelas dibutuhkan suatu keaktifan dari umat Islam untuk pro-aktif mengutarakan dan menyampaikan aspirasi dan pemikiran apa pun yang terkait dengan masalah kepemimpinan dalam Islam, termasuk ketika kontestasi pilpres.
Kedua, kemajuan teknologi informasi dan penggunaan internet yang sangat luar biasa. Dipergunakan hampir seluruh rakyat, di kota maupun di desa, mulai dari orang dewasa, remaja bahkan sampai anak-anak. Internet memang banyak membantu dalam kehidupan, namun segi negatifnya juga ada. Melalui internet berkembang kegiatan dakwah dan syiar Islam, yang bisa dinikmati masyarakat secara luas. Melalui internet perkembangan apa pun bisa diikuti baik nasional maupun internasional. Internet membuat masyarakat menjadi melek informasi
Namun, internet juga dimanfaatkan untuk hal yang negatif dan merusak. Internet sekarang menjadi media untuk aktivitas politik, mempromosikan seorang figur agar dikenal oleh khalayak. Namun internet juga bisa menjadi alat untuk melakukan kampanye hitam, merusak reputasi seseorang, menyebarkan berita hoaks, memutar balikkan fakta atau memframing berita atau untuk tujuan destruktif lainnya.
Dalam internet melalui tayangan hiburan juga disajikan berita yang tidak layak untuk remaja dan anak di bawah umur. Bahkan, tidak jarang juga muncul berita-berita yang bersifat pribadi atau aib keluarga menjadi konsumsi publik. Kenyataan ini sudah saatnya menjadi perhatian dan kepedulian para tokoh agama. Perlu masukan, saran dan yang utama sosialisasi ajaran agama untuk memberikan rambu-rambu mana konten yang boleh dan tidak penyebarannya.
Dalam dunia modern sesungguhnya prinsip agama sangat diperlukan. Keyakinan pada Tuhan dan ajaran-ajaran mutlak Tuhan bisa menjadi pegangan untuk menjadikan hidup manusia ini mempunyai makna dan berarti. Sedangkan ideologi yang bersifat sekuler dan materialistik hanya melahirkan keserakahan dan nafsu egoistik manusia.
Sekarang ini dunia kehidupan dikuasai oleh kekuatan informasi, dari informasi melahirkan dominasi opini, yang tentu ujungnya mempengaruhi perilaku manusia. Karena itu umat Islam harus aktif memanfaatkan media informasi ini agar konsep dan ajaran Islam bisa dikenal masyarakat luas. Di samping itu dengan memiliki media informasi umat Islam juga bisa menetralisir atau mengonter pikiran dan ide-ide yang menyudutkan umat dan ajaran Islam, baik disengaja atau tidak disengaja. Hal ini penting karena dalam beberapa tahun terakhir ini muncul ide maupun gagasan yang menyudutkan Islam, menghujat dan menista ajaran Islam. Bahkan, disebut adanya kalangan yang disebut Islamofobia. Karena itu dengan memiliki dan memanfaatkan media informasi umat Islam bisa berperan aktif di tengah pusaran dan pergulatan opini yang hidup di jagat dunia real ataupun dunia maya.
Memang agak mengherankan bahwa di era reformasi sekarang ini kita tidak melihat munculnya pemikiran-pemikiran yang strategis di bidang keagamaan. Kalau berkaca pada era Orde Baru lahirnya ide-ide yang yang strategis dan konsepsional karena ada tantangan yang dihadapi umat Islam. Misalnya, pada waktu itu muncul tantangan dan persoalan kepartaian terkait rehabilitasi Masyumi, persoalan modernisasi, penyederhanaan partai, penetapan asas tunggal Pancasila dan lainnya. Umat Islam dan intelektualnya menjawab dengan berbagai alternatif pemikiran. Bila dilihat hasil penelaahan Fachry Ali dan Bahtiar Effendy dalam buku mereka Merambah Jalan Baru Islam yang mencoba memetakan alternatif pemikiran Islam pada waktu itu terbagi kepada empat kelompok pemikiran. Yakn new-modernisme, sosialisme-demokrasi, internasionalisme atau universialisme Islam, dan ke empat modernisme. Keempat pola ini adalah bentuk respon para intelektual Islam untuk menjawab kebijakan politik dan pembangunan pemerintah serta modernisasi yang menjadi pilihan kebijakan politik Orde Baru pada waktu itu.
Terasa aneh kalau saat ini umat Islam mengalami paceklik pemikiran keagamaan, padahal kalau dilihat tantangan yang dihadapi sekarang juga cukup berat. Sebut saja tantangan tersebut korupsi yang makin marak, kesenjangan sosial, serbuan tenaga kerja asing, persoalan keadilan di bidang hukum, kemiskinan, disintegrasi sosial, wabah Covid-19 dan banyak lainnya.
Seharusnya dengan tantangan berat tersebut memotivasi munculnya pemikir Islam mencarikan solusi yang serius bagi umat Islam khususnya dan rakyat umumnya. Namun, sayangnya hingga saat ini tidak lahir pemikir Islam dan pemikiran yang– minimal, kalaupun tidak lebih seperti era sebelumnya, paling tidak ada yang lahir dan muncul. Allahu ‘alam.