Ads
Cakrawala

Hidup dengan Pertolongan Allah

herb of goat beside mountain
Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti mendambakan pertolongan Allah.  Begitu banyak persoalan yang dihadapi manusia yang belum tentu bisa diatasi, maka pertolongan Allah sangatlah diharapkan.

Untuk mendapat pertolongan Allah manusia harus dekat dengan Allah. Hidup manusia harus fokus pada Allah. Kiblat hidup manusia harus ditujukan kepada Allah. Allah tempat manusia menyandarkan kehidupan. Dalam surat al-Ikhlas ayat 2 dikatakan,” Allah tempat bergantung kepada-Nya segala urusan”.

Jadi, sangatlah jelas bahwa syarat utama untuk mendapatkan pertolongan Allah dalam hidup ini manusia harus memiliki jiwa Tauhid. Yaitu, suatu keyakinan yang kuat pada Allah,  mengesakan-Nya dan satu-satunya zat yang wajib disembah.

Keyakinan pada Tauhid itu dibuktikan dengan perilaku manusia yang taat pada perintah Allah. Perintah Allah intinya ada 3 macam. Pertama, beribadah kepada-Nya dengan tulus ikhlas. Menghambakan diri kepada Allah dengan rajin beribadah dengan mengharap ridha-Nya. Beribadah tidak boleh karena riya atau karena ingin dipuji manusia. 

Kedua, manusia harus rajin beramal shaleh, baik dalam bentuk materi, pikiran maupun tenaga. Amal shaleh sangat dianjurkan dalam Islam, nilai pahalanya sangat besar dan dampak kemanusiasnya juga besar. Amal shaleh adalah bukti kuatnya iman seseorang pada Allah.

Ketiga, manusia harus menjauhi nafsunya untuk mengerjakan hal-hal yang dilarang Allah. Nafsu harus dikendalikan dan tidak boleh lepas kendali sehingga mengerjakan perbuatan yang dilarang Allah.

Tiga hal di atas kita ajukan adalah juga suatu obsesi dan keinginan  agar kita disayang oleh Allah dan agar kita dicintai oleh Allah. Manusia yang dicintai oleh Allah maka pertolongam Allah akan mudah diperoleh manusia.

Ada tugas lain jika kita ingin ditolong oleh Allah, yaitu manusia hendaknya membantu agama Allah. Ini dengan jelas dikatakan dalam Al-Quran surat Muhammad ayat 7. ” Wahai orang yang beriman. Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.

Menolong agama Allah tentu bisa diterjemahkan dalam berbagai bentuk dan ragam. Dalam sebuah hadist yang cukup populer sering diungkapkan, ” Sampaikan dariku walau satu ayat”. Artinya, menyampaikan Al-Quran kepada masyarakat walau hanya satu ayat termasuk dalam kategori menolong agama Allah. Al-Quran adalah wahyu Allah dan pedoman hidup kaum muslimin, sehingga memasyarakatkan  Al-Quran adalah bagian dari aktifitas menolong agama Allah. Tentu, akan sangat besar pula nilainya jika kita mengajarkan Al-Quran kepada masyarakat. Dan, menolong agama Allah dalam bentuk yang lain sangat luas, misalnya, membangun pendidikan Islam, menolong anak yatim, kaum dhuafa dan orang miskin, memperbaiki ekonomi ummat, dan termasuk juga untuk upaya-upaya mencegah kemungkaran serta perbuatan maksiyat yang bertentangan dengan syariat Islam, adalah bagian dari menolong agama Allah.

Jika niat kita kuat untuk berlindung kepada Allah, dan selalu berharap pertolonganya  dalam hidup ini maka kita harus rajin beramal, tapi dengan niat yang benar. Dalam ungkapan ulama salaf dikatakan,” Kerap kali amal yang kecil menjadi besar karena baik niatnya, dan seringkali pula amal yang besar menjadi kecil karena salah niatnya”.

Minta pertolongan kepada Allah dengan do’a akan lebih besar dikabulkan jika do’a kita luaskan maksudnya. Jika orang yang hidup dalam.kemiskinanan dan ingin menjadi kaya, maka dalam doanya hendaklah meniatkan bahwa jika ia memperoleh rezeki yang besar dari Allah, maka rezekinya itu  akan dimanfaatkan untuk beramal shaleh dan menolong agama Allah, misalnya, membangun pesantren pendidikan Islam atau sekolah tahfidz Quran. Dengan niat membantu agama Allah, maka Allah akan membantu manusia dan meluaskan kehidupan dan rezekinya.

Ada sebuah kisah ketika amal shaleh menjadi jalan bagi Allah untuk menolong hambanya yang dirundung kesulitan. Kisah yang bersumber dari hadist yang diriwayatkan oleh Buchori dan Muslim diceritakan kembali oleh M. Yunan Nasution dalam tulisannya yang berjudul ICHLAS, dan dimuat dalam Bulletin  Da’wah diterbitkan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia No. 20 tahun 1969.

Tiga orang pemuda sedang melakukan pengembaraan. Ketika malam tiba, mereka masuk sebuah goa dengan maksud menginap satu malam saja. Sayang, ketika mereka sudah berada di dalam,  sebuah batu besar jatuh dari bukit persis menutupi pintu goa tersebut. Mereka mencoba menyingkirkannya, tapi apa daya tidak berhasil saking besarnya.

Dalam keadaan kritis dan mereka terancam mati kelaparan, mereka menyadari sepenuhnya tidak ada yang bisa menolong kecuali Allah. Mereka akhirnya memutuskan untuk berdoa pada Allah dan menyebutkan salah satu amal saleh yang pernah mereka lskukan dengan ikhlas.

Pemuda pertama mengungkapkan dalam doanya tentang ibu dan bapaknya yang sudah tua. Dia juga punya istri dan beberapa orang anak.

Tiap pagi dia meninggalkan rumahnya pergi mengembalakan kambing. Kalau hari sudah sore, diapun pulang membawa susu kambing murni dan segar untuk minuman ibu bapaknya, istrinya dan anak-anaknya.

Lain waktu, karena keperluan yang mendadak, dia pulang terlambat. Didapati ibu- bapaknya,  istri dan  anaknya sudah tidur. Mereka tidur dalam keadaan  perut kosong. Untuk membangunkan ia tidak tega.  Dan, yang terbangun justeru anaknya dan menangis karena lapar. Namun, karena ibu bapaknya belum lagi minum, maka dibiarkannya anak-anaknya menangis hingga tertidur kembali.

Besok pagi, setelah ibu bapaknya diberi minum, barulah diberikan kepada istri dan anak-anaknya. Pada akhir do’anya ia nemohon kepada Allah, kalau apa yang saya lakukan ini sebuah amal kebaikan yang engkau ridhai, maka berikanlah pertolongan supaya kami dapat keluar dari goa yang tertutup ini. Tiba-tiba batu itu bergeser sedikit, tapi tidak cukup untuk keluar.

Pemuda yang kedua mengungkapkan, ia mencintai anak pamannya. Sudah bertahun-tahun mereka bergaul,  tapi terbatas dalam hubungan ysng baik dan biasa. Suatu hari, pemuda tersebut membawa uang 120 dinar, diserahkannya sebagai pemberian kepada anak pamannya, tapi ia punya maksud terselubung, yaitu ingin  melakukan perbuatan terlarang. Namun, tiba-tiba gadis itu berkata” apakah kamu tidak takut kepada Tuhan yang pasti melihat perbuatan ini ?” Mendengar ucapan tersebut pemuda itu tersadar dan mengurungkan niatnya. Di akhir do’anya ia meminta, jika Engkau Yaa Allah menilai perbuatan saya ini suatu kebaikan, tolong lepaskan kami dari bahaya ini. Batu itupun bergeser, tapi belum cukup untuk keluar.

Pemuda yang ketiga mengatakan, dia mempunyai seorang buruh yang sudah bertahun-tahun tidak datang, padahal masih ada upahnya yang belum diambil. Upah buruh itu kemudian dibelikannya kambing, lalu dipeliharanya hingga berkembang beranak pinak mencapai ratusan. Selang beberapa waktu,  buruh itu datang menagih gajinya. Pemuda tersebut menceritakan bahwa gajinya telah dijadikannya modal membeli kambing dan memelihara hingga mencapai jumlah sangat  besar. Lalu ia menyerahkan seluruh kambing yang jumlahnya sangat banyak itu kepada buruhnya  dengan ikhlas. Di akhir doanya pemuda itu mengucapkan,”Yaa Allah jika Engkau ridhai perbuatan saya ini sebagai sebuah kebaikan, tolong lepaskan kami dari mara bahaya ini. Batu itupun bergeser, sehingga ketiga pemuda tersebut bisa keluar dari goa yang nyaris membuat mereka mati.

Itulah kisah perbuatan amal saleh dimana Allah menolong mereka dari kesulitan dan  bahaya maut. Allahu’alam bissawab.

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda

Discover more from PANJI MASYARAKAT

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading