Ads
Adab Rasul

Menghibur yang Berduka

Avatar photo
Ditulis oleh Iqbal Setyarso

Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, kita dianjurkan takziah atau mengunjungi keluarga yang berduka. Secara bahasa kata takziah adalah bentuk masdar (kata dasar) dari azza-yu’azzi, yang artinya menyabarkan, menghibur dan menawarkan kesedihannya serta memerintahkannya (menganjurkan) untuk bersabar. 

Lebih jauh, adab takziah telah disampaikan Rasulullah untuk umatnya. Aktivitas takziah amat dianjurkan, dalam arti berduka cita atau berbela sungkawa atas musibah yang menimpa seseorang. Dalam konteks muamalah,   takziah adalah mendatangi keluarga orang yang meninggal dunia dengan maksud menyabarkannya dengan ungkapan-ungkapan yang dapat menenangkan perasaan dan menghilangkan kesedihan. Takziah dapat dilakukan sebelum dan sesudah jenazah dikuburkan hingga selama tiga hari. Namun demikian, takziah diutamakan dilakukan sebelum jenazah dikuburkan.

Tujuan takziah adalah menghibur keluarga yang ditinggal agar tidak meratapi kematian dan musibah yang diterimanya. Firman Allah SWT: “Dan saling menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan ketakwaan.” (QS Al-Maidah: 2) 

Dalam pandangan Rasulullah SAW, takziah mempunyai nilai dan keutamaan tinggi bagi yang melakukannya. Beliau bersabda: “Tidaklah seorang Mukmin yang melakukan takziah atas musibah yang menimpa saudaranya, kecuali Allah akan memakaikan untuknya permata kemuliaan pada hari kiamat.” (HR Ibnu Majah).

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Bulughul Maram mengutip hadis dari Abdullah Ibnu Ja’far ra, yang mengatakan:  “Ketika berita kematian Ja’far datang sewaktu ia terbunuh, Rasulullah SAW bersabda: Buatkanlah makanan untuk keluarga Ja’far karena telah datang sesuatu yang menyusahkan mereka.” (HR. Imam Lima kecuali Nasa’i).

Imam Ash-Shan’ani dalam kitab Subulus Salam menjelaskan hadis di atas sebagai berikut: Hadis ini dalil yang menunjukkan bahwa keharusan mengasihani dan menghibur keluarga yang ditimpa musibah kematian dengan memasakkan makanan baginya, karena mereka sibuk mengurusi kematian itu.

Adab Takziyah

Bagaimana anjuran Rasulullah berkenaan dengan takziah? Rasulullah menganjurkan muslimin untuk:

  1. Menghibur yang kena musibah. Menghibur keluarga almarhum  dengan menganjurkan supaya mereka bersabar terhadap takdir Allah dan mengharapkan pahala dari Allah, sebagaimana sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya milik Allah untuk mengambilnya dan milik-Nya  untuk diberikan, dan segala sesuatu disisi-Nya dengan ketentuan yang sudah ditetapkan waktunya. Maka, hendaknya engkau sabar dan ihtisab.” (HR Bukhari).
  2. Bersikap sopan dan berbicara dengan santun. Dalam bercakap-cakap, janganlah mengeluarkan pembicaraan yang dapat menambah kesusahan bagi ahli waris si mayyit. Batasilah percakapan sewaktu bertakziah dengan patut dan jangan sekali kali bersendau gurau dengan mengeluarkan ketawa yang terbahak-bahak. Hindarilah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan suasana berkabung, seperti permainan kartu (judi), dan sebagainya.
  3. Mengikuti penyelenggaraan jenazah. Ikutilah upacara menyalati mayyit, sempurnakanlah dengan mengantarkan jenazah hingga sampai ke makam. Dari Abu Hurairah r.a.  bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa melayat jenazah muslim karena iman dan ikhlas, ia menyertainya hingga salat jenazah dan menyelenggarakan pemakamannya, maka dia membawa pahala dua qirath, satu qirath semisal bukit Uhud. Dan barangsiapa ikut salat jenazah kemudian pulang sebelum jenazah itu dimakamkan, maka ia membawa pulang pahala satu qirath.(HR. Bukhari).
  4. Dilakukan kepada siapa saja yang kena musibah. Takzah dilakukan kepada seluruh orang yang tertimpa musibah (ahlul mushibah), baik orang tua, anak-anak, dan apalagi orang-orang yang lemah. Lebih khusus lagi kepada orang-orang tertentu dari mereka yang merasakan kehilangan dan kesepian karena ditimpa musibah tersebut.
  5. Disunahkan untuk membuat makanan bagi keluarga almarhum. Sepatutnya orang yang sedang tertimpa kesusahan tidak patut diberi beban, tetapi tetangga atau keluarga yang lain yang seharusnya mengirim makanan yang sudah masak untuk keluarganya yang sedang susah. Dengan membantu membuat makanan karena mereka sibuk dengan musibah yang menimpanya. Dan keluarga mayit tidak dibenarkan membuat makanan untuk orang yang datang, jika akan menambah beban musibah mereka karena menyerupai perbuatan orang jahiliah.

Hal Utama dalam Takziah

Orang yang melakukan takziah adalah mereka yang mampu merasakan kesedihan atau duka yang dialami. Dengan sering melakukan takziah, seseorang terdorong untuk bermuhasabah (introspeksi) atas semua aktivitas yang telah dilakukannya sehingga tumbuh keyakinan akan datangnya. 

Beberapa hal utama yang sebaiknya dilakukan dalam takziah: Pertama, meringankan beban musibah yang diderita shabul musibah/tuan rumah; Kedua, memotivasinya untuk terus bersabar dan berharap pahala; Ketiga, memotivasi untuk rida dengan ketentuan atau qadar  Allah; Keempat, mendoakannya agar musibah tersebut diganti oleh Allah; Kelima, melarangnya dari berbuat nihayah (meratap), memukul, atau merobek pakaian, dan lain-lain; Keenam, mendoakan yang wafat.

Tentang Penulis

Avatar photo

Iqbal Setyarso

Wartawan Panji Masyarakat (1997-2001). Ia antara lain pernah bekerja di Aksi Cepat Tanggap (ACT), Jakarta, dan kini aktif di Indonesia Care, yang juga bergerak di bidang kemanusiaan.

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading