Ads
Cakrawala

Anwar Ibrahim, Tentang Islam,Pembangunan dan Kepemimpinannya

Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Anwar Ibrahim politisi senior Malaysia terpilih menjadi Perdana Menteri Malaysia yang baru untuk periode 2022-2027. Mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia dan Menteri Keuangan era Mahathir Mohammad ini duduk menjadi orang nomor satu negara jiran secara  cukup dramatis.

Dijebloskan ke penjara hampir selama 15 tahun, namun tidak pernah letih berjuang, dan akhirnya setelah bebas terjun kembali ke dunia politik, hingga ditetapkan oleh Raja Malaysia sebagai perdana menteri memimpin penduduk yang mayoritas Islam dan Melayu ini.

Uniknya,   Anwar yang dulunya orang dekat dan kesayangan Mahathir justru dipenjarakan pula oleh Mahathir, dan pemilu Malaysia tahun ini ia pun mengalahkan seniornya tersebut (Mahathir) yang juga ikut kontestasi di ajang pemilihan perdana Menteri.

Membaca sosok Anwar Ibrahim kita teringat pada almarhum AM Fatwa,  yang pada era orde baru juga mendekam  dalam penjara dan divonis 18 tahun, namun di era reformasi terpilih jadi anggota DPR dan anggota DPD.

Memang, dalam kehidupan seseorang politisi dan pejuang, adakalanya penjara adalah satu “terminal” yang harus disinggahi untuk mencapai terminal kehidupan yang lebih tinggi. Founding father kita Bung Karno dan Bung Hatta dan lainnya juga keluar-masuk penjara saat memperjuangkan kemerdekaan. Di tingkat dunia, sebut saja Nelson Mandela, Presiden Afrika Selatan, figur yang sempat jadi presiden setelah mendekam dalam penjara selama 27 tahun   menentang politik diskriminasi kulit berwarna di negaranya.

Tetapi, suatu perjuangan tentu bukan hanya bersifat fisik dan politik. Dunia ide dan gagasan walaupun bersifat abstrak  juga adalah sebuah perjuangan. Dunia gagasan dan ide adalah untuk mempengaruhi perilaku seseorang dan masyarakat.

Sebagai seorang muslim, Anwar Ibrahim bisa  dikatakan cukup concern pada ide dan gagasan ke-Islaman. Dan, suatu hal yang cukup menarik, Anwar punya hubungan khusus dengan tokoh Islam di Indonesia. Ia, rupanya pernah menyerap konsep pemikiran ke-Islaman dari HMI, sebuah organisasi pemikiran keislaman yang moderat dan moderen.

Seperti yang diceritakannya,  Anwar pernah mengikuti perkaderan HMI di Pekalongan tahun 1967 dan mendapat materi dari tokoh-tokoh elit HMI seperti Nurcholish Madjid, Mar’ie Muhammad, Fahmi Idris dan Ekky Syahruddin. Menurut pengakuan Anwar, waktu pengkaderan di HMI ia baru berusia antara 18-19 tahun.

Ditambahkannya, ia bersama Cak Nur bahkan sempat membentuk organisasi  Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara dimana Nurcholish Madjid sebagai ketua dan Anwar Ibrahim sebagai sekretaris. Anwar Ibrahim juga mengakui sosok Muhammad Natsir, tokoh Islam politik dan pemimpin partai Islam Masyumi, sebagai figur teladan dalam kepemimpinan. Anwar juga berhungan baik dengan almarhum  BJ Habibie, mantan Presiden RI dan Ketua Umum ICMI, serta Adi Sasono mantan Menteri Koperasi dan UKM di awal reformasi yang juga aktivis  lembaga swadaya masyarakat.

Manusia fokus pembangunan

Anwar Ibrahim sebagai seorang politisi dan menjabat di pemerintahan, baik sebagai deputi menteri dan menteri keuangan di era Mahathir menunjukkan bahwa ia seorang yang memiliki visi dan reputasi yang bagus. Jabatan Menteri Keuangan yang dipercayakan kepadanya membuktikan selain ia dinilai cakap, dan terutama tentu kemungkinan ada nilai-nilai integritas dan moral yang baik dimilikinya. Meski, secara latar belakang pendidikan ia bukan lulusan fakultas ekonomi, misalnya. Tetapi, secara profesional jabatan tersebut dilaksanakannya dengan baik, yang kala itu semua negara dilanda krisis moneter.

Jika dilihat bahwa Anwar Ibrahim sangat keras menentang korupsi dan menekankan pemerintahan yang bersih, pertanyaannya adakah visi Islam yang mempengaruhinya dan bagaimana pemahamannya tentang Islam dan pembangunan serta keadilan sosial.

Dalam bukunya Islam, Pembangunan, Keadilan Sosial (Hapsara, Surakarta, 1972), Anwar Ibrahim berbicara masalah pembangunan yang cukup aktual dan problematik. Selain disinggung konsep Islam tentang pembangunan, juga pembangunan model barat yang dihubungkan dengan dunia ketiga, masalah ketimpangan pembangunan,  pendekatan yang holistik dalam.pembangunan, kesalahpahaman terhadap ajaran Islam hingga etos pembangunan Islam dan mempraksiskan ajaran Islam.

Mengenai asas pembangunan menurut Islam, Anwar Ibrahim menguraikan beberapa aspek seperti keadilan sosial dan hak asasi mempunyai beberapa persamaan dengan konsep Barat, meski dasar pokoknya berbeda. Islam melihat pembangunan dalam pengertian yang luas dan menyeluruh, menekankan hakikat pembangunan insan guna mencapai tujuan yang “seindah-indahnya kejadian” dan dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Hal ini seperti tertera dalam surat at-Tiin ayat 4,” Sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”.

Pembangunan dalam pengertian di atas, menurut Anwar Ibrahim, adalah usaha untuk menyusun dasar-dasar dalam bidang sosial, politik, ekonomi, hukum dan sistem nilai lainnya kepada suatu keadaan yang sesuai dengan hakekat fitrah kemanusiaan. Asas pembangunan ini menurut Islam adalah tahapan rohani yaitu tazkiyat al nafs (pensucian jiwa) yang disebut dalam Al-Quran surat as-Syam ayat 7-10 ,”  Demi jiwa serta penyempurnaannya. Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwanya. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”.

Menurut Anwar Ibrahim, tujuan utama yang hendak dicapai dalam hidup adalah penyucian atau tazkiyah tersebut. Islam melihat manusia itu sendiri sebagai fokus utama dan sentral dalam pembangunan, terutama dalam.penyempurnaan akhlak  dan syaksiyah (kepribadian). “Dasar inilah yang harus mewarnai semua aspek pembangunan lainnya, dimana manusia dapat meletakkan landasan kemajuan peradaban di bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan,” ujarnya.

Anwar Ibrahim melihat, Islam sangat mengkritik orang yang hidupnya hanya  berorientasi pada harta. Ia mengutip 2 ayat dalam Al-Quran,” Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela. Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya. Dan mengira hartanya itu dapat mengekalkannya. Sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan  ke dalam neraka Huthamah” ( al-Humazah 1-4).

“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama! Itulah orang yang menghardik anak yatim . Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin, maka celakalah orang-orang yang shalat, yang mereka itu lalai dari shalatnya, yang mereka itu membuat riya. Dan enggan menolong dengan barang yang berguna (al-Ma’un.  1-7).

Demikian juga orang-orang yang bermegah-megah dengan harta, pangkat, kemuliaan, anak, pengikut  dan sebagainya adalah orang yang merugi. Ketika dia meninggal semua itu akan dipertanggung jawabkan, kalau salah tentu dengan balasan yang sangat berat. Itu digambarkan dalam Al-Qur’an surat at-Takasur ayat 1-8.

Menurut Anwar, Tauhid mematangkan akhlak dan kepribadian seorang muslim, menjadi dasar seluruh tindakan dan perlakuan batiniah dan lahiriah setiap individu Muslim dalam berhubungan dengan alam sekelilingnya. “Di dalam Islam, asas ketenangan atau internal harmony merupakan hasil dari proses penyucian atau tazkiyah, dan ini diperlukan untuk pertumbuhan dan pembangunan,” paparnya.

Anwar Ibrahim selanjutnya menjelaskan, bahwa paham pembangunan dalam pengertian Islam adalah  ‘gerak daya  pengembalian semula kepada ‘ ajaran dan amalan  Islam yang tulen’. Faham kemajuan ini dengan tujuan terakhir bagi pembangunan insan itu sendiri.

Karena itu bagi Anwar, pembangunan ekonomi itu tidak boleh dipisahkan dengan masalah moral dan keadilan. ” Ia harus merupakan proses yang menyeluruh, yang mana kemajuan pembangunan ekonomi merupakan sebagian darinya. Pembangunan yang melibatkan proses perubahan yang multi-dimensional harus memenuhi antara lain keperluan bagi diri, mampu menjaga kehormatan dan dapat membebaskan diri dari perhambaan serta mampu membuat pilihan”, jelasnya.

Dijelaskan, jika ukuran di atas digunakan, yang harus diperhatikan ialah persoalan nilai dan pendekatan yang berbeda. Islam merumuskan penyelesaian masalah tersebut menurut perspektif  tersendiri dengan menganjurkan vision baru mengenai manusia dan masyarakat.  ” Tambahan pula pendekatan ini melibatkan pemahaman bahwa krisis pembangunan ini bukan semata-mata berpuncak pada krisis ekonomi, tetapi krisis kemanusiaan seluruhnya-krisis peradaban,” imbuhnya.

Lantaran itu analisa ekonomi tidak boleh terpisah dari kesempurnaan moral. Setiap perubahan juga melibatkan kuantitas dan kualitas dengan mempertahankan keseimbangan di antara keduanya. ” Dan dalam konteks kehidupan sosial, ia melibatkan penggunaan hasil ciptaan Allah dan pemerataan secara adil. Nilai Syukur dan Adil dianjurkan. Sebaliknya semua penyelewengan seperti tughyan (melampaui batas), zulm (zalim), fasad (kerusakan) dan sifat kekufuran adalah ditentang,” tuturnya.

Anwar melihat, Islam juga menganjurkan manusia untuk rajin bekerja. Kemalasan sangat dibenci oleh islam. Mengutip hadist, dikatakan,” Tidak ada sesuatu makanan yang lebih baik bagi seseorang melainkan dari apa yang dihasilkan dari kerja tangannya sendiri”.

Islam juga menganjurkan zakat, karena itu adalah upaya untuk memerangi  kemiskinan. Dalam Al-Quran kata zakat selalu didahului kata shalat. ” Itu artinya, ibadah harus mendorong timbulnya kewajiban untuk mengeluarkan zakat. Abu Bakar pernah memerangi orang yang tidak mau membayar zakat ( Perang ar-Riddah) untuk menunjukkan kepedulian pada golongan miskin dan teraniaya,” kutipnya.

Platform kampanye Anwar Ibrahim adalah pemerintahan yang bersih. Ia juga menyatakan, tidak akan menerima gaji sebagai Perdana Menteri Malaysia. Menolak menggunakan mobil mewah, dan merampingkan kabinet dan memangkas gaji menteri.

Melihat kebijakannya ini menunjukkan ia berusaha menjadi seorang muslim yang menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan dan kepemimpinannya.

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading