Ads
Cakrawala

Menjaga Diri dari Jurang Kenistaan

close up of human hand
Avatar photo
Ditulis oleh Arfendi Arif

Sesungguhnya Kami telah menciptakan   manusia dalam bentuk yang  sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya (Q S. 95: 4-6).

Dari sekian makhluk yang diciptakan Allah, makhluk manusia tergolong yang paling mulia dan istimewa. Baik secara struktur fisik maupun non-fisik manusia dibekali banyak kelebihan. Secara fisik tampilan manusia semua serasi dan sesuai. Struktur tubuh, pancaindra, kepala, kaki dan tangan semua terpadu dan bergerak secara harmonis, tanpa bertentangan.

Kemudian struktur non-fisik manusia dibekali peralatan untuk berpikir, merasa, menghayati, dan memiliki jiwa spiritual. Dengan elemen tersebut manusia dapat berkarya, mencipta dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban.

Sementara itu, intelektual Iran Ali Syariati menyebutkan, manusia memiliki kemuliaan karena ia ditiupkan ruh suci yang berasal dari Allah.

Umat manusia juga dikirim oleh Allah para Rasul dengan membawa syariat sebagai pedoman dan amalan dalam kehidupan.

Kemudian manusia dengan kelebihan yang diberikan Allah memanfaatkan sumber dan bahan-bahan mentah yang telah ada di dunia. Dengan kelebihan akal dan rasio manusia sumber-sumber tersebut diolah dan diproduksi  sehingga bisa dikonsumsi dan diciptakan atau didesain untuk kehidupan yang memudahkan manusia sehingga bisa survive dan  eksis di dunia ini.

Kelebihan dan keunggulan manusia tersebut itulah yang digambarkan oleh Allah  dalam surat at-Tin bahwa manusia diciptakan sebaik-baiknya bentuk.

Tetapi, kesempurnaan sosok manusia yang diciptakan Allah dan dihadirkan di dunia ini tidaklah bersifat abadi dan langgeng. Dan, memang kehidupan di dunia ini memiliki banyak keterbatasan, yaitu bersifat fana atau tidak kekal. Bisa mengalami kerusakan dan kepunahan. Demikian pula halnya fisik, perwajahan dan performance manusia.

Kehancuran dan kerusakan fisik manusia bisa termakan oleh umur dan usia. Mungkin pada awal pertumbuhan fisik manusia masih segar, fresh dan berenergi. Namun, perjalanan usia tubuh manusia mengalami penurunan kualitasnya. Kulit yang tadinya muda, segar dan tegang bisa mengkerut, lembek, peot atau bercak-bercak. Rambut yang tadinya hitam bisa berubah jadi putih atau beruban. Gigi yang mulanya kuat bisa mengunyah makanan yang keras setelah umur bertambah bisa jadi patah, rapuh dan ompong. Demikian pula halnya mata bisa juga menjadi rabun dan mengalami kebutaan. Dan telinga mengalami penurunan pendengaran atau pekak dan tuli seiring bertambahnya umur 

Sejalan dengan itu penurunan non-fisik atau jiwa juga bisa mengalami penurunan. Kemampuan berpikir dan mengingat juga berkurang. Bahkan, jika usia semakin tua bisa mengalami pikun, dan sifat manusia juga bisa kembali ke masa kanak-kanak. Menurut ahli pendidikan Islam Ali Fikry,  masa-masa penurunan kemampuan manusia, atau disebut masa harom (masa pikun) berkisar mulai usia 75 tahun hingga 91 tahun.

Secara fisik inilah agaknya yang disebut dalam Al-Quran  surat At-Tin ayat 6,  Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (asfala safiliin).”

Artinya Al-Qur’an menjelaskan proses alamiah perkembangan fisik manusia dari penciptaan sebaik-baiknya bentuk (ahsanitakwiim) hingga serendah-rendah bentuk (asfala safiliin),  yaitu mulai dari kanak-kanak, remaja, pemuda, dewasa, tua dan pikun.

Dan periode masa pikun ini Nabi mengajarkan kita untuk mencegahnya dengan berdoa,” Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari pada bakhil dan pemalas dan dari tua dan kembali pikun, dan dari pada siksa kubur dan fitnah Dajjal dan fitnah hidup dan fitnah mati” (hadis Bukhari dari Anas bin Malik)

Namun, jika dihubungkan dengan ayat selanjutnya yaitu ayat 6 dikatakan,” Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya”. Maka, ada penafsiran lain yaitu bagaimana memanfaatkan umur atau usia itu sehingga manusia tidak menyandang sebutan asfala safiliin. Yaitu di usia muda itu dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk beramal saleh.

Sisi lain ahsani takwiim (sebaik-baik bentuk) dan asfala safiliin (seburuk-buruk bentuk) dalam firman Allah di atas bisa dihubungkan dengan perjalanan karier hidup manusia.

Kita melihat dalam berbagai profesi kehidupan apakah sebagai politisi, profesional, pejabat, pengusaha, ilmuan dan lain sebagainya manusia merintis karier dari bawah hingga mencapai puncak karir. Namun, tidak jarang ketika manusia di puncak kesuksesan ia lupa diri dan melakukan kesalahan atau keteledoran hingga terjebak pada perbuatan nista. Ia mungkin melakukan korupsi, menyalahkan kekuasaan dan wewenang, berbuat zalim dan kejahatan. Akibat perbuatan tersebut ia tersandung hukum, dipenjara , dikurung dalam bui. Karier yang dirintis dengan susah payah bertahun-tahun, dibangun dari bawah, hancur seketika. Rusak diri dan keluarga. Pribadi dan sosok diri jatuh pada asfala safiliin atau seburuk-buruknya diri.

Maka dalam perjalanan karir hidup manusia jika Iman dan Amal Shaleh mengiringi kehidupan, ia akan menjaga diri dan nama kita dari berbagai godaan yang menistakan. Kesuksesan dan keberhasilan dalam karir dan kehidupan akan dilindungi oleh Iman dan Amal Shaleh yang berperan sebagai sekuriti, agar tidak jatuh ke jurang kehinaan. Allahu ‘alam bis sawab.

Tentang Penulis

Avatar photo

Arfendi Arif

Penulis lepas, pernah bekerja sebagai redaktur Panji Masyarakat, tinggal di Tangerang Selatan, Banten

Tinggalkan Komentar Anda