Ads
Aktualita

Peluang dan Tantangan Indonesia Dalam Presidensi  G20

Avatar photo
Ditulis oleh Sri Yunanto

Group 20 (G20) adalah sebuah forum yang didirikan oleh 19 negara  dan Uni Eropa pada tahun 1999.  Anggota G20 terdiri dari 11 negara maju dan 9 negara berkembang   Visi utama dari G20 pada saat didirikan adalah menghadapi guncangan global. Forum ini  mendiskusikan persoalan-persoalan terkait dengan stabilitas keuangan internasional. G20 juga berusaha untuk mendorong pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif.   Pada Oktober 2021, Indonesia didapuk menjadi presiden G20 2022. Sebagai ketua (presidensi) Indonesia mempunyai andil dalam menetapkan topik-topik yang akan dibahas dalam forum. Indonesia yang telah bergabung dalam G20 sejak 1999 itu mengangkat tema   Recover Together, Recover Stronger (Pulih Bersama dan Pulih lebih kuat).

Dalam forum KTT G20 yang digelar pada  10 -17 November 2022 di Bali, Indonesia mengusung tiga  isu: penanganan kesehatan yang inklusif, transformasi berbasis digital, dan transisi menuju energi berkelanjutan. Tiga isu ini sangat strategis mengingat dunia saat ini tengah menghadapi proses pemulihan pandemi Covid-19. Dunia juga memasuki revolusi Indonesia 5.0 yang berbasis digital. Selain itu dunia juga memerlukan terobosan energi terbarukan untuk mengatasi berbagai persoalan terkait dengan energi fosil.

Penetapan Indonesia  menjadi presiden pada tahun 2022 tidaklah mudah, mengingat situasi dunia yang masih dalam masa pemulihan pasca pandemi Covid-19 dan menghadapi  krisis  multidimensi: krisis pangan, krisis  energi dan krisis finansial.  Presiden Jokowi beberapa kali nengingatkan kepada  bangsa Indonesia bahwa dunia memasuki krisis  yang mengancam 60 negara akan kolaps dan serratus  negara lain mengamli krisis. G20 di bawah presidensi Indonesia  dituntut memainkan peran penting untuk mempercepat pemulihan ekonomi dunia, di tengah meningkatnya kebutuhan pendanaan bagi negara berkembang dan miskin, ancaman inflasi, serta kenaikan suku bunga.

Peluang Indonesia

Selain misi dunia yang diemban Indonesia, sebagaimana disarikan dalam laman kpbu.kemenkeu.go.id  keikutsertaan dan  kepemimpinan Indonesia dalam G20 ini juga  dalam rangka  mencapai kepentingan nasional. Pertama, secara  ideologis  Indonesia bisa menjalankan salah satu amanat Konstitusi yang berbunyi ”…dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Kedua,  secara  ekonomis dengan kehadiran ribuan delegasi asing akan mengingkatkan  konsumsi domestik sebesar 1,7 Triliun, Produk Domestik Bruto (PDB) 7,4 triliun, meningkatkan peran UMKM yang menyerap 33.000 tenaga kerja di berbagai sektor. Indonesia juga bisa lebih mendorong anggota-anggota G20 untuk mempercepat penanganan dampak pandemi. Ketiga,   dari segi sosial budaya, sebagai Presiden G20, Indonesia akan menunjukkan kekayaan budayanya seperti keragaman suku, bahasa, agama dan juga keindahan alamnya. Keempat, dalam bidang pariwisata dan jasa, kedatangan delegasi asing yang menjadi anggota G20   akan menjadi peluang pariwisata dan bisnis jasa yang langka. Oleh karena itu Indonesia telah menyiapkan setidaknya 46 paket wisata untuk kebutuhan sebelum dan sesudah tour Presidensi G20 2022.  Kelima, di bidang kesehatan, forum G20 merupakan  kesempatan besar bagi Indonesia  untuk memberikan sumbangannnya secara konkrit dalam mengatasi Pandemi Covid 19. Salah satunya mengusahakan ketersediaan  dan distribusi vaksin yang aman, efektif dan terjangkau  ke seluruh negara hingga setidaknya mencapai target 70%. Keenam dalam hal perubahan iklim (climate change)  dan enerji. Dengan menjadi Presiden G20, Indonesia mempunyai kesempatan untuk mendorong kolaborasi pada level global dalam mengatasi dampak dari perubahan Iklim. Selain itu Indonesia akan berkesempatan untuk menggaungkan transformasi enerji fosil  ke berbagai jenis enerji terbarukan.

Ketujuh,  dalam bidang Pembangunan infrastruktur, dengan menjadi presidensi G20, Indonesia  akan memanfaatkan KTT G20 ini dengan mengambil beberapa tema terkait dengan pemulihan ekonomi yang didorong oleh infrastruktur seperti promosi  investasi infrastruktur, peningkatan investasi digital dan infra-tech, memajukan infrastruktur  transformatif pasca Covid-19. Kedelapan, dalam KTT G20 ini Indonesia yang penduduknya mayoritas Muslim   juga mempunyai kesempatan untuk memamerkan produk halal yang telah menjadi standar kualitas global  dan gaya hidup gastronomi . Halal  telah bertransformasi menjadi pasar ekonomi yang cukup besar dan menjanjikan. Berbagai produk halal telah dikembangkan dengan nilai triliunan dolar dengan ruang-lingkup produk barang dan jasa bisang makanan, minuman, mode, kosmetik, farmasi , media, rekreasi dan keaungan .

Tantangan Indonesia

Tantangan yang menonjol yang dihadapi Indonesi terkait dengan pengaruh ketegangan  politik global dan regional. Persoalan politik dan keamanan global adalah masih berlangsungnya konflik antara Rusia dan Ukraina . Konflik ini menjadi salah satu sebab terjadinya krisis enerji dan krisis pangan. Peran presiden Rusia Vladimir Putin, dalam KTT ini layaknya dibenci tetapi juga dirindukan. Dibenci karena tidak diinginkan oleh Amerika dan sekutunya yang memprotes keras aneksasinya terhadap Ukraina. Dirindukan, karena kedatangannya diharapkan bisa memberi sinyal solusi konflik antara Rusia dan Ukraina.

Ketidakhadiran Putin disatu sisi membuat KTT akan lebih tenang, karena KTT ini tidak terancam oleh boikot  dari Amerika dan negara Eropa. Kepemimpinan Indonesia diharapkan dapat memberi sinyal terhadap kerangka penyelesaian krisis global.  Tantangan lain yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana menempatkan Tiongkok dan  Amerika yang terus bersitegang secara ekonomi, politik dan keamanan misalnya terkait dengan Laut China Selatan dan Teluk Taiwan. Pembicaraan bilateral  antara Presiden Tiongok Xin Jin Ping dan Presiden Amerika Joe Biden, setidaknya untuk sementara memberikan sinyal kepada kedua negara itu untuk terus berdialog untuk menjembatani perbedaan. Bagi KTT G20 dialog bilateral itu akan memberikan kesejukan dalam suasana KTT.

Dalam bidang ekonomi, menurut Edi Prio Pambudi, Deputi Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional, Kemenko Perekonomian, setidaknya  Indonesia akan menghadapi  tiga  tantangan. Pertama adalah mulitilateralisme. Indonesia harus membangun common interest dan sebisa mungkin  memuaskan semua negara yang tergabung dalam G20. Karena dalam forum ini masing-masing negara akan memperjuangkan kepentingan masing-masing. Kemampuan Indonesia akan diuji misalnya terkait dengan ketegangan perang dagang antara Amerika dan China. Kedua,   Peningkatan beban utang publik. Hal ini perlu menjadi pembicaraan serius, mengingat peningkatan pendapatan dari pajak  masih sulit. Ekonomi sedang mengalami pemulihan dan produktivitas masih kurang maksimal. Ketiga, sebagai primer forum, G20 akan banyak negara yang memanfaatkan untuk melakukan public exposes untuk menyampaikan kepentingan-kepentingannya yang  beragam baik domestik maupun internasional.

Bisa saja G20 akan menjadi miniature kontestasi ekonomi global antara 11 negara industri dan 9 negara berkembang. Kita berharap KTT G20 yang berlangsung satu minggu ini akan bisa memberi solusi masalah  jangka pendek maupun jangka panjang yang sedang dihadapi. Masalah jangka pendek utamanya terkait dengan penangan potensi  krisis pangan, krisis energi dan krisis finansial. Sedangkan persoalan jangka panjang terkait dengan digitalisasi teknologi, perubahan iklim dan juga transformasi dari energi fosil ke energi terbarukan.             

Tentang Penulis

Avatar photo

Sri Yunanto

Dr. Sri Yunanto. M.Si adalah Associate Profesor Magister Ilmu Politik , FISIP, Universitas Muhammadiyah Jakara. Staf Ahli Menko Polhukam (2016-2019) menulis berbagai isu tentang politik dan Gerakan Islam dan Isu Kemanan. Beberapa Karyanya adalah Militant Islamic Movement in Indonesia and Southeast Asia (English), Gerakan Militan Islam di Indonesia dan Asia Tenggara (edisi Indonesian, 2003), Islamic Education in South and Southeast Asia (2005). The Fragmentatation and Conflict of Islamic Political Parties During Reformasi Era ( 2013) Menata Ormas, Memperkuat Bangsa ( 2017)

Tinggalkan Komentar Anda