Ads
Cakrawala

Menjadikan Masjid Pusat Dakwah dan Wisata

Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Salah satu objek wisata yang dimiliki Indonesia adalah bangunan masjid. Tempat ibadah umat Islam ini bukan hanya  potensi wisatanya dilihat dari aspek fisik-arsitektur dan sejarahnya,  tetapi juga sisi spritualnya layak dikembangkan dan  diperhatikan.

Aspek spritual yang dimaksudkan adalah bahwa jika seorang mengunjungi masjid ia tidak hanya tertarik segi fisik masjid, tetapi juga materi dakwah dan melihat siapa mubaligh, penceramah atau pemberi materi yang mengisi kegiatan syiar Islam tersebut. Sebab, sudah menjadi trend umum bahwa dalam masyarakat terdapat mubaligh-mubaligh kondang atau populer digandrungi masyarakat  layaknya figur selebriti. Intinya adalah suatu destinasi wisata untuk memperkaya pengetahuan, wawasan keagamaan dan pencerahan batin.

Memang kita melihat ada suatu potensi wisata yang bisa dikembangkan melalui keberadaan masjid. Pertama, secara fisik kehadiran masjid adalah jejak peninggalan sejarah penyebaran Islam di Indonesia, terutama untuk masjid dengan usia yang cukup tua. Kehadirannya memiliki ciri khas baik dari sisi arsitektur maupun pengaruh terhadap budaya yang ditinggalkannya.

Di Indonesia ada sekitar 12 masjid kuno dan dinilai tertua  yang tersebar di Jawa , Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, Maluku dan lainnya. Di antaranya adalah Masjid Saka Tunggal di Banyumas, Jateng, dibangun tahun 1288, Masjid Wipauwe, di Kaitetu, Maluku Tengah, dibangun tahun 1414, Madjid Sunan Ampel, Surabaya, dibangun tahun 1421, Masjid Agung Demak, Demak, Jawa Tengah, dibangun  abad 15 oleh Raden Patah dan tempat berkumpul Wali Songo, Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Cirebon,dibangun tahun 1498, arsiteknya Sunan Kalijaga yang ditunjuk Sunan Gunung Jati. Masjid ini berada di Kasepuhan Cirebon.

Selanjutnya Masjid Sultan Suriansyah, Kota Banjarmasin, dibangun tahun 1526 oleh Sultan Suriansyah,  Masjid Menara Kudus,Kudus,Jateng, dibangun tahun 1549. Bangunan mirip candi merupakan perpaduan antara budaya Islam dan Hindu, Masjid Agung Banten, Kasemon, Serang, dibangun tahun 1522, Masjid Tuo Jau Jao, Solok,Sumatera Barat. Dibangun tahun 1599 dengan gaya arsitektur Minangkabau, Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh, dibangun tahun 1612 oleh Sultan Iskandar Muda.

Keunikan, usia bangunan yang cukup tua, dan model arsitektur yang dipengaruhi berbagai budaya merupakan kekhasan yang menjadi  daya tarik para turis untuk  datang melihat bangunan masjid tua di Indonesia. Inilah yang harus dipoles dan dipromosikan untuk menjadikan masjid menjadi salah satu icon wisata menarik bagi masyarakat.

Sebenarnya bukan hanya masjid kuno yang memikat masyarakat untuk datang melihat, tetapi masjid kontemporer yang dibangun dengan arsitektur moderen saat ini juga bisa menarik. Contohnya adalah Masjid Kubah Emas di Depok merupakan masjid yang dikenal punya ciri khas dan mengundang masyarakat dari berbagai daerah untuk datang melihat. Inilah sebuah sinyal bahwa sudah saatnya masjid dikelola dengan konsep turisme dan menjadikannya bukan semata untuk aspek keagamaan, namun ada sentuhan pariwisata di dalamnya sehingga menjadi daya tarik untuk datang.  Dan, selanjutnya  disempurnakan dengan mengadakan  dakwah Islam sehingga antara masjid sebagai destinasi wisata dan masjid sebagai pusat dakwah atau  syiar Islam bisa dipadukan.

Suatu contoh yang aktual sekarang ini adalah Masjid Istiqlal yang mulai menjadi daya tarik masyarakat untuk datang melihatnya. Bahkan, yang cukup unik adalah banyak tokoh dunia, presiden, dan orang terkemuka terpikat untuk datang.

Dibangun pada 21 April 1961 era Presiden Soekarno, masjid yang terletak di Taman Wilhelmina atau Taman Wijaya Kusuma ini selesai dan diresmikan Presiden Soeharto pada 22 April 1978. Jadi, Istiqlal  saat ini sudah berusia 44 tahun.

Keunikan Istiqlal dari segi fisik, terutama arsitekturnya dan memiliki menara yang cukup tinggi, kemudian dari segi sejarah masjid ini sebagai simbol rasa syukur terhadap nikmat kemerdekaan. Istiqlal bermakna kemerdekaan, dan melengkapi kehadiran Masjid Syuhada di Yogyakarta yang artinya perjuangan atau penghargaan bagi mereka yang syahid dalam perjuangan.

Keunikan lain, Masjid Istiqlal berdekatan dengan Gereja Katedral. Menjadi simbol yang melambangkan kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Apalagi saat ini sudah dibangun pula terowongan yang menghubungkan antar kedua rumah ibadah yang besar tersebut. Karena itu, makin menunjukkan keinginan untuk melestarikan dan menciptakan kerukunan antar umat beragama, khususnya antar umat Nasrani dan Muslim.

Keunikan baik secara fisik maupun secara sosial dan kultural, menandakan keharmonisan hubungan antar umat beragama tersebut menjadi pemikat para pemimpin dunia dan tokoh-tokoh terkemuka mancanegara untuk melihat secara langsung monumental keunikan Masjid Istiqlal ini.

Pada 27 Mei 2022 lalu, misalnya, pemain sepakbola dunia Mesut Ozil (33 tahun) asal Jerman mengunjungi Masjid Istiqlal. Ia menyatakan sudah lama memendam keinginan mengunjungi masjid terbesar di Asia Tenggara ini. ” Tujuan utama saya ingin mengunjungi Masjid Istiqlal. Kedua mengunjungi Bali bersama keluarga,” ujarnya, saat jumpa pers di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Bertepatan 27 Mei hari Jum’at, Mesut Ozil yang mantan pemain Real Madrid dan Arsenal ini sholat Jum’at di Masjid Istiqlal dengan mendapat banyak perhatian jamaah  masjid terfokus padanya. Ozil mengenakan peci hitam dan kaos dengan warna yang sama, ia duduk di shaf terdepan didampingi Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr. Nasaruddin Umar. Sebelum shalat Jum’at Mesut Ozil diajak mengelilingi Masjid Istiqlal, dan berfoto bersama Imam Besar Prof. Nasaruddin dengan latar belakang bedug besar yang ada di Istiqlal.

Pesepakbola tenar Mesut Ozil berkunjung ke Masjid Istiqlal disambut Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Nasarudin Umar

Jika disegarkan ingatan kita ke belakang, ternyata yang tergugah untuk melihat Istiqlal sudah dimulai era Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Mereka  juga  berasal dari tokoh-tokoh dunia.

Sebut saja, pertama, Raja Faisal dari Arab Saudi. Mungkin ini adalah tokoh dunia pertama yang mengunjungi Istiqlal. Beliau mengelilingi masjid tersebut dengan kendaraan setelah mendengar penjelasan tentang proyek masjid ini. Kunjungan berlangsung pada 11 Juni 1970.

Pada 28 April 1979 Wapres Mesir,  saat itu Hosni Mubarak mengunjungi Istiqlal. Ia sempat shalat Jum’at didampingi Wapres Adam Malik, Menteri Agama Alamsyah dan pejabat lainnya.

Petinju terkenal dan lagendaris Muhammad Ali juga sempat mengunjungi Masjid Istiqlal. Yaitu pada 16 Maret 1990. Ali sempat shalat Jum’at di Masjid Istiqlal dan mendapat sambutan luar biasa dari umat Islam. Ia didampingi Herman Sarens Sudiro, Ketua Kehormatan Komite Tinju Indonesia (KTI).

Keempat,  pada 15 Oktober 1991 yang Di Pertuan  Agong Malaysia Sultan Azlan Shah dan Paduka Sri Baginda Sultan Yang Di Pertuan Negara Brunai Darussalam Sultan Hasanul Bolkiah menghadiri pembukaan Festival Istiqlal yang pertama.

Kelima,  20 Oktober 1991 rombongan Organisasi Wanita Islam Asia Pasifik berjumlah 29 orang dari 11 negara  dipimpin Ny Azizah Halim mengadakan study tour dan training mengunjungi Festival Istiqlal di Masjid Istiqlal 

Pada 16 Oktober 1991 penulis terkenal dan futurolog asal Amerika Serikat Alvin Toffler dan istrinya Heidi, mengunjungi Festival Istiqlal, ia menyatakan kekagumannya pada khasanah  kebudayaan Indonesia, khususnya Islam.

Ketujuh, 13 Oktober 1996 untuk pertama kalinya presiden negara adikuasa asal Amerika Serikat,  yaitu Bill Clinton mengunjungi Masjid Istiqlal. Ada yang menyatakan bahwa kunjungan ini isyarat Amerika Serikat adalah teman negara Islam.

Dari Mahmoud Ahmadineejad hingga Mike Pence

Selanjutnya, setelah era reformasi kunjungan ke Masjid Istiqlal terus berlangsung.

Presiden Iran ke-6 Mahmoud Ahmadinejad sempat berkunjung ke Masjid Istiqlal pada Mei tahun 2006. Ia melakukan shalat Jum’at di masjid terbesar ini.

Pada 11 November 2008 Putra Mahkota Kerajaan Inggris,  Pangeran Charles bertemu dengan tokoh-tokoh agama Islam, di antaranya Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Azyumardi Azra dan Tarmizi Taher ketika mengunjungi Masjid Istiqlal. Mereka kemudian melakukan pembicaraan seputar hubungan antaragama, khususnya Islam dan Katolik dengan melakukan dialog bersama.

Presiden Amerika Serikat ke-44 Barrack Obama bersama isterinya mengunjungi Masjid Istiqlal pada November 2010. Bagi Obama datang ke Istiqlal dan Jakarta bukan saja kunjungan kenegaraan, sekaligus nostalgia, sebab masa kecilnya ketika masih SD ia sekolah di Jakarta kawasan Menteng.

Istri Obama Michelle Obama  ketika memasuki Masjid Istiqlal memakai busana kerudung dan baju lengan panjang, mirip muslim.

Siapa yang tidak kenal Presiden Libya Muammar Gaddafi, ia pun pernah berkunjung menginjakan kakinya di Masjid Istiqlal.

Yang menarik adalah Presiden Republik Federal Jerman Christian Wulff, pernah menjajal memukul beduk di Masjid Istiqlal pada kunjungan Desember 2011.

Hal yang sama juga dilakukan Kanselir  Jerman, Angela Markel. Ia pun dalam salah satu kunjungan ke Indonesia pada Juli 2012, menyempatkan mampir berkunjung ke masjid terbesar Masjid Istiqlal.

Dan Presiden Turki, Recep Tayyip Endrogan menyatakan rasa kagumnya pada Masjid Istiqlal, ketika berkunjung dan shalat Jum’at di masjid ini pada kunjungan Juli 2015.

Dan tidak ketinggalan pula presiden dari Amerika Latin, Sebastian Pinere , yaitu Presiden Chile, kala berkunjung ke Indonesia mengagendakan mampir ke Masjid Istiqlal.

Kemudian pada tahun 2017 Raja Salman dari Arab Saudi berkunjung ke masjid terbesar di Asia Tenggara ini, sekaligus mengimami shalat berjamaah, suatu yang dinanti-nanti umat Islam Indonesia.

Tidak ketinggalan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani juga berkunjung ke Istiqlal pada April 2017, sebelum balik ke negaranya.

Dari negara Hindu terbesar, India juga tidak mau kalah berkunjung melihat Istiqlal. Itu dilakukan Perdana Menteri India Narendra Modi, yang pada Juni 2018 juga mengunjungi Masjid Istiqlal.

Pemimpin Amerika Serikat mungkin yang paling banyak berkunjung ke Istiqlal, diantaranya yang dilakukan pula oleh Wapres Amerika Mike Pence yang bertandang ke Istiqlal pada April 2017. Mike Pence adalah Wapresnya Donald Trump.

Melihat banyaknya pemimpin dunia yang mengunjungi Masjid Istiqlal, menunjukkan betapa luar biasanya keagungan dan kharisma masjid ini. Jika kita pelihara dan semarakkan masjid ini dengan baik, kita optimis Istiqlal bakal menjadi salah satu icon destinasi pariwisata Indonesia yang mendunia.

Masjid dan Dakwah Spritual

Melihat kenyataan di atas sudah saatnya pula disemarakkan  sisi dakwah di setiap masjid. Artinya, masjid dikembangkan sebagai objek wisata, namun dalam waktu berbarengan dakwah juga dikembangkan kuantitas dan kualitasnya. Kita berharap para turis yang datang ke masjid bukan hanya melihat sisi  fisik dan arsitektur masjid, tetapi juga dalam rangka ingin menambah wawasan keislaman dan meningkatkan keimanan.

Kita berharap yang datang ke masjid juga tertarik karena agenda materi dakwahnya, kemajuan aktifitasnya baik dalam bentuk ibadah, kegiatan sosial dan ekonomi, maupun kegiatan pendidikan yang ada di dalamnya.

Dengan demikian turis yang datang ke masjid, bisa pula disuguhi “santapan dakwah” sehingga mereka mendapat pencerahan dan meningkatkan pengetahuannya, meningkatkan pula keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Berwisata sambil berdakwah, itulah fungsi masjid yang layak untuk dikembangkan!

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda