Ads
Cakrawala

Kolom Abu Jihan: Rhoma Irama

Ditulis oleh Panji Masyarakat

Pada 11 Desember 2022 Rhoma Irama berusia 76. Ultah Raja Dangdut ini dirayakan dengan konser bertajuk “Dari Rhoma untuk Irama” yang digekar stasiun televisi Indosiar. Berikut tulisan Abu Jihan di rubrik Kolom Kecil majalah Panji Masyarakat, No. 388, 1 Maret 1983. Abu Jihan adalah nama pena Ridwan Saidi, kolumnis Panjimas yang waktu itu dikenal sebagai politikus Partai Persatuan Pembangun (PPP). Ridwan Saidi, yang  sekarang dapat sebutan Babe Ridwan, lebih mencitrakan dirinya sebagai budayawan. Syair lagu “Indonesia” ciptaan  Rhoma yang dikutip Ridwan dalam kolomnya, kebetulan pada malam konser itu juga dibawakan sekelompok penyanyi dari Dangdut Academy 5 Indosiar. Red.

Hijau merimbun daratannya

Biru lautan di sekelilingnya

Itulah negeri Indonesia

Negeri yang subur serta kaya raya

Seluruh harta kekayaan negara

Hanyalah untuk kemakmuran rakyatnya

Namun hatiku selalu bertanya-tanya

Mengapa kehidupan tidak merata

Itulah dua bait syair lagu Indonesia yang dibawakan oleh Rhoma Irama, dengan iringan musik yang menyentak, irama yang menghentak tanpa kehilangan warna ke-Melayu-annya, gerak nan ritmik merobek selubung kekakuan dengan audience-nya, dan tiba-tiba tanpa orang dapat menghitung nuansa waktu, terjalinlah komunikasi yang menyatu total antara Rhoma dan publiknya. Mereka menari-nari mengekspresikan gerak yang mulus dan tulus keluar dari sela-sela sanubarinya meski tidak perlu terlalu estetis dalam batas-batas takaran koreografi (ilmu tari-tarian). Tarian (joget) massal tersebut lantas berubah menjadi bentuk yang menyerupai upacara (ceremony) yang “sakral” tatkala dengan serentak mereka menyenandungkan bait berikut dari lagu itu:

                Yang kaya makin kaya

                Yang miskin makin miskin      

Sejenak terjadi proses pembebasan terhadap lingkungan situasi, realita, perasaan, kekecewaan, dan (mungkin) penderitaan yang mengimpit, menjepit, menggigit, har demi hari. Itulah musik Rhoma, musik yang tidak sekadar memberikan fungsi hiburan, tetapi juga misi pembebasan. (Pada malam konser itu Rhoma pun kembali mengulang pernyataannya dalam bahasa Inggris: music is not just for fun, but it has responsibility to Allah and human beings.” Red). Tepat sekali apa yang dikemukakan seniman Indonesia terkemuka, Sardono W. Kusuimo, dalam sebuah harian Ibu Kota beberapa waktu lalu: “Rhoma Irama tidak banyak bicara soal kebebasan, tetapi melaksanakan pembebasan.”

“Musik bagi saya adalah media dakwah,” begitu Rhoma berkata dalam suatu kesempatan. Pernyataannya itu jelas suatu ungkapan yang utuh tentang sikap-sikap kesehariannya. Bukan saja sikap musikalitas, melainkan juga melingkupi bidang-bidang kegiatannya di luar itu. Tatkala orang bertanya tentang kegiatannya terjun dalam arena kampanye pemilu, ia berkata, “Saya numpang jihad.” Kata “numpang” itu dengan konsisten dipertahankannya. Oleh karena itu ia tidak melibatkan diri dalam kepartaian. Dan boleh jadi sikap yang konsisten itu pula yang menjadi sebab keengganannya dan penolakannya terlibat dalam suatu organisasi kepemudaan. Memang tempat Rhoma bukan di situ. Rhoma berikut kreativitas dan integritas pribadinya berdiri di suatu tempat yang belum pernah teraih oleh tokoh apa pun.

Bagi Indonesia, kehadiran Rhoma Irama tak dapat dipersamakan dengan kehadiran The Beatles di Eropa dan Amerika Serikat, atau kehadiran Elvis Presley atau Elvi Sukaesih. Rhoma Irama bagi sebagian besar generasi muda Indonesia adalah tambatan hatinya. Belum pernah ada seorang tokoh yang disambut demikian “histeris” seperti generasi muda Indonesia di mana-mana menyambut kedatangannya. Bagi umat Islam, Rhoma Irama adalah seorang pemuda Islam yang penuh harapan di kemudian hari. Di kalangan seniman, mereka menaruh penghargaan (respect) terhadapnya.

Mudah-mudahan gambaran diri Rhoma Irama yang dicoba dilukiskan oleh “Kolom Kecil” ini adalah gambaran diri apa adanya. Gambaran diri tentang seorang seniman Indonesia yang makna kehadirannya begitu berarti bagi pembebasan manusia dari derita batinnya. Semoga Allah senantiasa memberikan ilham mencipta kepadanya, seraya memberikan berkah dan lindungan selalu. (Barakallahu fi umrik, Bang Haji; Redaksi)            

Tentang Penulis

Panji Masyarakat

Platform Bersama Umat

Tinggalkan Komentar Anda