Seusai Perjanjian Hudaibiyah disekitar tahun 628 M dimana tidak akan ada peperangan selama 10 tahun antara Nabi dan kaum kafir Quraisy, Nabi memanfaatkan kekosongan waktu tersebut dengan berdakwah kepada para pembesar kerajaan yang ada di dunia waktu itu.
Nabi mengirimi surat para raja-raja dan mengajak mereka masuk Islam. Di antaranya melalui utusan dikirim ajakan masuk Islam kepada Raja Heraclius dari Romawi Timur, Raja Iran, Raja Mesir, dan raja Abesinia (Ethiopia).
Di antara para raja tersebut umumnya menyambut dakwah Nabi dengan simpatik, walaupun mereka tidak masuk Islam. Bahkan, ada di antara mereka yang memberi Nabi hadiah.
Namun, ada di antara raja tersebut yang menyambut dakwah Nabi dengan kasar, yaitu dengan menyobek surat tersebut di hadapan utusan Nabi, bahkan mengancam Nabi dan akan membunuhnya.
Perlakuan kasar tersebut dilakukan oleh Raja Kisra dari Iran. Seperti ditulis Bahrum Rangkuti dalam bukunya Perang dan Diplomasi Dalam Islam, Rasulullah melalui utusan Abdullah bin Hudhafah mengirim teks surat yang bunyinya sebagai berikut
” Bismillahir Rahmanir Rahim. Surat ini ialah dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra kepala Iran. Siapa saja yang menyerah diri kepada pimpinan yang sempurna dan percaya kepada Allah, dengan naik saksi bahwa Allah Tunggal, dan tidak ada sekutu dan kesamaan-Nya, dan Muhammad ialah hamba dan Rasul-Nya, salam atasnya. Hai Raja, di bawah perintah Allah Swt, saya ajak tuan masuk Islam. Karena saya telah diutus oleh Tuhan sebagai Rasul-Nya untuk seluruh bangsa manusia, sehingga dapatlah saya sampaikan peringatan kepada semua orang dan saya sempurnakan pesan saya kepada seluruh bangsa manusia. Terimalah Islam dan lindungilah dirimu dari segala bencana. Kalau tuan tampik ajaran ini, maka semua dosa penjangkalan dari rakyatmu akan dipikulkan padamu”.
Abdullah bin Hudhafah yang menyampaikan surat tersebut kepada raja Iran duduk disamping raja. Kemudian seorang juru bahasa membacakan surat tersebut seraya diterjemahkan dan menjelaskan isinya. Mendengar isi surat tersebut raja Kisra sangat murka. Di hadapan utusan Nabi dirobek dan dikoyak-koyaknya surat itu. Utusan pun diusir pulang.
Ketika Abdullah menyampaikan sikap Raja Kisra terhadap surat Nabi, Rasul menjelaskan,” Apa yang telah dilakukan oleh Kisra kepada surat kita, demikianlah Tuhan akan memperlakukan kerajaannya”.
Dikabarkan bahwa sikap Raja Kisra yang kasar terhadap Islam diduga karena provokasi orang Yahudi, yang disebutkan banyak menduduki posisi di kerajaan dan memanasi keadaan untuk memusuhi Islam.
Dengan peristiwa tersebut Kisra bahkan bertindak lebih jauh. Ia ingin menangkap Nabi Muhammad dan membawanya ke Iran. Melalui gubernurnya di Yaman yang bernama Badhan diminta dua orang utusan untuk menangkap Nabi Muhammad.
Badhan, gubernur Yaman itu, mengirim seorang kepala tentara dengan beberapa orang pengawal menemui Rasul. Mulanya, mereka bermaksud mencari Nabi di Makkah, namun sesampai di Thaif mereka dapat informasi bahwa Nabi tinggal di Madinah, bukan di Makkah. Mereka pun menuju ke sana.
Utusan Badhan ini juga membawa sepucuk surat ditujukan kepada Rasul. Isinya, bahwa sesampainya surat tersebut, Nabi hendaklah menyerahkan diri dan ikut dibawa oleh dua orang utusan tersebut untuk berangkat dan dihadapkan ke Raja Iran. Kalau Nabi menolak maka Nabi akan dibinasakan dan rakyat serta umatnya akan dihancurkan. Utusan Yaman tersebut mendesak agar beliau mau dibawa ke Iran.
Setelah Nabi bertemu dengan utusan tersebut Nabi menyatakan supaya mereka sebaiknya besok datang kembali.
Pada malam harinya Rasulullah berdoa kepada Allah, yang menyebutkan bahwa sikap Kisra telah melampau batas. Pada waktu itu turunlah wahyu kepada Nabi yang menjelaskan,” Kami telah utus puteranya sendiri melawan kepadanya, dan puteranya ini akan membunuh dia pada tanggal 10 Jumadil Awal tahun ini”
Maka wahyu melukiskan, bahwa putera Kisra, telah membunuh ayahnya pada malam itu juga. Pagi harinya Rasulullah mengabarkan kepada kedua utusan Yaman tersebut apa yang telah diwahyukan Allah kepadanya. Lalu Nabi membuat surat yang ditujukan kepada Gubernur Yaman bahwa Kisra telah terbunuh pada malam hari tersebut. Badhan mengatakan, “Kalau orang ini benar seorang Nabi, tentu apa yang dikatakannya benar”.
Tidak lama berselang, datanglah sebuah kapal yang berlabuh di Yaman. Kapal itu membawa surat dari Raja Persi kepada gubernur Yaman yang isinya sebagai berikut
” Dari Kisra Siroes kepada Badhan gubernur Yaman. Saya telah membunuh ayah saya, oleh karena pemerintahannya sudah menjadi korup dan bersifat aniaya. Dia telah membunuh kaum bangsawan dan memperlakukan rakyatnya dengan kejam. Segera sesudah kamu terima surat ini, kumpulkanlah semua para opsir dan minta kepada mereka menyatakan setianya kepada saya. Mengenai perintah ayah saya untuk menangkap Nabi orang Arab itu, baiklah anggap perintah itu sebagai hal yang sudah dibatalkan,”
Gubernur Badhan yang takjub dengan kebenaran perkataan Nabi tersebut, lalu masuk Islam dan mengajak kawan-kawannya”